"..Kenali terlebih dahulu sebelum menilai, karena yang tampak indah tak selalu indah dan yang tampak buruk tak selalu buruk.."
"....Selamat Datang di Blog saya....Sugiyanto 1 F NPM 201243500473...."

Minggu, 30 Desember 2012

Kumpulan Materi Bahasa Indonesia



Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi
                Mata kuliah ini menekankan keterampilan mahasiswa untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar melalui kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, dengan keterampilan menulis sebagai fokus.
Sasaran Perkuliahan:
  Agar mahasiswa mampu dan terlatih dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik tulisan maupun lisan dalam berbagai situasi terutama situasi resmi.
Materi Perkuliahan:
  Kedudukan dan Fungsi bahasa Indonesia
  Ragam bahasa
  Ejaan dan Tanda Baca
  Pilihan kata
  Tata Kalimat
  Kalimat efektif
  Alinea
  Karangan
  Kutipan dan Sistem Perujukan
  Abstrak dan Daftar Pustaka
  Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Kepustakaan:
1.        Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
2.        Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta : Pustaka Jaya
3.        Etty Indriati. 2001. Menulis Karya Ilmiah: Artikel, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Gramedia
4.        Finoza, Lamuddin. 1999. Komposisi. Jakarta : PT Gramedia
5.        Keraf, Gorys. 1999. Cara Menulis. Jakarta: PT Gramedia
6.        Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Jakarta: PT Gramedia
7.        Sugono, Dendy. 1994. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
8.        Suhendar dan Supinah. 1995. Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi. PT Bandung
9.        Yuda, Purnomo. 1998. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Bandung: Buana
10.     Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Balai Pustaka
Metode Kuliah:
1.        Proses pengajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian mahasiswa.
2.        Bentuk aktivitas proses pengajaran adalah (a) kuliah tatap muka, (b) ceramah, (c) dialog (diskusi) interaktif, (d) studi kasus, (e) penugasan mandiri, dan (f) tugas baca.
3.        Partisipasi aktif mahasiswa dalam kuliah ini sangat diharapkan. Setiap mahasiswa peserta kuliah ini diharapkan telah mempelajari pokok-pokok yang akan dibahas di kelas. Dengan demikian, kegiatan kuliah menjadi suatu proses belajar interaktif yang menarik untuk diikuti. Proses tanya-jawab di kelas akan mencerminkan kemampuan mahasiswa dalam memahami materi-materi yang dipelajari dalam studi ini. Setiap mahasiswa peserta kuliah ini diharapkan untuk berpartisipasi dalam mengajukan pertanyaan atau komentar berkenaan dengan pokok bahasan yang disajikan di kelas.
Kontrak Pembelajaran:
  Absensi minimal 80%.
  Toleransi keterlambatan?
  Materi dan sistem penilaian.
  Norma akademik, sopan santun perkuliahan, tata cara, dan adat istiadat lain yang dirasa perlu.

Kunci Sukses Belajar Bahasa Indonesia
  Kesungguhan dan niat.
  Rajin dan Tekun.
  Berdoa.
  Gemar membaca.
  Semangat.
  Konsentrasi.
  Evaluasi diri.
Hal-Hal Buruk yang Sering Dilakukan Mahasiswa:
  Cara belajar yang menganut sistem kebut semalam (SKS)
  Hanya mempelajari yang diberikan oleh dosen.
  Menerapkan teknik dan strategi yang keliru dalam menjawab soal analisis atau uraian.
  Menyepelekan tugas dari dosen.

Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
Pengertian Bahasa
             Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling sempurna dengan berbagai macam keistimewaan, dibandingkan dengan makhluk yang lain. Dalam berinteraksi, manusia membutuhkan alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut adalah bahasa. Dengan bahasa, kita dapat berkomunikasi dengan sesama dengan cara yang hampir tanpa batas. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.
             Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa sebagai: bahasa adalah alat komunikasi di antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Fungsi Bahasa
a.        Sebagai alat untuk mengekspresikan diri
b.        Sebagai alat komunikasi
c.        Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
d.        Sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial
Kedudukan Bahasa Indonesia
             Sejak diikrarkan Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa nasional. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu, yang mendasari bahasa Indonesia itu, telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan Nusantara.
             Selain itu, dengan ditetapkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, yang dituangkan di dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945, ia telah menjadi bahasa resmi negara Indonesia.
Mengapa bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?
1.        Bahasa Melayu sudah menjadi lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.
2.        Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti dalam bahasa Jawa (ngoko dan kromo) atau bahasa Sunda (kasar dan lemes).
3.        Suku-suku lain sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa nasional Indonesia.
4.        Bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Fungsi Bahasa Indonesia
             Di dalam keputusan Seminar Politik Bahasa Nasional dinyatakan bahwa sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
1.        lambang kebanggaan nasional
2.        lambang identitas nasional
3.        alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya
4.        alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah
                Adapun sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
1.        bahasa resmi kenegaraan
2.        bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan
3.        bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan
4.        bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern
Latihan I
1.        Bahasa Indonesia sekarang jauh berbeda dari bahasa Melayu tahun-tahun pertama Abad XX. Jelaskan apa sebabnya!
2.        Bagaimana pendapat Anda jika di suatu kantor seseorang asyik berbicara bersama temannya dengan menggunakan bahasa daerah tertentu, padahal banyak karyawan yang berasal dari suku bangsa lain turut mendengarkan pembicaraan tersebut?

RAGAM BAHASA
Pengertian Ragam Bahasa
                Bahasa Indonesia sangat luas wilayah  pemakaiannya sehingga mempunyai beragam penutur. Mau tidak mau, kita harus tunduk pada hukum perubahan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya beragam bahasa Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya sejumlah ragam bahasa ialah faktor sejarah. Perkembangan masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa. Dengan demikian, ragam bahasa dapat diartikan sebagai variasi bahasa yang timbul karena pemakaian bahasa.
               

Macam-macam ragam bahasa itu tampak pada tabel berikut ini.
TABEL RAGAM BAHASA
RAGAM
BAHASA
BERDASARKAN
RAGAM
MEDIA/SARANA
LISAN
TULISAN
SITUASI PEMAKAIANNYA
FORMAL
NONFORMAL
SEMIFORMAL
POKOK PERSOALAN
ILMU
HUKUM
NIAGA
SASTRA
DLL



RAGAM BAHASA LISAN DAN RAGAM BAHASA TULISAN
(Dilihat dari Aspek Kebahasaan)
RAGAM BAHASA
RAGAM LISAN
LAFAL

TATA BAHASA
DAN
KOSAKATA

RAGAM TULISAN

EJAAN



Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis Berdasarkan Tata Bahasa
A. Berdasarkan Bentuk Kata
1.        Ragam Bahasa Lisan
a)       Nia sedang baca surat kabar.
b)       Ari mau nulis surat.
2.        Ragam Bahasa Tulis
a)       Nia sedang membaca surat kabar.
b)       Ari akan menulis surat.
B. Berdasarkan Struktur Kalimat
1.        Ragam Bahasa Lisan
a)       Mereka tinggal di Menteng.
b)       Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
2.        Ragam Bahasa Tulis
a)       Mereka bertempat tinggal di Menteng.
b)       Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis Berdasarkan Kosa kata
1.        Ragam Bahasa Lisan
a)       Ariani bilang kita harus belajar.
b)       Kita harus bikin karya tulis.
c)        Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak.
2.        Ragam Bahasa Tulis
a)       Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.
b)       Kita harus membuat karya tulis.
c)        Rasanya masih terlalu muda buat saya, Pak.
Catatan:
                Dalam ragam bahasa lisan, penutur (pembicara) dapat memanfaatkan peragaan (dramatisasi), seperti gerak tangan, air muka, tinggi rendah suara atau tekanan, untuk membantu pemahaman pengungkapan diri (ide, gagasan, pengalaman, sikap, dan rasa), sedangkan dalam ragam bahasa tulis peragaan seperti itu tidak dapat digambarkan atau dilambangkan dengan tulisan. Oleh sebab itu, dalam ragam bahasa tulis dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa—baik bentuk kata maupun susunan kalimat—ketepatan pilihan kata, dan kebenaran penerapan kaidah ejaan serta pungtuasi (tanda baca) untuk membantu kejelasan pengungkapan diri ke dalam bentuk ragam bahasa tulis.
Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaiannya
                Pada tabel ragam bahasa, disebutkan ragam lain, yaitu ragam formal, ragam nonformal, dan ragam semiformal. Ragam ini merupakan pengelompokan bahasa dari sudut situasi pemakaian. Bahasa ragam formal memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam formal tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modern.
Pembedaan antara ragam formal, ragam nonformal, dan ragam semiformal dilakukan berdasarkan:
1.        topik yang sedang dibahas
2.        hubungan antarpembicara
3.        medium yang digunakan
4.        lingkungan atau situasi saat pembicaraan terjadi
Ada lima ciri yang dapat dengan mudah digunakan untuk membedakan ragam formal dari ragam nonformal. Ciri-ciri itu ialah
1.        penggunaan kata sapaan dan kata ganti
2.        pengguaan kata tertentu
3.        penggunaan imbuhan
4.        penggunaan kata sambung (konjungsi)
5.        penggunaan fungsi yang lengkap

a. penggunaan kata sapaan dan kata ganti
                Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam formal dari ragam nonformal yang sangat menonjol. Kepada yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata bapak, ibu, saudara, dan Anda, atau kita akan menyertakan jabatan, gelar, atau pangkat. Sementara itu, untuk menyapa teman atau rekan sejawat, kita cukup menyebut namanya atau kita menggunakan bahasa daerah. Jika kita menyebut diri kita dalam ragam formal, kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonformal, kita menggunakan kata gue.
b. penggunaan kata tertentu
                Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam formal dan ragam nonformal. Dalam ragam nonformal akan sering muncul kata nggak, bakal, gede, bokek, udahan, kegedaan, dan lain-lain. Di samping itu, dalam ragam nonformal sering muncul bentuk penekan, seperti sih, kok, deh, dong, dan lho. Dalam ragam formal, bentuk-bentuk itu tidak akan digunakan.
c. penggunaan imbuhan
                Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam formal kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti. Hanya pada kalimat perintah, kita dapat menghilangkan imbuhan dalam kata kerjanya (verba).
                Dalam ragam nonformal, imbuhan sering ditanggalkan.
                Misalnya:
                pake untuk memakai
                nurunin untuk menurunkan
d. penggunaan kata sambung dan kata depan
                Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain.
                Dalam ragam nonformal, acapkali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat. Dalam laras jurnalistik, kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semiformal.
e. penggunaan kelengkapan fungsi
                Kelengkapan fungsi berkaitan dengan adanya bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonformal, predikat kalimat sering dihilangkan. Hal itu biasanya terjadi saat kiota menjawab pertanyaan orang.
                Sebenarnya, pembeda lain yang juga muncul adalah intonasi, tetapi tidak disebutkan di atas karena intonasi hanya muncul dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

Ragam Bahasa Berdasarkan Pokok Persoalan
                Setiap orang berhak memilih ragam bahasa yang sesuai dengan pokok persoalan atau bidang keahlian masing-masing. Setiap ragam ini memiliki ciri dan gaya tersendiri, seperti terlihat pada penggunaan kata-katanya.           
Laras Bahasa
                Selain ragam, kita juga mengenal laras bahasa. Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal berbagai laras seperti laras iklan, laras ilmiah, laras lagu, laras komik, laras cerpen, dan laras puisi. Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis, dalam bentuk formal, nonformal, atau semiformal.
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
                Moto yang sering didengung-dengungkan oleh pemerintah adalah “Gunakan lah bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Pemahaman atas moto tersebut sering salah kaprah. Banyak orang, terutama masyarakat awam, mengira bahwa moto itu menekankan penggunaan bahasa yang formal. Akibatnya, banyak orang melecehkan atau mengabaikan moto tersebut dan menganggapnya sebagai moto yang tidak fleksibel, moto yang kaku, moto yang tidak menarik; padahal moto itu tidak hanya menekankan penggunaan bahasa  formal, tetapi juga penggunaan bahasa yang komunikatif.
                Pengertian bahasa Indonesia yang baik dan benar harus ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek bahasa yang baik dan aspek bahasa yang benar.
A. Bahasa yang Baik
                Penggunaan bahasa yang baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab  itu, unsur usia, pendidikan, pekerjaan, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikatif, unsur-unsur komunikatif (yaitu pengirim pesan, isi pesan, media pesan, dan penerima pesan) menjadi penting.
Pengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan  (isi pesan) kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembaca (bergantung pada media pesan yang digunakannya).
B. Bahasa yang Benar
                Bahasa yang benar berkaitan dengan kaidah, yaitu peraturan bahasa. Berkaitan dengan peraturan bahasa ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata harus dimiliki dalam penggunaan ragam bahasa lisan dan tulis. Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan ragam bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa. Tanpa perlu menggunakan bahasa formal, kita tetap dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
                Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam hal tata bahasa, tetapi juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu harus merupakan bahasa formal. Sebaliknya, penggunaan bahasa formal tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar

EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN Bag. 1
Pengertian Ejaan
                Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan di antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya) dalam suatu bahasa.
                Secara teknis, yang diatur dalam ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
PENULISAN HURUF
A.       Huruf Kapital atau Huruf Besar
                Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
                Misalnya:
                                Dia mengantuk.     
                                                Apa maksudnya?
                                                                Kita harus bekerja keras.       
                                                                                Selamat pagi.

                Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
                Misalnya:
                Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
                                                Bapak menasihati, "Berhati-hatilah, Nak!"
                                                                "Kemarin dia terlambat," katanya.
                Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
                Misalnya:
                Allah        Yang Mahakuasa    Yang Maha Pengasih              Quran
                Alkitab     Weda                      Islam                       Kristen
                Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
                Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

                 Misalnya:
                                Haji Agus Salim      Imam Syafii
                               
                Presiden Soekarno Nabi Ibrahim
                                Sultan Hasanuddin Mahaputra Yamin

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, instansi, atau nama tempat.
                Misalnya:
                                Gubernur Ali Sadikin             Menteri Hatta Radjasa           
                                Profesor Supomo    Gubernur Sulawesi Utara

                Akan tetapi, perhatikanlah penulisan berikut:

                                Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
                                Brigadir Jenderal Sugiarto baru dilantik jadi mayor jenderal.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama orang.
Misalnya:
                                Amir Hamzah         Wage Rudolf Supratman
                                Kris Dayanti             Amien Rais
                                Dewi Persik             Nicholas Saputra

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
                                bangsa Indonesia    bahasa Turki
                                suku Sasak               suku Toraja

                Namun, perhatikanlah penulisan berikut:

                                mengindonesiakan kata asing                keinggris-inggrisan
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
                Misalnya:
                                tahun Hijriah           tarikh Masehi
                                bulan Agustus         bulan Ramadhan
                                hari Jumat               hari Lebaran
                                hari Natal                Perang Padri
                                hari Galungan         Proklamasi Kemerdekaan


Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
                Misalnya:
                                Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
                                Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang                                                    Disempurnakan
                                Salah Asuhan
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
                Misalnya:
                                Asia Tenggara         Jalan Diponegoro
                                Blitar                       Jazirah Arab
                                Bukit Barisan          Kali Ciliwung
                                Cirebon    Selat Karimata
                                Danau Tondano       Tanjung Harapan
                                Dataran Tinggi Dieng              Terusan Suez
                                Gunung Salak          Laut Jawa

                Namun, perhatikan penulisan berikut:

                                berlayar ke teluk     mandi di kali
                                menyeberangi selat                pergi ke arah barat

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama negara, badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali konjungsi.
                Misalnya:
                Departemen Pendidikan Nasional       Keputusan Presiden RI                                                                                                              Nomor 156 Tahun 1972
                Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak     Majelis Permusyawaratan                                                                                                        Rakyat
                Perserikatan Bangsa-Bangsa               Undang-Undang Dasar                                                                                                             1945

                Tetapi perhatikanlah penulisan berikut:

                menurut undang-undang dasar kita      
                kerja sama antara pemerintah dan rakyat
                menjadi sebuah republik        beberapa badan hokum
Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
                Misalnya:
                                Dr.           Doktor    
                                Sdr.          Saudara
                                dr.            Dokter    
                                S.Sos.       Sarjana Sosial
                                M.A.        Master of Arts       
                                S.H.          Sarjana Hukum
                                Ny.           Nyonya   
                                S.S.           Sarjana Sastra
                                Prof.        Profesor
                                Tn.           Tuan
                                M.M.       Magister Manajemen


Catatan:
                Singkatan di atas selalu diikuti oleh tanda titik.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
                Misalnya:
                                Kapan Bapak berangkat?       
                                Itu apa, Bu?
                                Surat Saudara sudah saya terima.        
                                Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
                                Para ibu mengunjungi Ibu Fuad.           
                                Surat Anda telah kami terima.

Catatan:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
                Misalnya:
                                Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
                                Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
                                Semua camat di kabupaten itu hadir.
B. Huruf Miring (Kursif)


Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:

menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

                Misalnya:
                Kantor kami berlangganan majalah Tempo dan surat kabar                Kompas.

                Kumpulan cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi ditulis oleh      Seno Gumira Ajidarma.

                Nadya sedang menyampul buku Pelajaran Bahasa Inggris untuk         SMA.

menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
                Misalnya:
                Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
                Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
                Huruf pertama kata abad ialah a.
                Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
                Misalnya:
                Sebaiknya kita menggunakan kata kudapan untuk kata snack.
                Buah manggis nama ilmiahnya ialah Carcinia mangostana.
                Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
               
                Catatan:
                Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
PENULISAN KATA
Kata Dasar

                Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
                Misalnya:
                Kami percaya bahwa kamu anak yang pandai.
                                                Kantor pajak penuh sesak.
                                                                Buku itu sangat tebal.

Kata Turunan

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya:
                                bergeletar               diberikan
                                diperlebar               kesatuan
                                menengok               perubahan
 
Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya:
                                bertepuk tangan     sebar luaskan
                                garis bawahi           tanda tangani
               
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
                                memberitahukan    mempertanggungjawabkan
                                dilipatgandakan      penghancurleburan
 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:

                amoral                                    monoteisme                           antarkota               
                multilateral                             antinarkoba                             nonkolaborasi        
                bikarbonat                               Pancasila                                 caturtunggal          
                panteisme                               dasawarsa                              poligami
                demoralisasi                           prasangka                               dwiwarna                purnawirawan                        ekawarna                                reinkarnasi              ekstrakurikuler                        saptakrida                               nfrastruktur             semiprofesional                      inkonvensional                                 subseksi
                internasional                           swadaya                 
                introspeksi                              telepon                                    kolonialisme                           transmigrasi           kontrarevolusi                         tritunggal                                                kosponsor                                tunanetra                                mahasiswa                             ultramodern
 
Catatan:

Apabila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-)

                Misalnya:
                                non-Indonesia
                                pan-Afrikanisme
 

Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai, kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata dasar dan kata esa.
                Misalnya:
                                Allah Yang Mahakuasa.
                               
                                Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha                                                 Pengasih.
                               
                                Semoga Yang Maha Esa memberkahi usaha Anda.
 
Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

               
                anak-anak               lauk-pauk                                berjalan-jalan        
                mata-mata             biri-biri                                    menulis-nulis         
                buku-buku               mondar-mandir                      centang-perenang porak-poranda        dibesar-besarkan    ramah-tamah
                gerak-gerik              sayur-mayur                            hati-hati
                jari-jari                    huru-hara                                terus-menerus       
                kuda-kuda               tukar-menukar                        kupu-kupu              
                kura-kura tunggang-langgang                undang-undang

 Gabungan Kata
 

1.Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
                Misalnya:
                                duta besar               model linear           kambing hitam
                                orang tua                sepak bola               persegi panjang
                                mata pelajaran       rumah sakit umum                 meja tulis
                                simpang empat      kereta api cepat      ibu kota

 2.Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
                Misalnya:
                                alat pandang-dengar              orang-tua muda     
                                anak-istri saya                        bu-bapak kami       
                                buku sejarah-baru   watt-jam
 
3.Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.

                Misalnya:
                akhirulkalam           kepada   
                alhamdulillah          manakala
                apabila
                   matahari                                 bagaimana              padahal
                barangkali               paramasastra         bilamana
               peribahasa
                bismillah                
                sekaligus                                 bumiputra               sendratari
                daripada
                silaturahmi             halalbihalal             syahbandar
                hulubalang              wasalam
               olahraga                 sukarela
 
Kata Ganti -ku, kau- , -mu, dan –nya

  Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
                Misalnya:
                Apa yang kumiliki boleh kauambil.
                Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya:
                Adiknya pergi ke luar negeri.
                Bermain sajalah di sini.
                Di mana ada Kunti, di situ ada Kunto.
                Kemarin ia datang dari Surabaya.
                Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
                Kain itu terletak di dalam lemari.
                Ke mana saja ia selama ini?
                Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
                Mari kita berangkat ke pasar.
                Mereka ada di rumah.
                Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Namun, perhatikan penulisan berikut:

                Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu.
                Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
                Ia keluar sebentar.
                Kemarikan buku itu!
                Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
                Semua orang yang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.
                Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret         1966.


Kata Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
                Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
                Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
Partikel

1.             Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
                Misalnya:
                                Apakah yang tersirat dalam surat itu?
                                Bacalah buku itu baik-baik!
                                Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
                                Siapakah gerangan dia?
                                Apatah lagi yang akan diucapkannya?



2.             Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
                Misalnya:
                                Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
                                Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.
                                Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah                                      datang ke rumahku.
                                Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
                Namun, kelompok kata yang lazim dianggap padu, seperti                 adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,                 kendatipun, maupun, meskipun, sungguhpun, walaupun ditulis          serangkai.
                Misalnya:
                Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
                Baik para mahasiswa maupun para mahasiswi ikut             berdemonstrasi.
                Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan      pegangan.
                Walaupun ia miskin, ia selalu gembira.

3.
Partikel per  yang berarti 'mulai', ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah                dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
                Misalnya:
                                Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
                                Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
                                Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Angka dan Lambang Bilangan
 1.
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi.     Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut               ini.
                Angka Arab             :               0, 1,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
                Angka Romawi       :               I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
                                                                L (50), C (100), D (500), M (1.000)


2.
Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat,      dan isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang.
                Misalnya:
                10  liter beras                         1 jam 20 menit                       Rp5.000,00
                4  meter persegi     pukul 15.00                             US$3.50
                5  kilogram                              tahun 1976                              ¥100
                0,5 sentimeter                        17 Agustus 1945     10  persen                              

3.
Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah,              apartemen, atau kamar pada alamat.
               
                Misalnya:
                                Jalan Tanah Abang I No.15 
                                Hotel Sofyan Kamar 69


4.
Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau    bagiannya.
               
                Misalnya:
                                Bab X, pasal 5, halaman 212   
                                Surah Yasin: 9

 5.
Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai        berikut:

                a.             Bilangan utuh
                                Misalnya:
                                                12 dua belas  
                                                22 dua puluh dua 
                                                222 dua ratus dua puluh dua


                b.             Bilangan pecahan
                                Misalnya:
                                1/2          setengah                                 3/4          tiga perempat
                                1/16        seperenam belas    32/3        tiga dua pertiga
                                1/100      seperseratus                           1%           satu persen
                                1,2           satu dua persepuluh
 
6.
Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara         yang berikut
               
                Misalnya:
                                Paku Buwono X       Bab II       Abad XX   Tingkat I
                                Paku Buwono ke-10                Bab ke-2 Abad ke-20                                              Tingkat ke-1                            Paku Buwono kesepuluh                                 Bab kedua                               Abad kedua
puluh                   Tingkat kesatu (pertama)


7.
Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti      cara yang berikut
                Misalnya:
                                tahun 50-an            atau         tahun lima puluhan
                                uang 5000-an          atau         uang lima ribuan
                                lima lembar uang 1000-an  atau lima uang seribuan
                                               
8.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua    kata, ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang   bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan.
               
                Misalnya:
                               
                                Anti menonton film itu sampai tiga kali.
                               
                                Pak Burhan memesan tiga ratus ekor ayam.
                               
                                Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang memberikan suara setuju, 15 suara tidak setuju, dan 5 suara blangko.
                               
9.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika                     perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak              dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
                Misalnya:
                Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
                Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.

                Pak Lastim mengundang 250 orang tamu.
                Bukan:     250 orang tamu diundang Pak Lastim.
                Atau:       Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Lastim.


 
10.
Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian supaya lebih mudah dibaca.
                Misalnya:
                Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
 11.
Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi,         bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus            dalam teks.
                Misalnya:
                Kantor kami mempunyai dua ratus orang pegawai.
                Bukan: Kantor kami mempunyai 200 (dua ratus) orang pegawai.

                Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
                Bukan: Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan     majalah.

 12.
Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,                penulisannya harus tepat.
                Misalnya:
                Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp1.500.000,00 (satu juta l      ima ratus ribu rupiah).
                Saya lampirkan tanda terima sebesar 1.500.000 (satu juta lima r       atus ribu) rupiah.

EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN Bag. 2
PEMAKAIAN TANDA BACA

 A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan        atau seruan.
                Misalnya:
                                Ayahku tinggal di Salatiga.
                                Biarlah mereka duduk di sana.
                                Dia menanyakan siapa yang datang.
                                Hari itu tanggal 22 Agustus 1976.
                                Marilah kita mengheningkan cipta.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
                Misalnya:
                                Maman S. Mahayana
                                Ishadi S.K.

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
               
                Misalnya:
                                Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum)                                 Dr. (Doktor)
                                dr. (Dokter)                                             Ir. (Insinyur)
                                Kep. (Kepala)                                          Kol. (Kolonel)
                                M.B.A. (Master of Business Administration)        
                                M.Sc. (Master of Science)
                                Prof. (profesor)                                       S.E. (Sarjana Ekonomi)
                                S.H. (Sarjana Hukum)                             S.S. (Sarjana Sastra)
                                Yth. (Yang terhormat)                            Ny. (Nyonya)
                                Sdr. (Saudara)

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
               
                Misalnya:
                                a.n. (atas nama)                     d.a. (dengan alamat)
                                u.b. (untuk beliau)                 u.p. (untuk perhatian)
                                jln. (jalan)                               dkk. (dan kawan-kawan)
                                dsb. (dan sebagainya)            dst. (dan seterusnya)
                                hlm. (halaman)                       tgl. (tanggal)
                                tsb. (tersebut)

5. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
                Misalnya:
                                III. Departemen Dalam Negeri
                                                A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa.
                                                B. Direktorat Jenderal Agraria.
                                                Penyisipan Naskah:
                                                1. Patokan Umum
                                                                1.1 Isi Karangan
                                                                1.2 Ilustrasi
                                                                                1.2.1 GambarTangan
                                                                                1.2.2 Tabel
                                                                                1.2.3 Grafik
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
                Misalnya:
                                Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
                Misalnya:
                                1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
  
8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan ribuan, jutaan dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
                Misalnya:
                                Sugiarto lahir pada tahun 1972 di Jakarta.
                                Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
                                Nomor gironya 0795010303. (tanda titik di sini mengakhiri                 kalimat)
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga-lembaga nasional atau internasional, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
                Misalnya:
                                TNI AD     (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat)
                                SMA        (Sekolah Menengah Atas)
                                MPR        (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
                                UUD        (Undang-Undang Dasar)
                                WHO       (World Health Organization)
                                Depkes    (Departemen Kesehatan)
                                Sekjen     (Sekretaris Jenderal)
                                sinetron   (sinema elektronika)
                                radar       (radio detecting and ranging)
                                tilang       (bukti pelanggaran)
10. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia,             satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
                                Misalnya:
                                Cu            (Kuprom)
                                TNT         (Trinitrotoluen)
                                10 cm      Panjangnya 10 cm lebih sedikit.
                                1              Isinya 50 l bensin murni.
                                kg            Berat yang diizinkan l00 kg ke atas.
                                Rp567. 000,00         Harganya Rp567. 000,00 termasuk pajak.
11. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan            kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
                                Misalnya:
                                Acara Kunjungan Menteri Pertanian
                                Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 45)
                                Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk

12. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat dan            tanggal surat atau nama dan alamat penerima   surat.
                                Misalnya:
                                Yth. Sdr. Lola Yahya
                                Jalan Sudirman 45                 
                                Jakarta
                                3 Desember 1972                    
B. Tanda Koma (,)
 1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
                Misalnya:
                                Saya membeli disket, spidol, dan penggaris.
                                Satu, dua, ... tiga! 
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan, namun, sedangkan dan sebagainya.
                Misalnya:
                                Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
                                Nugraha bukan anak saya, melainkan anak Pak Udin.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk    kalimatnya.
                                Misalnya:
                                Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
                                Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat          apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimatnya.
                                Misalnya:
                                Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
                                Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
                                Dia berpendapat bahwa soal itu tidak penting.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
                Misalnya:                Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
                                                Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat.
                Misalnya:                O, begitu
                                                Wah, bukan main! 
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
                Misalnya:                Kata ibu, "Saya gembira sekali."
                                                "Saya gembira sekali," kata ibu, "karena kamu lulus."
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
                Misalnya:                Sdr. Abdullah, Jalan Margonda Raya 21, Depok
                                                Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan                                                 Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur
                                                Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
                                                Indramayu, 1 Oktober 1937
                                                Kuala Lumpur, Malaysia
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
                Misalnya:
                Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka.
9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga.
                Misalnya:                Bambang Pujiyono, M.M.
10.Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan.
                Misalnya:                12,54 m
                                                Rp12,50 (Lambang Rp tidak diberi titik!)
11.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
                Misalnya:                Guru saya, Pak Agus, pandai sekali.
                Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
                Seorang mahasiswa, selaku wakil kelompoknya, maju cepat-cepat.
12. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat                 apabila petikan langsung tersebut berakhiran dengan tanda tanya atau tanda seru, dan           mendahului bagian lain dalam kalimat itu.
                                Misalnya:
                                "Di mana Saudara tinggal?" tanya Mustafa.
                                “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
 
C. Tanda Titik Koma (;)
1.Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
                Misalnya:
                                Malam makin larut; kami belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
                Misalnya:
                Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk memasak di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik menonton sinetron.

D. Tanda Titik Dua (:)
 1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
                Misalnya:
                Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
                Yang kita perlukan sekarang ini ialah perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
                Misalnya:                a.             Ketua                       : Zaenal Arifin
                                                                Sekretaris                : Irman Nashori
                                                                Bendahara              : Usman
                                                b.             Tempat sidang        : Ruang 422
                                                                Pangantar acara     : M. Syarifudin
                                                                Hari                         : Senin
                                                                Pukul                       : 09.00 WIB

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
                Misalnya:
                                Ibu           : ”Bawa kopor ini, Mir!”
                                Amir        : ”Baik, Bu.”
                                Ibu           : ”Jangan lupa. Letakkan baik-baik!”
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman; (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
                Misalnya:
                                (i)            Tempo, I (1971), 34:7
                                (ii)           Surah Yasin:
                                (iii)          Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur                                               Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang sudah terpisah oleh pergantian baris.
                Misalnya:                                ... ada cara ba-
                                                                ru juga
                Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
                Misalnya:                ... cara baru meng-
                                                ukur panas.
                                                ... cara baru me-
                                                ngukur kelapa.
                                                ... alat pertahan-
                                                an yang baru.
                Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
                Misalnya:                anak-anak
                                                berulang-ulang
                                                dibalik-balikkan
                                                kemerah-merahan
                Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

4. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
                Bandingkan:
                                ber-evolusi dengan be-revolusi
                                dua puluh lima-ribuan dengan dua-puluh-lima-ribuan
                                istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yangramah
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
                Misalnya:
                                se-Indonesia           se-Jabotabek
                                HUT ke-28               tahun '50-an
                                ber-SMA KTP-nya nomor 220876 YS
                                bom-H     sinar-X
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
                Misalnya:
                                di-charter                                                pen-tackle-an


F. Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
                Misalnya:                Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.

2. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
                Misalnya:                Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tunggal yang berarti 'sampai dengan' atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
                Misalnya:                1972—2001
                                                tanggal 1—5 Agustus 2003
                                                Jakarta—Bandung
G.Tanda Elipsis (...)
 1. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
                Misalnya:
                                Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak!
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
                Misalnya:
                                Sebab-sebab kemerosotan ... akan ditelliti lebih lanjut.
                Catatan:
                Kalau bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat perlu dipakai empat titik; tiga untuk penghilangan teks dan satu titik untuk menandai akhir kalimat.
                Misalnya:
                                Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….

H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
                Misalnya:
                                Kapan ia berangkat?
                                Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
                Misalnya:
                                Gadis itu dilahirkan pada tahun 1683 (?).
                                Uangnya sebanyak 100 juta rupiah (?) hilang.

I. Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
               
                Misalnya:
                                Alangkah suramnya peristiwa itu!
                                Bersihkan kamar itu sekarang juga!
                                Ah, masak! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
                                Merdeka!

J. Tanda Kurung ( )
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
                Misalnya:
                                DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
                Misalnya:
                                Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
                                Keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
                Misalnya:
                                Faktor-faktor produksi menyangkut masalah yang berikut:
                                (1) alam;
                                (2) tenaga kerja; dan
                                (3) modal.
                                                a) alam;
                                                b) tenaga kerja; dan
                                                c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

K. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
                Misalnya:
                                Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
                Misalnya:
                                (perbedaan di antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak dibicarakan.)
 
L. Tanda Petik ("...")
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
                Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
                Misalnya:
                                "Sudah siap?" tanya Agra.
                                "Saya belum siap," seru Raya, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
                Misalnya:
                                Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Massa, dari Suatu Tempat.
                                Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Pengenalan Komputer di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
                                Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
                Misalnya:
                                Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
                                Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
                Misalnya:  Kata Dodi, "Saya juga minta satu."
 5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus.
                Misalnya:
                                Karena warna kulitnya, Pandu mendapat julukan "Si Hitam ".
                                Bang Munir sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

M. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
                Misalnya:
                                Tanya Rini, "Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?"
                                "Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'lbu! Bapak pulang!' dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Agung.
2. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
                Misalnya:
                                rate of inflation ‘laju inflasi’

N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
                Misalnya:
                                Surat No.13/PAN/2004

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
                Misalnya:
                                mahasiswa/mahasiswi
                                harganya Rp150,00/1embar
                                Jalan Sigma III/47

O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
                Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
                Misalnya:
                                Ali 'kan kusurati ('kan = akan)
                                Malam 'lah tiba ('lah = telah)
                                14 Februari '90 ('90 = 1990)
*******
Latihan
                Perbaikilah paragraf ini dengan menggunakan tanda baca dan ejaan yang tepat.
                jangan sangka video game hanya menjadi mainan anak anak dolanan elektronik ini di otak atik untuk membantu rehabilitasi tangan buat penderita stroke dan di tampilkan pada workshop internasional untuk rehabilitasi virtual di new york amerika serikat hasil realitas virtual lebih menjanjikan rehabilitasi yang lebih cepat dan lengkap kata kira morrow dari the state university of new jersey alat itu terdiri dari sebuah xbox yang dimodifikasi dan memutar program latihan plus sarung tangan yang bisa melatih kelenturan jari dan posisi pergelangan tangan dan layar monitor dengan sambungan internet ke kantor kira modifikasi xbox tidak banyak di lakukan kira membuat dua program untuk merangsang fungsi tangan pasien stroke bentuk latihan misalnya pasien mencoba memukul secepat mungkin untuk mengusir kupu kupu yang terbang melintasi layar gunanya merangsang pasien untuk mengontrol tangan keunggulan lain alat ini hanya di jual us $ 549 jauh lebih murah daripada peralatan dengan fungsi serupa yang menjadi standar penanganan pasca stroke yang di banderol us $ 17.800 padahal sistem video game yang di modifikasi ini bisa lebih berfungsi



DIKSI (PILIHAN KATA)

PENGERTIAN KOSAKATA
                Setiap bahasa memiliki perbendaharaan kata atau kosakata yaitu sejumlah kata yang digunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasikan diri. Kosakata bersifat sangat dinamis. Kosakata suatu bahasa selalu berubah. Ada kata yang ditambahkan dan ada kata yang hilang atau tidak digunakan lagi.
                Kosakata dapat diartikan sebagai berikut.
a.        Semua kata yang terdapat dalam sebuah bahasa.
b.        Semua kata yang dikuasai oleh seseorang atau kata-kata yang digunakan oleh segolongan orang dari lingkungan yang sama.
c.        Semua kata yang digunakan dalam satu bidang ilmu pengetahuan.
d.        Daftar sejumlah kata dan frase dari suatu bahasa yang disusun secara alfabetis disertai batasan dan keterangannya.
                        Sebuah laras bahasa amat ditentukan oleh pilihan katanya, apalagi jika berkaitan dengan bidang ilmu tertentu. Oleh karena itu, dalam hal pilihan kata, kita harus memikirkan siapakah yang menjadi pembaca. Dengan demikian pula, kita harus konsisten pada sikap yang kita pilih.
                        Perlu diperhatikan bahwa pembaca berasal komunitas tertentu. Untuk dapat mengikuti dan memahami buku yang diterbitkan, pembaca harus berada dalam komunitas tersebut. Bidang­-bidang ilmiah tertentu akan menggunakan kosakata tertentu. Selain itu, dalam laras ilmiah, banyak pula digunakan kata-kata asing untuk bidang-bidang tertentu—seperti kedokteran, psikologi, ekonomi, dan politik—padahal acapkali kata-kata tersebut memiliki padanannya dalam bahasa Indonesia.
                        Dalam kenyataannya, tidak satu pun penutur yang menguasai semua kosakata yang ada dalam bahasanya. Seorang penutur secara aktif hanya akan menggunakan sebagian dari jumlah kosakata yang dikuasainya. Biasanya, kata-kata yang dipilihnya adalah kata-kata yang berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya; kata-kata yang berkaitan dengan masalah yang ingin diungkapkannya; atau kata-kata yang berkaitan dengan kebutuhannya. Oleh sebab itu, pada saat seseorang menulis, termasuk di dalamnya menulis sebuah karya ilmiah, ia harus sering merujuk kamus. Dalam bahasa Indonesia digunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
                       
                        Penutur melakukan pilihan atas kata-kata yang ingin digunakannya, bergantung pada berbagai faktor sosiologis yang melingkupinya. Jadi, pada dasarnya, pada saat seorang penutur menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi, ia memilih dari kosakata yang dimilikinya kata yang tepat dan sesuai untuk kepentingannya saat itu.
Masalah pilihan kata berkaitan dengan empat hal berikut.
1.     Pilihan kata mencakup pengertian penggunaan kata-kata untuk menyampaikan suatu gagasan, pembentukan kelompok kata yang tepat, dan pemilihan gaya yang paling tepat untuk suatu situasi.
2.        Pilihan kata merupakan kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan.
3.        Pilihan kata merupakan kemampuan untuk menemukan kata yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok sasaran.
4.        Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
                        Melihat uraian di atas, ada dua hal penting yang patut mendapat perhatian kita berkaitan dengan pilihan kata, yakni ketepatan pilihan kata dan kesesuaian pilihan.

        KETEPATAN PILIHAN KATA
        berkaitan dengan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan       gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar         seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau              pembicara.

        KESESUAIAN PILIHAN KATA
        berkaitan dengan penggunaan kata untuk mengungkapkan                 gagasan dengan cara yang dicocokkan dengan kesempatan dan lingkungan yang dihadapi.
                        Untuk dapat melakukan pilihan kata dengan baik, seseorang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal mengetahui berbagai hal berikut ini.

          Kata umum dan kata khusus. Untuk mencapai pengertian yang tepat sebaiknya digunakan kata khusus yang akan mengungkapkan makna secara lebih jelas. Nama diri merupakan kata yang sangat khusus. Kata khusus digunakan untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca dan untuk membangkitkan sugesti dalam diri pembaca. Misalnya, berjalan perlahan-lahan dengan tertatih; orang miskin dengan gelandangan.
          Kata indria. Untuk dapat menyajikan berita yang bersifat faktual, alat bahasa yang paling tepat adalah kata-kata indria. Kata-kata itu menyatakan pengalaman yang dicerap oleh pancaindera: penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Kata-kata indria ini merupakan kata-kata yang membantu kelancaran penulisan deskripsi secara akurat.
          Kata formal, semiformal, dan nonformal. Penggunaan kata formal, semiformal, dan nonformal berkaitan dengan siapa yang menjadi pembaca atau pendengar. Pengetahuan penulis dan pembicara akan situasi juga akan mempengaruhi pilihan katanya. Misalnya, pemakaian kata ganti saya, aku, atau gue sangat bergantung pada situasi dan kepada siapa kita berbicara.
          Kata populer dan kata ilmiah. Kosakata suatu bahasa, pada umumnya, terdiri atas kata­-kata yang sering digunakan oleh penuturnya. Kata-kata akan digunakan dalam komunikasi sehari-hari oleh semua lapisan masyarakat. Namun, ada pula sejumlah kata yang hanya digunakan dalam komunikasi ilmiah: dalam diskusi, pertemuan resmi, pengajaran. Umumnya, kata-kata ilmiah itu diserap dari bahasa asing. Ada yang dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia (supervisi dengan penyelia) dan ada pula yang disesuaikan dengan struktur kata bahasa Indonesia (formation dengan formasi).
          Jargon. Jargon adalah kata-kata teknis dalam suatu bidang ilmu tertentu dan sering kali bertumpang-tindih dengan pengertian istilah. Jargon merupakan bahasa atau kata yang khusus sekali. Pemakaian jargon harus diikuti oleh penjelasan arti kata tersebut.
          Kata percakapan. Bahasa percakapan tidak selalu identik, dengan bahasa nonformal. Kata percakapan adalah kata-kata yang dapat digunakan dalam ragam lisan, tetapi tidak dapat digunakan dalam ragam tulis. Masalahnya, sekarang adalah bahwa tidak semua penutur bahasa Indonesia dapat membedakan kedua ragam ini. Perbedaan laras jurnalistik dan laras iklan dari laras-Iaras lain, dalam hal ini, adalah bahwa kedua laras ini menyajikan ragam lisan dalam bentuk ragam tulis. Akibatnya, ada banyak kata percakapan yang digunakan dalam bentuk tulis, misalnya tapi seharusnya tetapi, bisa seharusnya dapat.
          Kata slang. Kata-kata slang adalah kata-kata percakapan yang menjurus ke arah nonstandar yang disusun secara khas, seperti bahasa prokem atau bahasa gaul. Biasanya, muda-mudi selalu berusaha untuk menggunakan bahasa dengan cara-cara baru atau dengan arti baru, termasuk di dalamnya penggunaan akronim dari kata umum, misalnya benci menjadi benar-benar cinta. Kelemahan dari kata-kata slang ini adalah hanya sedikit yang bertahan lama dan kata-kata slang selalu menimbulkan ketidaksesuaian. Kata slang yang pada suatu waktu tumbuh secara populer atau trendi, di saat lain akan segera hilang dari peredaran. Kesegaran dan daya gunanya hanya terasa pada saat pertama kali kata itu digunakan.
          Idiom. Idiom adalah pola-pola bahasa (frase) yang menyimpang dari kaidah dan makna bahasa yang umum dan makna gabungannya tidak dapat diterangkan melalui makna kata pembentuknya. Contohnya, makan hati, banting tulang. Dalam hal ini yang harus diperhatikan pula adalah penggunaan kata depan yang dilekatkan secara idiomatis kepada kata kerja tertentu, seperti berharap akan, berbahaya bagi, selaras dengan, terdiri atas, waspada terhadap.
        Pilihan kata sangat berkaitan pada laras yang dipilih dan pada tujuan penulisan. Setiap kata memiliki medan makna dengan corak, nuansa, dan kekuatan yang berbeda-beda. Berhati­-hatilah dengan sinonim kata karena tjdak semua kata sama artinya, rneskipun mirip, misalnya gaji, upah, honor, bayaran. Jika jumlah kosakata seseorang berkembang, ia tidak akan mengalami kesulitan untuk memilih kata yang tepat bagi tulisannya.
        Kamus umum, kamus sinonim, kamus bahasa asing, kamus tesaurus harus selalu tersedia. Kamus-kamus tersebut akan membantu kita untuk mengembangkan kekuatan, ketelitian memilih, dan ahli dalam memilih kata yang akan menghasilkan tulisan yang hidup.
        Pada saat menulis, penulis harus berhati-hati terhadap kata-kata yang penulisannya mirip, namun memiliki arti yang sangat berbeda, misalnya gaji dan gajih; Kebayoran dan Kemayoran: timpa dan tempa. Sebaiknya, penulis memiliki pengetahuan mengenai kata-kata yang digunakan dalam ragam formal atau ragam nonformal, misalnya cuma, cuman, dan hanya; bikin dan buat; bisa dan dapat; koran dan surat kabar. Selain itu, berkaitan dengan laras ilmiah maupun ilmiah populer, penulis harus mengetahui kata yang menjadi istilah dan yang bukan istilah.
Perhatikan perbedaan antara penyajian yang bersifat ilmiah dan yang bersifat ilmiah populer berikut ini.
PERGANTIAN KELAMIN DAN CARA BETERNAK BELUT
Ikan belut mempunyai cara hidup yang unik. Di awal kehidupannya, belut berkelamin betina. Jika
sudah berusia lebih tua, belut akan berganti kelamin menjadi jantan. Dalam tulisan berikut ini,
akan dikemukakan tingkah laku belut dalam perkawinan dan cara beternak belut di kolam air tawar.

SKANDAL SEKS KAUM BELUT
Sebagai ikan buas yang suka ber-“lindung” dalam sarang penyamunnya, lindung atau belut menarik perhatian karena “skandal seks”-nya. Kalau masih muda belut menikmati hidup sebagai juwita belut betina. Setelah tua mereka berganti kelamin menikmati surga dunia untuk kedua kali sebagai Don Juan belut jantan. Tingkah lakunya yang aneh dalam perkawinan menarik untuk disimak, sekaligus juga pengetahuan bagaimana cara beternak belut di kolam air tawar.
GAS METHANE
                        Methane mumi merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Biasanya gas yang dihasilkan dengan proses pencemaran anaerob atau disebut sebagai biogas mengandung menthane antara 50 dan 70%. Biogas terbakar dengan nyala api berwama biru, dan mempunyai nilai panas berkisar kira-kira 500-700 Btu/ft³ jika biogas tersebut mengandung methane 50-70%.
                        Biogas itu dapat digunakan secara langsung sebagai gas pembakar untuk keperluan memasak, lampu penerangan, dan pendinginan, atau sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin dengan perbandingan kompresi 8:1 atau lebih besar.
GAS METANA DAN CO2
                        Untuk memperoleh gas bio dari kotoran manusia memang diperlukan teknologi tertentu, dalam hal ini meliputi peralatan berupa digester dan bak penampung limbah yang keduanya terbuat dari beton. Septic tank dari lubang wc tidak diperlukan lagi karena sudah digantikan tugasnya oleh digester yang sebetulnya septic tank juga. Hanya, bak berkapasitas ± 10m3 ini dirancang kedap udara. Maksudnya demi kelangsungan hidup bakteri anaerob yang tugasnya membusukkan kumpulan tinja di dalamnya (setidaknya ada 10 macam bakteri pembusuk). Ampasnya yang berupa kotoran “matang” dialirkan dengan sistem tertentu lewat saluran pelimpah menuju ke bak penampung limbah.
                        Proses pembusukan oleh bakteri itu menghasilkan 60% gas metana (CH4) dan 40% karbondioksida (C02) yang daya bakarnya tidak terlalu kalah dengan gas alam ataupun gas butana (C4H10), yang sehari-hari dikenal para ibu sebagai elpiji. Daya bakar yang dicerminkan dengan nilai kalor (panas) - tiap 1 m3 gas bio ini setara dengan 0,4 kg elpiji. Efisiensi pembakaran keduanya pun hampir sama.
Berikut ini disajikan tabel berisikan beberapa kemungkinan dalam penggunaan kata yang salah dan benar, serta  lugas dan tidak lugas.
SALAH
          Sesuai
          Terdiri
          Berbeda dengan
          Berhubung
          Disebabkan karena
          Tergantung dari
          Tergantung kepada
BENAR
          Sesuai dengan
          Terdiri atas
          Terdiri dari
          Berbeda dari
          Berhubung dengan
          Disebabkan oleh
          Bergantung pada
          Tergantung akan

TIDAK LUGAS                                  
          Sepanjang pengetahuan saya
          Mengadakan pendekatan
          Setelah diberi penjelasan
          Melakukan pengrusakan terhadap
          Untuk memungkinkan kami memberi  penilaian
          Melakukan penilaian atas
LUGAS
          Setahu saya
          Mendekati
          Setelah dijelaskan
          Merusak
          Agar kami dapat menilai
          Meneliti
Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh pemilihan kata.
          Meskipun bersinomim, kata raya, besar, agung, dan akbar tidak dapat dipertukarkan.
        Contoh: masjid raya, rumah besar, hakim agung, perhelatan akbar. 
          Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya. Kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda, sedangkan kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda.
        Contoh:
        Tiap-tiap kelompok terdiri atas sepuluh orang.
        Masing-masing harus menyerahkan laporan penelitian. 
          Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, dan misalnya.
          Contoh:
          Universitas Budi Luhur memiliki program studi seperti Komunikasi, Teknik Informatika, Sistem Informasi, Ekonomi Manajemen, Ekonomi Akuntansi, dan lain-lain. (salah)

          Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu. Contoh:
        Perkulihan bahasa Indonesia berlangsung selama dua jam, yaitu dari pukul 08.00 s.d. 10.00. 
          Kata sesuatu dan suatu tidak sama dalam pemakaiannya. Kata sesuatu tidak boleh diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda. Contoh:
        Mereka datang tidak dengan tangan hampa, tetapi membawa sesuatu.
        Mereka datang tidak dengan tangan hamba, tetapi membawa suatu bungkusan.
          Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah. Adapun kata daripada berfungsi membandingkan. Contoh:
        Ia datang dari Bandung.
        Cincin itu terbuat dari emas murni.
        Indonesia lebih luas daripada Malaysia.

          Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana dalam kalimat pernyatan harus diubah menjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
        Contoh:
        Akhirnya, saya kembali juga ke Bogor, kota di mana saya dilahirkan. (salah)
        Di mana dia telah dinyatakan sebagai tersangka, itu saya ketahui dari Kapolsek Kebonjeruk. (salah)
        Hingga saat ini, dia belum juga mengunjungi tempat di mana selalu menjadi impiannya. (salah)
 Tuliskan kembali kalimat berikut dengan membetulkan kesalahan yang ada.
1.        Saat ini ada banyak perangkat lunak pengolah kata yang digunakan, antara lain Corel Word Perfect, Lotus Word Pro, Notepad, WordPad, Microsoft Word, Page Maker, StarOffice Writer, AbyWord, dan lain-lain.
2.        Buku kerja Excel terdiri dari beberapa lembaran kerja.
3.        Ketika menyampaikan hasil temuannya, ia samasekali tidak menyangka kalau temuannya akan memberi manfaat yang begitu besar bagi kemajuan teknologi di Tanah Air.
4.        Pertemuan para pakar teknologi dilakukan sesuai rencana semula.
5.        Masing-masing anggota dalam kelompok itu telah menyetujui usulan yang disampaikan ketua penyelenggara.
6.        Keberhasilan pelaksanaan pekerjaan itu amat tergantung pada fasilitas dan sumber daya manusia.
7.        Pembentukan protein dan asam nukleat daripada bahan bakunya sangat berbeda dengan pembentukan polisakarida dan lipid.
8.        Glukosa, galaktosa, dan fruktosa adalah merupakan contoh-contoh daripada gula tunggal atau monosakarida.
9.        Jadi, molekul ini mengandung informasi-informasi yang kadang-kadang khas bagi organisme dimana sintetis itu terjadi.
10.     Menurut para ahli-ahli kimia mengatakan bahwa osmosis adalah difusi dari tiap-tiap pelarut melalui  sesuatu selaput yang permeable secara diferensial.

Kalimat dalam Bahasa Indonesia


Manakah yang bisa disebut kalimat?
1.        Berdiri aku di senja senyap.
2.        Mendirikan pabrik baja di Cilegon.
3.        Berenang itu menyehatkan kita.
4.        Karena perbuatannya sangat tidak manusiawi.
Pengertian Kalimat
        Yang dimaksud dengan kalimat adalah susunan kata yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat, baik lisan maupun tulisan, sekurangnya harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jika tidak memiliki unsur S atau P, pernyataan itu tidak bisa disebut kalimat. Susunan kata yang seperti itu ialah frasa.
        Jika dilihat dari predikatnya, kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
        a.  kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja dan
        b.  kalimat-kalimat yang berpredikat selain kata kerja
Namun, dalam pemakaian sehari-hari, jumlah kalimat yang berpredikat kata kerja lebih besar daripada kalimat yang berpredikat selain kata kerja. Hal itu memudahkan kita dalam menentukan predikat sebuah kalimat. Misalnya, jika ada kata kerja dalam susunan kalimat, kata kerja itulah yang kita cadangkan sebagai predikat dalam kalimat itu.
Contoh:
        Proyek raksasa itu dikerjakan oleh para mahasiswa FTI UBL.
        Kata kerja dalam kalimat itu ialah dikerjakan. Kata dikerjakan merupakan predikat dalam kalimat itu. Setelah menemukan predikat, kita dapat menentukan subjek dengan cara bertanya dengan menggunakan predikat, seperti berikut ini.
        Apa yang dikerjakan oleh para mahasiswa FTI Universitas Merah Putih?
        Jawaban pertanyaan itu ialah proyek saksasa itu. Deretan kata proyek saksasa itu merupakan subjek kalimat tersebut. Jadi, susunan kata Proyek raksasa itu dikerjakan oleh para mahasiswa FTI Universitas Merah Putih bisa dikatakan sebagai kalimat karena memiliki subjek dan predikat.
Perhatikan kalimat berikut ini.

        Harga buku itu dua puluh ribu rupiah.
        Komputer itu rusak.
        Ayahku dokter.
       
        Ketiga kalimat di atas merupakan contoh kalimat yang berpredikat selain kata kerja.
        Harga buku itu / dua puluh ribu rupiah.
                        S                              P (K.Bil.)
        Komputer itu / rusak.
                        S                  P (KS)
        Ayahku / dokter
                         S      P (KB)

Pola Kalimat Dasar
        Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia ialah sebagai berikut.
       
1.        KB + KK                                    : Virus menyebar.
2.        KB + KS                                    : Komputer itu rusak.
3.        KB + KBil                                 : Nilainya seratus.
4.        KB1 + KK + KB2                       : Neutron membeli roti.
5.        KB1 + KK + KB2 + KB3             : Agus membawakan Noris buku.
6.        KB1 + KB2                               : Reza petani.

        Keenam pola kalimat dasar iu dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
¨  Menurut strukturnya, kalimat dapat digolongkan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal memiliki satu gagasan, sedangkan kalimat majemuk memiliki gagasan yang bersegi-segi. Kalimat majemuk dapat bersifat setara, tidak setara (bertingkat), dan campuran.
Kalimat Tunggal
¨  Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Meskipun hanya terdiri atas satu subjek dan satu predikat, bukan berarti bahwa kalimat tunggal selalu merupakan kalimat yang pendek. Kalimat-kalimat yang panjang pun dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis sebagai berikut.
v  Kalimat Majemuk Setara Penjumlahan
        Kalimat ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang dihubungkan dengan kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan.
       
Contoh:
        Dosen menjelaskan.
                        Mahasiswa mendengarkan.
                        Dosen menjelaskan dan mahasiswa mendengarkan.

Kalimat Majemuk Setara Pertentangan.
        Kalimat ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang dihubungkan dengan kata tetapi, sedangkan, dan melainkan jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu menunjukkan pertentangan.
        Contoh:
                        Ia bukan mahasiswa FTI, melainkan mahasiswa Fikom.
                        Puspitek terletak di Serpong, sedangkan PT Dirgantara Indonesia terletak di Bandung.
                        Reza tidak berbelanja, tetapi hanya melihat-lihat.
Kalimat Majemuk Setara Perurutan.
       
        Kalimat ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang dihubungkan dengan kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.
        Contoh:
        Upacara peresmian proyek pembangunan kampus baru Universitas Merah Putih telah selesai, lalu Pak Rektor mempersilakan para tamu untuk beramah-tamah sembari mencicipi hidangan yang telah disiapkan.
Kalimat Majemuk Setara Pemilihan
        Kalimat ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang dihubungkan dengan kata atau jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu menunjukkan pemilihan.
        Contoh:
        Mereka membayar secara kontan, atau mereka dapat mencicilnya selama tiga tahun.
Selain keempat jenis kalimat majemuk setara di atas, ada pula kalimat majemuk setara yang berbentuk kalimat rapatan, yaitu suatu bentuk yang merapatkan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang sama.
        Contoh:
¨  Sari datang.
¨  Sari melihat-lihat.
¨  Sari membeli seperangkat komputer.
¨  Sari datang, Sari melihat-lihat, dan Sari membeli seperangkat komputer.
¨  Sari datang, melihat-lihat, dan membeli seperangkat komputer.
¨  Anton tidak meminta uang Arifin.
¨  Anton hanya meminjam uang Arifin.
¨  Anton tidak  meminta uang Arifin, tetapi hanya meminjam uang Arifin.
¨  Anton tidak meminta, tetapi meminjam uang Arifin.
Kalimat Majemuk Tidak Setara (Bertingkat)
        Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas (klausa bebas) dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terikat). Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsure gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh
Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
        (tunggal)
Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer.
        (tunggal)
¡  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer.
        Anak kalimat:
        Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
        Induk kalimat:
        Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer.

Kalimat Majemuk Campuran
        Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tidak setara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tidak setara (bertingkat).
        Contoh:
        Walaupun berbagai tantangan menghadang, mereka berhasil mencapai puncak gunung itu dan bisa menancapkan bendera merah putih di sana.
        (kalimat majemuk tidak setara dan kalimat majemuk setara)
        Tugas yang sederhana itu telah dia selesaikan dengan mudah, sedangkan saya mengalami kegagalan karena saya melalaikan cara-cara mengerjakannya.
        (kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tidak setara)
*********
Latihan
        Buatlah 5 kalimat tunggal, 5 kalimat majemuk setara, 5 kalimat majemuk tidak setara, dan 5 kalimat majemuk campuran.
        Kalimat yang dibuat harus mengunakan laras bahasa bidang studi yang tengah Anda tekuni.

KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
        Sebuah kalimat efektif memiliki ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dam kelogisan bahasa.

A. Kesepadanan Struktur
                        Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.        Kalimat itu memiliki S dan P yang jelas. Kejelasan S dan P suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
                        Contoh:
                        Bagi semua mahasiswa Universitas Merah Putih harus melunasi SPP. (salah)
                        Semua mahasiswa Universitas Merah Putih harus melunasi SPP. (benar)
2.        Tidak memiliki S yang ganda.
                        Contoh:
                        Soal itu saya kurang jelas. (salah)
                        Soal itu bagi saya kurang jelas. (benar)
3.        Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
                        Contoh:
                        Setiap keluarga mempunyai cara masing-masing untuk saling berkomunikasi. Sehingga antaranggota           keluarga dapat leluasa berkomunikasi. (salah)
                        Setiap keluarga mempunyai cara masing-masing untuk saling berkomunikasi sehingga antaranggota
                        keluarga dapat leluasa berkomunikasi. (benar)
4.        Predikat kalimat tidak didahulu kata yang.
                        Contoh:
                        Jakarta yang merupakan kota metropolitan. (salah)
                        Jakarta merupakan kota metropolitan. (benar)
B. Keparalelan
        Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Jika kalimat itu memiliki bentuk perincian, tiap-tiap bagian dalam rincian itu harus memiliki kesamaan bentuk kata.
        Contoh:
        Perangkat lunak pengolah angka sangat berguna membantu pekerjaan manusia yang berhubungan dengan angka, misalnya penghitungan keuangan di perusahaan-perusahaan, mengolah data-data statistik, atau menghitung hasil-hasil penelitian. (salah)
        Perangkat lunak pengolah angka sangat berguna membantu pekerjaan manusia yang berhubungan dengan angka, misalnya menghitung keuangan di perusahaan-perusahaan, mengolah data-data statistik, atau menghitung hasil-hasil penelitian. (benar)
C. Ketegasan
Ada beberapa cara untuk membentuk ketegasan dalam kalimat.
1.        Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat.
                        Contoh:
                        Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa   dan          negara ini dengan kemampuan yang ada pada diri         masing-   masing. (Penekanannya ialah Presiden mengharapkan)
                       
                        Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (Penekanannya ialah  Harapan Presiden)
2.        Membuat urutan kata yang bertahap.
                        Contoh:
                        Bukan seribu, seratus, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah  telah disumbangkan kepada anak-anak telantar.
                        Seharusnya:
                        Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah  telah disumbangkan kepada anak-anak telantar.
3.        Melakukan pengulangan kata (repetisi).
                        Contoh:
                        Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4.        Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
                        Contoh:
                        Mereka tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5.        Mempergunakan partikel penekanan.
                        Contoh:
                        Andalah yang harus menjawab masalah itu.
D. Kehematan
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1.        Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
                        Contoh:
                        Jika mereka telah mendapatkan jatahnya, mereka pulang ke rumah masing-masing dengan tertib.
                        Penghematan:
                        Jika telah mendapatkan jatahnya, mereka pulang ke rumah masing-masing dengan tertib.
2.        Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
                        Contoh:
                        Jika ingin bertemu dengannya, pakailah baju warna merah.
                        Penghematan:
                        Jika ingin bertemu dengannya, pakailah baju merah.
3.        Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
                        Contoh:
                        Dia hanya membawa peralatan gambarnya saja.
                        Penghematan:
                        Dia hanya membawa peralatan gambarnya.
4.        Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan bentuk-bentuk jamak.
                        Contoh:
                        Mereka menjamu para tamu-tamu dengan istimewa.
                        Penghematan:
                        Mereka menjamu para tamu dengan istimewa.
E. Kecermatan
        Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
        Contoh:
        Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima penghargaan.
        Kalimat di atas memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal: mahasiswa atau perguruan tinggi.

F. Kepaduan
        Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
        Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
        Contoh:
        Pendapat Anda saya akan pertimbangkan. (salah)
        Pendapat Anda akan  saya pertimbangkan. (benar)
       
        Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
        Contoh:
        Makalah ini akan membahas tentang pengenalan komputer di desa-desa terpencil. (salah)
        Makalah ini akan membahas pengenalan komputer di desa-desa terpencil. (benar)
G. Kelogisan
                        Yang dimaksud dengan kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
                        Perhatikan kalimat di bawah ini.
  Waktu dan tempat kami persilakan.
  Kita harus mengejar ketinggalan kita dari Malaysia di bidang pariwisata.
  Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
  Taufik Hidayat meraih juara pertama Indonesia Terbuka.
  Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
  Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.
        Kalimat-kalimat tersebut tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis ialah sebagai berikut.
  Bapak Rektor, kami persilakan.
  Kita harus mengatasi ketinggalan kita dari Malaysia di bidang pariwisata.
  Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.
  Taufik Hidayat meraih gelar juara pertama Indonesia Terbuka.
  Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
  Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.
Latihan
1.        Pertemuan pimpinan Ekonomi APEC di Bangkok, 21 Oktober 2007 lalu menghasilkan deklarasi tentang kemitraan untuk masa depan atau disebut dengan Bangkok Declaration on Partnership for the Fiture.
2.        Berdasarkan analisis Optimum Currency Area, tidak ada satupun nilai tukar dari sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar di tengah-tengah, hingga nilai tukar mengambang bebas dapat secara umum bebas digunakan untuk semua struktur ekonomi sesuatu negara atau sesuatu waktu.
3.        Sebagai suatu subsistem dalam system agribisnis, agroindustri memiliki potensi yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja, peningkatan pemerataan pembangunan, dan mempercepat pembangunan daerah.
4.        Dengan mengakses internet, maka kita dapat memperoleh tentang berbagai informasi yang kita butuhkan.
5.        Jika sudah mengetahui sistem kerjanya, maka mesin jenis apa pun dapat dioperasikan dengan mudah.
6.        Meskipun semua industri teknologi sudah mempunyai sertifikat ISO, namun hal itu belum menjamin kualitas produknya karena tidak ada pengawasan yang berkesinambungan.
7.        Menurut pakar perindustrian mengatakan bahwa masing-masing industri harus mempunyai sertifikat ISO.
8.        Dalam empat tahun ini negara kita yang terlihat sangat pesat kemajuannya dalam bidang teknologi informasi.
9.        Penyusunan laporan penelitian teknologi itu saya dibantu oleh para orang-orang yang ahli di bidangnya.
10.     Sejak dari tadi saya melihat dia naik ke atas lalu turun ke bawah.
*********
Paragraf dan Pengembangan Paragraf
Dalam buku Komposisi (Keraf, 1993: 62-66) dikatakan bahwa paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf merupakan kesatuan pikiran yang lebih tinggi dari atau lebih luas dari kalimat. Sebuah gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan yang akan menampilkan pokok pikiran secara lebih terarah.
Fungsi paragraf (Keraf, 1993: 63) ialah sebagai berikut.
}  Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan sebuah tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu, tiap alinea hanya boleh mengandung satu gagasan. Jika terdapat dua tema, paragraf itu harus dipecah menjadi dua paragraf terpisah.
}  Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal. Dengan demikian, pembaca berhenti agak luma sebelum berpindah paragraf. Dengan perhentian yang lebih lama, informasi yang tersaji dalam paragraf dengan mudah diserap pembaca.
Dalam karangan umumnya ada tiga jenis paragraf, yakni
1.        paragraf pembuka yang terletak di awal karangan atau bab,
2.        paragraf isi yang membangun badan karangan atau bab, dan
3.        paragraf penutup atau pengalih yang mengakhiri sebuah karangan bab.
                        Sayangnya, di Indonesia masih banyak penulis yang tidak mengetahui atau tidak memahami fungsi paragraf. Pembagian paragraf atas paragraf pembuka, paragraf penghubung atau isi, dan paragraf penutup acapkali tidak diketahui oleh penulis. Oleh karena itu, masih sering ditemukan tulisan yang sukar dipahami karena pemisahan bagian-bagian atau pokok-pokoknya tidak jelas.
GAGASAN UTAMA PARAGRAF
}  Dalam karya tulis, sebuah paragraf hendaknya memiliki sebuah gagasan utama. Gagasan utama tersebut dituang dalam sebuah kalimat topik. Setelah penetapan kalimat topik, barulah  penulis mengembangkan paragraf itu dengan gagasan-gagasan bawahan yang akan menunjang atau menjelaskan kalimat topik tersebut. Gagasan bawahan tertampung dalam kalimat-kalimat penunjang. Paragraf akan ditutup oleh sebuah kalimat penutup atau kalimat pengalih (yang akan mengalihkan perhatian pembaca kepada paragraf selanjutnya).
}  Panjang sebuah paragraf bervariasi, bergantung dari gagasan utama yang akan digarap dalam paragraf tersebut. Akan tetapi, minimal, dalam karya ilmiah, sebuah paragraf terdiri atas tiga kalimat. Kalimat-kalimat tersebut ialah (1) kalimat topik, (2) kalimat penunjang, dan (3) kalimat penutup atau pengalih.
                        Peran dari sebuah kalimat topik atau kalimat pokok acapkali tidak diketahui oleh penulis, padahal penempatan kalimat topik yang tepat dan pengembangan paragraf yang baik akan memudahkan pembaca membuat ringkasan. Jika perumusan kalimat topik tidak jelas, pengembangan paragraf pun tidak akan baik.
                        Sebuah kalimat topik dapat diletakkan
}  di awal paragraf,
}  di akhir paragraf,
}  di tengah paragraf,
}  di awal dan akhir paragraf, atau
}  di seluruh paragraf jika paragraf itu bersifat naratif.
Dalam karya ilmiah, dianjurkan agar sebuah kalimat topik diletakkan di awal paragraf. Bentuk ini dianjurkan dalam pengembangan paragraf yang bersifat deduktif. Cara lain dalam penulisan karya ilmiah ialah meletakkan kalimat topik pada akhir paragraf. Dalam hal ini, paragraf dikembangkan secara induktif. Gaya lain dalam penyusunan paragraf dalam karya ilmiah ialah menggabungkan pengembangan induktif dan deduktif, yaitu meletakkan kalimat topik di awal dan di akhir paragraf.
Kepaduan dalam Paragraf
        Kepaduan sebuah paragraf dipertahankan oleh dua hal, yaitu masalah urutan isi dan masalah kebahasaan. Masalah urutan isi berkaitan dengan pengembangan karangan yang akan dibahas dalam subbab berikut. Masalah kebahasaan berkaitan dengan masalah penggunaan kata ganti, pengulangan kata yang dianggap penting atau kata kunci, dan penggunaan kata hubung.
Pengembangan Paragraf
}  Paragraf dibangun oleh lebih dari satu kalimat. Pengembangan paragraf adalah perincian dan pengurutan pikiran yang terpadu yang diwujudkan melalui penataan kalimat-kalimat. Penggunaan kalimat topik yang tepat akan memudahkan pembaca membuat ringkasan dari sebuah karya tulis. Kalimat-kalimat penunjang akan mengembangkan gagasan yang terdapat dalam kalimat topik. Dalam ringkasan kalimat-kalimat penunjang ini dapat diabaikan. Oleh karena itu, ada tiga persoalan yang tercakup di dalamnya, yakni
}  kemampuan menentukan dan meletakkan kalimat topik secara tepat;
}  kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama paragraf ke dalam gagasan bawahan; dan
}  kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.


Ada sepuluh metode pengembangan paragraf yang sering ditemukan dalam berbagai karangan.
}  Sudut Pandang. Untuk memperkaya sebuah uraian atau berita, kita dapat menguraikan hasil penyerapan pancaindera kita. Sudut pandang akan memerikan seseorang, sebuah ruang, suasana, sebuah benda, atau perasaan. Dengan demikian, kita dapat membangun suasana hati pembaca.
}  Contoh. Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan beberapa contoh atau ilustrasi. Contoh itu dapat pula diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi yang kuat, misalnya.
}  Klimaks dan Antiklimaks. Paragraf diawali dengan gagasan bawahan yang tidak terlalu penting, diikuti oleh kalimat-kalimat yang berangsur-angsur meningkat kepentingannya. Paragraf diakhiri oleh kalimat yang paling tinggi tingkat kepentingannya. Secara logis, perkembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan paragraf yang induktif. Sebaliknya, pengembangan paragraf yang antiklimaks dibangun oleh kalimat-kalimat yang berkurang kepentingannya. Paragraf ini akan diawali oleh kalimat yang paling tinggi tingkat kepentingannya, diikuti oleh kalimat-kalimat yang berangsur-angsur berkurang kepentingannya. Secara logis, pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif.
}  Definisi Luas. Paragraf seperti ini biasanya menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan kontroversi yang membutuhkan penjelasan. Jenis tulisan dalam paragraf seperti ini adalah eksposisi.
}  Klasifikasi. Berbeda dari analisis atau uraian, pengembangan ini berusaha mengelompokkan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu kategori. Dengan demikian, hubungan di antara berbagai hal itu menjadi jelas. Paragraf dengan pengembangan klasifikasi ini juga merupakan jenis tulisan eksposisi.
}  Perbandingan dan Pertentangan. Perbandingan dan pertentangan dapat digunakan secara bersamaan atau terpisah. Dalam perkembangan paragraf ini, unsur-unsur yang sama dari dua hal atau lebih diungkapkan dan diuraikan, diikuti dengan unsur-unsur yang membedakan dua hal atau lebih. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa perbandingan dan pertentangan itu dilakukan berdasarkan tolok ukur yang sama. Pengembangan paragraf itu merupakan sebuah cara agar pembaca sampai pada suatu penilaian yang relatif sama mengenai dua hal atau lebih. Jenis tulisan yang digunakan di sini adalah jenis tulisan eksposisi.
}  Analogi. Dalam pengembangan paragraf analogis, uraian didasarkan pada kesamaan dari dua hal atau lebih. Dua hal atau lebih dibandingkan secara sistematis untuk menemukan hal-hal yang sama. Hal dibandingkan dapat berasal dari kategori yang sama atau, bahkan, dari satu atau beberapa kelas yang berbeda. Jenis tulisan yang digunakan di sini adalah tulisan eksposisi.
}  Sebab-Akibat. Dalam paragraf ini diuraikan hal-hal yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi atau, sebaliknya, diuraikan dahulu sebuah akibat baru diikuti oleh penyebabnya. Jenis karangan yang digunakan di sini dapat berupa jenis narasi atau eksposisi.

}  Proses. Pengembangan paragraf ini menguraikan proses bagaimana sesuatu terjadi atau terwujud. Jadi, dalam pengembangan ini ada urutan dari tindakan-tindakan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu; atau urutan suatu peristiwa. Pengembangan paragraf ini juga dapat diisi dengan kalimat-kalimat yang menguraikan sesuatu ke dalam unsur-unsur yang membangunnya agar pembaca dapat lebih mudah memahami hal itu. Jenis karangan yang digunakan dalam pengembangan paragraf ini adalah eksposisi.
}  Umum-Khusus dan Khusus-Umum. Kedua cara pengembangan paragraf ini merupakan cara yang paling umum digunakan. Dalam pengembangan Umum-Khusus, gagasan utama atau kalimat topik diletakkan di awal paragraf, diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengalndung gagasan bawahan. Secara logis, pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif. Dalam pengembangan Khusus-Umum, gagasan utama diletakkan di akhir paragraf dengan sebuah kalimat kesimpulan. Paragraf diawali oleh kalimat-kalimat yang mengandung gagasan bawahan. Secara logis, perkembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan paragraf yang induktif. Dapat pula, dilakukan variasi dengan menggabungkan kedua jenis pengembangan paragraf ini ke dalam sebuah paragraf. Jadi, paragraf diawali dengan sebuah kalimat topik yang umum diikuti dengan kalimat-kalimat yang mengandung gagasan bawahan. Kemudian, paragraf diakhiri dengan sebuah kalimat topik lagi yang bersifat menyimpulkan. Dengan demikian, secara logis, paragraf dikembangkan secara deduktif-induktif.
}  Rangka atau struktur sebauah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik.
}  Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang meletakkan inti maksud pembicaraannya pada kalimat topik Karena topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraf itu. Karena setiap paragraf hanya memiliki sebuah topik, paragraf itu tentu hanya mempunyai satu kalimat utama. Kalimat utama bersifat umum. Ukuran keumuman sebuah kalimat terbatas pada paragraf itu saja. Adakalanya sebuah kalimat yang kita anggap umum akan berubah menjadi kalimat yang khusus apabila paragraf itu diperluas.
}  Panjang paragraf amat bergantung pada pikiran yang hendak dikembangkan. Sudah diuraikan bahwa dalam laras ilmiah sebuah paragraf minimal dibangun oleh tiga buah kalimat, yakni kalimat pembuka, kalimat isi, dan kalimat penutup atau kalimat peralihan. Tentu saja, uraian itu berarti bahwa paragraf dapat dibangun oleh lebih dari tiga kalimat. Akan tetapi, harus diingat bahwa paragraf yang terlalu panjang membuat pembaca mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan memahami gagasan dalam paragraf. Selain itu, paragraf panjang akan memperlihatkan bahwa penulis tidak menguasai masalah yang hendak diuraikan.
}  Berapa pun jumlah kalimat dalam paragraf, kepaduan dalam paragraf memegang peranan dalam menyajikan paragraf yang baik. Kepaduan dapat dirusak, jika paragraf mengalami (1) urutan pikiran yang menyimpang, (2) pikiran yang tidak lengkap, atau (3) pikiran yang ditumpukkan.
}  Urutan Pikiran yang Menyimpang adalah kalimat-kalimat yang tidak ada kaitannya dengan pikiran utama atau kalimat yang menjelaskan hal lain di luar pikiran utama.
}  Pikiran yang Tidak Lengkap adalah kalimat-kalimat yang tidak muncul dalam sebuah paragraf. Urutan pikiran yang tidak lengkap akan mengurangi kekompakan dan kebulatan paragraf.
}  Pikiran yang Ditumpukkan adalah ditumpukkannya gagasan dalam sebuah kalimat yang panjang. Dengan demikian, kalimat yang seharusnya terpisah dalam dua atau tiga kalimat ditumpuk dalam satu kalimat panjang dalam satu paragraf.
        Untuk menghindari kesalahan di atas, hubungan logis antarkalimat dalam sebuah paragraf perlu mendapat perhatian. Kalimat-kalimat dalam paragraf dipadukan dengan kata sambung yang tepat. Berikut ini akan dibahas masalah berbagai kata sambung yang berfungsi menjaga kelogisan dalam paragraf.
Hubungan Logis Antarkalimat
}  Hubungan logis dalam paragraf adalah rangkaian kalimat-kalimat yang ditata dengan baik dan masuk akal sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Dalam hubungan logis antarkalimat, pada dasarnya, kata sambung yang digunakan harus menunjukkan pengacuan ke kalimat terdahulu.
}  Perlu dicatat bahwa tidak semua kata sambung dalam kalimat dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat-kalimat dalam paragraf. Kata sambung antarkalimat dapat juga digunakan untuk menghubungkan paragraf yang satu dengan yang lain. Di dalam penulisannya, kata sambung antarkalimat harus disertai koma.


Hubungan antarkalimat yang sering didapati dalam tulisan adalah sebagai berikut.
1.        Hubungan akibat. Hubungan yang menyatakan akibat ini dimarkahi dengan: akibatnya, walhasil, alhasil, karena itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, maka dari itu, sebagai akibatnya.
2.        Hubungan konsekuensi. Hubungan yang menyatakan konsekuensi ini ditandai dengan kata sambung dengan demikian, maka.
3.        Hubungan sebab yang ditandai dengan kata sambung alasannya, sebabnya.
4.        Hubungan tujuan yang ditandai dengan kata sambung untuk itu, untuk keperluan itu, untuk tujuan itu.
5.        Hubungan perlawanan/konsesif yang ditandai dengan kata sambung meskipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, kendati demikian/begitu, bagaimanapun, akan tetapi; dan namun. Perhatikan: Jangan gunakan namun demikian karena ungkapan ini tidak ada artinya (bandingkan dengan tetapi demikian).
6.        Hubungan pertentangan/kebalikan yang ditandai dengan kata sambung sebaliknya, sementara itu.
7.        Hubungan waktu dapat dibedakan atas:
       hubungan keserempakan yang ditandai dengan kata sambung sementara itu, dalam pada itu, pada saat itu, pada saat yang bersamaan, ketika itu.
       hubungan anteroritas yang ditandai dengan kata sambung sebelumnya, sebelum itu.
       hubungan posterioritas yang ditandai dengan kata sambung sesudahnya, sesudah itu, setelah itu, kemudian.
8.        Hubungan syarat yang ditandai dengan kata sambung jlka demikian halnya, kalau begitu.
9.        Hubungan urutan yang ditandai dengan kata sambung selanjutnya, demikian pula, Pertama ... Kedua, ... Ketiga, ... Terakhir, ... atau Pertama-tama, ... Kemudian, ... Akhirnya, … .

Mencermati Alat Perekat Kalimat (Kohesi)
}  Apa yang dimaksud dengan alat kohesi? Alat ini penting sebagai semacam perekat di antara bagian-bagian kalimat atau antara kalimat satu dan kalimat berikutnya di dalam paragraf. Kehadiran perekat ini membuat rentetan kalimat di dalam suatu paragraf dapat enak dan mudah diikuti isinya.
}  Alat kohesi dapat berupa konjungsi (kata penghubung), seperti karena, meskipun, ketika, dan tetapi. Akan tetapi, dapat pula berupa bentuk-bentuk lain seperti pronomina (kata ganti), pengulangan kata yang sama, pemakaian sinonim, atau dapat juga berupa penataan berdasarkan urutan waktu (kalau kebetulan yang dibahas berkaitan dengan waktu).
}  Singkatnya, ada banyak alat tersedia di dalam bahasa untuk membuat rentetan kalimat dalam paragraf mudah diikuti dan enak dibaca. Namun, alat kohesi ini tidak perlu dihafalkan. Banyak membaca dan banyak latihan menulis akan dengan sendirinya meningkatkan penguasaan alat-alat kohesi itu.
Perhatikanlah beberapa contoh berikut!
1
A.       Mahalnya printer atau alat cetak Braille juga menambah kesulitan. Mereka tidak menggunakan tinta melainkan jarum sebagai alat tulis. Putusnya satu jarum membuat mesin itu tidak bisa digunakan. Pengadaan buku Braille jadi sangat mahal dan secara bisnis, justru mendatangkan kerugian.
B.       Mahalnya printer atau alat cetak Braille juga menambah kesulitan. Apalagi mereka tidak menggunakan tinta melainkan jarum sebagai alat tulis. Putusnya satu jarum membuat mesin itu tidak bisa digunakan. Dengan demikian, pengadaan buku Braille jadi sangat mahal dan secara bisnis justru mendatangkan kerugian.
       
        Paragraf …. lebih enak dibaca karena paragraf ini memakai alat kohesi yang berupa konjungsi; apalagi dan akibatnya, sedangkan paragraf …. tidak. Dengan pemakaian konjungsi, keterkaitan makna antarkalimat menjadi lebih jelas.
2
A.       Tentu saja tidak ada larangan jika Indonesia ingin berdikari. Tindakan melakukan berdikari sama saja dengan pilihan dalam melakukan perdagangan internasional. Jika Indonesia memilih tidak melakukan impor dalam rangka berdikari, pilihan tidak melakukan impor sah-sah saja.
B.       Tentu saja tidak ada larangan jika Indonesia ingin berdikari. Itu sama saja dengan pilihan dalam melakukan perdagangan internasional. Jika Indonesia memilih tidak melakukan impor dalam rangka berdikari, itu sah-sah saja.
  
   Paragraf …. lebih enak diikuti isinya karena paragraf itu memanfaatkan pemakaian kata ganti (pronomina) yakni itu. Selain berfungsi sebagai penyambung kalimat berikutnya, pemakaian kata ganti juga dapat memperpendek panjangnya rentetan kata.
3
}  Semua orang tahu bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan. Namun, masih banyak anggota masyarakat kita yang tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan. Akibatnya, masalah ini menjadi sulit dipecahkan. Seandainya saja setiap anggota masyarakat peduli akan kebersihan di sekitar tempat tinggalnya, tentulah kualitas kesehatan dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, marilah kita mencoba untuk menjadikan diri kita masing-masing peduli terhadap kebersihan lingkungan.
        Paragraf ini banyak memakai perulangan kata. Berapa jumlah kata kebersihan yang terdapat pada paragraf 3? Pengulangan kata di situ dapat dimanfaatkan sebagai pengikat rentetan kalimat.
}  Bandingkanlah paragraf 2A dengan 3. Pada paragraf 2A juga terdapat pengulangan kata. Akan tetapi, pada paragraf itu pengulangan kata mengganggu kelancaran arus gagasan dari kalimat satu ke kalimat berikutnya. Oleh karena itu, strategi pengulangan kata tidak tepat untuk diterapkan pada paragraf itu.
}  Lain halnya yang terjadi pada paragraf (3). Pengulangan kata dapat dipakai sebagai alat untuk melancarkan arus gagasan dari kalimat satu ke kalimat berikutnya. Jadi pengulangan kata dapat sesuai untuk paragraf yang satu,  tetapi belum tentu untuk paragraf yang lain. Itu semua bergantung pada bagaimana isi paragraf yang bersangkutan.
}  Yang diharapkan untuk ditangkap melalui contoh-contoh paragraf di atas ialah penyadaran akan hal berikut. Di dalam perangkaian kalimat, bahasa menyediakan banyak alat kohesi: konjungsi, pronomina, pengulangan kata, dsb. Makin banyak kita mengenal alat kohesi makin leluasa kita dapat memilih mana yang tepat untuk dipakai pada paragraf yang sedang kita tulis.
}  Pada contoh di atas sengaja dipilah-pilah alat kohesi yang berupa “konjungsi”, yang berupa “pronomina”, dan yang berupa “pengulangan kata”. Di dalam praktik penulisan, beberapa alat itu bisa dicampur dalam satu paragraf. Tujuan pemisah-misahan pada contoh di atas sekadar untuk mempertajam pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan “alat kohesi”.
}   
Latihan
        Pada latihan berikut, alat kohesi tidak akan disoroti satu per satu. Yang dilakukan adalah kegiatan merangkai kalimat.
        Pedoman yang dipegang ialah perangkaian yang bagaimanakah yang dapat menghasilkan rentetan kalimat yang terasa “menyambung” satu dengan yang lain?
1. Urutkanlah kalimat-kalimat berikut sehingga menjadi paragraf yang padu!
Konglomerat Indonesia menggunakan gaya “manajemen gado gado”
untuk mengembangkan bisnis usahanya. Gaya tersebut meliputi
manajemen Cina tradisional, Belanda, Jepang, dan Amerika.
A.       Manajemen Belanda diterapkan sebagai landasan jalannya usaha.
B.       Gaya ini memiliki hubungan yang erat seperti hubungan berdasarkan kepemilikan saham, istri, anak, atau menantu.
C.        Manajemen Cina Tradisional digunakan untuk menggalang kemitraan sesama konglomerat yang umumnya berasal dari daratan Cina.
D.       Adapun Manajemen Amerika terlihat dari banyaknya bidang usaha yang memanfaatkan para profesional sebagai ujung tombak dalam menjalankan usaha.
E.        Manajemen Jepang diterapkan untuk meningkatkan produksi pabrik.
F.        Hal ini tercermin dari adanya lembaga komisaris selaku supervisor board (dewan pengawas) dan dewan direksi sebagai pelaksana operasional.
2. Kalimat mana yang membuat paragraf ini sumbang? Garis bawahilah!
        Pimpinan Wisma Kartika memperhitungkan berapa buah rumah yang dapat dibangunnya dengan 300 ton pasir yang tertumpuk di Jalan H. Asnawi. Dari pasir itu ia dapat membangun sebuah kompleks rumah murah yang terdiri atas 125 buah rumah. Tidak demikian halnya dengan PT Beling Jaya. Pimpinan Beling Jaya akan memperhitungkan jumlah keuntungan yang diperolehnya dari pasir itu kalau pasir itu dibuat kaca. Lain lagi pandangan seorang pekerja kapal keruk. Pekerja kapal keruk memandang pasir itu sebagai penghalang yang perlu disingkirkan karena pasir merupakan musuh besarnya ketika mengeruk sebuah dasar sungai. Kapal keruk itu mondar-mandir di sekitar sungai Batanghari. Jadi, jelaslah bahwa setiap orang akan memandang sebuah objek dengan makna yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
        Paragraf di atas merupakan paragraf induktif. Alihkanlah menjadi paragraf deduktif!
3.     Pilihlah satu dari dua paragraf di bawah ini. Kemudian, buatlah kerangka paragraf        berdasarkan paragraf yang Anda pilih. Lalu, kembangkan paragraf tersebut menjadi       sebuah wacana yang lebih luas. Selanjutnya, tentukan judul yang tepat untuk wacana yang Anda susun tersebut.
Paragraf (1)

        Ada beberapa faktor pemicu kemunduran perekonomian di Indonesia. Penyebab pertama ialah anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Banyak pengusaha di bidang industri yang memilih lari ke luar negeri dan membuka usahanya di sana. Penyebab yang tidak dapat dianggap sepele ialah ketidakpuasan politik. Demonstrasi muncul di mana-mana, ditambah dengan ketidakmenentuan sikap (pro- atau kontra-) terhadap pemerintah. Kemunduran perekonomian juga disebabkan oleh hambatan pada jalur distribusi. Keadaan seperti itu mengakibatkan harga barang-barang kebutuhan sehari-hari melonjak.
}   
Paragraf (2)
        Pada abad ke-21, Asia diramalkan menjadi pusat ekonomi dunia. Ramalan ini berdasarkan beberapa fakta yang ada. Pertama, jumlah penduduk Asia ialah setengah penduduk dunia. Di antaranya kira-kira 500 juta orang yang termasuk dalam kategori kelas menengah. Hal ini jelas merupakan potensi pasar yang besar. Kedua, tingkat teknologi di Asia sudah sama dengan negara-negara Barat. Banyak pabrik-pabrik di Barat yang pindah ke Asia karena dapat memperoleh modal, tanah, dan tenaga kerja yang lebih mudah dan murah bila dibandingkan di Barat.

Penulisan Karangan Ilmiah
Jenis Tulisan
        Setiap tulisan pasti dibangun oleh beberapa bagian. Bagian-bagian pembangun sebuah karya tulis akan mengandung beberapa jenis tulisan. Sebuah karya tulis berlaras ilmiah pun akan dibangun oleh beberapa jenis tulisan. Seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah tulisan yang utuh. Sebuah tulisan ilmiah merupakan hasil rangkaian fakta, bukan realitas, yang merupakan hasil pemikiran, gagasan., peristiwa, gejala, dan pendapat.
       
        Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realitas kehidupan dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistas berarti bahwa peristiwa yang diceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realitis dapat berasal dari dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan lain, bahkan juga dari suatu peristiwa faktual. Fakta berarti bahwa rangkaian peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan dialami oleh penulis.
                        Pada dasarnya, sebuah karya ilmiah merupakan sebuah tulisan nonfiksi yang bertujuan untuk memberitahukan, menjelaskan, atau membuktikan suatu fakta kepada pembaca. Tekanan pada fungsi memberitahukan, menjelaskan, atau membuktikan menyebabkan jenis tulisan pada karya ilmiah merupakan eksposisi (memberitahukan, menjelaskan, memaparkan) dan argumentasi (membuktikan). Dalam usaha untuk menyampaikan karya ilmiah secara lebih akurat, karya ilmiah acapkali juga menampilkan jenis tulisan deskripsi (memerikan suatu keadaan atau seseorang) dan naratif (menceritakan).
                        Argumentasi dan persuasi dalam karya i1miah ditimbulkan oleh penyusunan fakta-fakta dalam kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta-fakta tersebut dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa keyakinan akan kebenaran uraian tersebut.
Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis karangan yang lazim ditemukan dalam karya ilmiah.

1.        Narasi (Kisahan)
                        Narasi adalah penulisan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan dan pengalaman maupun berdasarkan pengalaman. Pada saat penulis menguraikan kehidupan atau keadaan informan, uraian dituangkan dalam bentuk narasi yang berisi himpunan informasi faktual mengenai suatu peristiwa dan situasi. Narasi, dalam hal ini, bukanlah narasi rekaan atau imajinatif, melainkan narasi yang merupakan himpunan peristiwa yang diuraikan secara berurutan dan logis. Narasi berusaha untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1997: 109).
                        Narasi bersifat menghimpun informasi berdasarkan pengamatan, liputan, wawancara, dan bacaan. Oleh karena itu, narasi dalam berita merupakan himpunan peristiwa yang faktual bukan realistis (Marahimin, 1994:37-38). Bentuk narasi yang nonfiktif dapat dijumpai dalam buku harian, sejarah, biografi atau otobiografi, surat kabar, majalah, surat pribadi, dan sebagainya. Dalam karya ilmiah, narasi bersifat menyampaikan sebuah peristiwa berdasarkan urutan kronologis dan digunakan sebagai ilustrasi untuk menguatkan uraian yang sedang disampaikan oleh penulis (peneliti).

2. Deskripsi (Perian)
                        Dalam hal narasi, terkait pula jenis tulisan deskriptif. Deskripsi adalah tulisan yang berusaha untuk menggambarkan bentuk obyek pengamatan: rupanya, sifatnya, rasanya, atau coraknya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Deskripsi juga merupakan penulisan yang menggambarkan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, atau gembira. Tujuan dari deskripsi adalah membantu pembaca untuk membayangkan seseorang, merasakan suatu suasana, atau memahami suatu sensasi atau emosi melalui imajinasi yang terbentuk dari ungkapan bahasa.
                        Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan yang tertangkap oleh pancaindera penulis berkaitan dengan sebuah objek atau peristiwa (Keraf, 1997: 109-l10). Menurut Marahimin (1994: 38), dalam penulisan deskripsi, yang ditulis adalah fakta, bukan realita. Deskripsi adalah hasil observasi dengan menggunakan semua alat indria penulis.
                        Ada dua jenis deskripsi, yaitu deskripsi ekspositoris dan deskripsi impresionistis (Marahimin, 1994: 46). Deskripsi ekspositoris adalah deskripsi yang sangat logis yang isinya merupakan daftar perincian yang disusun menurut sistem atau urutan logis dari obyek yang diamati. Deskripsi impresionistis adalah deskripsi yang menggambarkan imprasi penulis atau untuk menstimulir pembaca yang lebih menekankan kesan pada saat penulis melakukan observasi. Urutan yang digunakan ialah urutan menurut kuat atau lemahnya kesan penulis terhadap obyek yang ditulis.

Dalam menyusun sebuah deskripsi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
a.        Harus ada penggambaran yang dominan yang dituangkan dalam sebuah kalimat topik dalam paragraf.
b.        Suasana hati tertandai melalui pilihan kata yang baik.
c.        Pengembangan paragraf harus dilakukan secara efektif, masuk akal atau logis, dan dipikirkan dan dirancang dengan cermat dan teliti.
Deskripsi orang sebaiknya menggambarkan
a.        penampilan seseorang,
b.        moral atau etika yang dianut seseorang,
c.        perilaku seseorang, terutama dalam saat tertentu,
d.        sifat seseorang,
e.        suara dan cara seseorang berbicara,
f.         sikap seseorang terhadap orang lain.
Deskripsi waktu harus mencakup
a.        keterangan waktu yang tepat,
b.        pengurutan yang kronologis dan logis, dan
c.        mengandung gabungan unsur perian orang dan tempat.

 
3. Eksposisi (Paparan)
                        Pada saat berita berfungsi untuk memberitahukan dan menjelaskan sesuatu, jenis tulisan yang digunakan adalah eksposisi atau paparan. Eksposisi adalah tulisan yang berusaha memberi penjelasan atau informasi. Tulisan yang ekspositoris akan menguraikan sebuah proses, melukiskan proses pembuatan sesuatu yang belum diketahui pembaca, atau proses kerja suatu benda.
                        Definisi lain dari eksposisi adalah tulisan yang berusaha menyingkapkan buah pikiran, perasaan, atau pendapat penulis untuk diketahui pembaca (Marahimin, 1994: 208). Ada beberapa jenis tulisan ekspositoris, yaitu eksposisi yang menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan dan menguraikan sebuah definisi atau pandangan, menerangkan arah, menjelaskan dan menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, mengulas suatu hal atau peristiwa.           
                        Pada dasarnya dalam sebuah karya i1miah, eksposisi menghimpun dua hal, pencerapan alat indera (deskripsi) dan penggalian referensi. Pada saat eksposisi melukiskan sesuatu, jenis tulisan deskripsi akan muncul juga. Dalam usaha lainnya,. seperti menguraikan, menafsirkan, menjelaskan, eksposisi berusaha untuk merangkaikan atau merangkum sebuah hasil riset berdasarkan percobaan, akumulasi data, perluasan pemikiran, atau pengamatan. Dalam tulisan ekspositoris ada suatu bagian simpulan atau saran yang akan mengakhiri tulisan tersebut.
4. Argumentasi (Bahasan)
                        Argumentasi adalah penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau bahkan membujuk pihak lain agar pendapat pribadi penulis diterima. Dalam karya ilmiah, bentuk argumentasi ini dianjurkan dalam sajian yang obyektif dan tidak mengandung opini penulis. Argumentasi harus dibangun dengan menyusun alasan secara logis untuk menunjang sebuah kalimat topik dalam paragraf. Alasan disusun berdasarkan penjelasan atau kutipan dan fakta-fakta yang tepat.
                        Pada saat penyusunan sebuah laporan i1miah, sebaiknya, diperhatikan penggunaan berbagai jenis karangan ini. Dengan demikian, karya ilmiah tidak akan menjadi sebuah tulisan ilmiah yang kering dan menjemukan. Alasan dibangun atas berbagai paragraf yang mengandung narasi, deskripsi, dan eksposisi. Dengan proses itu, diharapkan bahwa pembaca akan mudah memahami jalan pikiran penulis.
Sistematika dan Kejelasan Karangan
                        Persiapan untuk menulis sebuah karya ilmiah berbeda dari persiapan untuk menulis sebuah berita di surat kabar atau artikel di majalah, misalnya. Jika kita akan menulis di media tersebut, topik sudah tersedia, yakni hal yang harus diliput. Tujuan juga jelas, yakni menyajikan informasi yang hangat dan aktual ke tangan pembaca. Siapa yang menjadi pembaca berita atau artikel itu juga sudah jelas. Tidak demikian halnya dengan karya ilmiah. Acapkali, sebagai mahasiswa yang mendapat tugas dari pengajar, topik sudah ditentukan oleh pengajarnya. Namun, tidakjarang pula, topik harus ditentukan oleh penulis, dalam hal ini mahasiswa sendiri, terutama dalam penulisan skripsi atau tugas akhir. Biasanya, topik yang dipilih berkaitan dengan hal yang sedang diteliti. Tujuan juga harus jelas karena tujuan penulis akan berkaitan dengan jenis tulisan yang dihasilkan.
                        Syarat-syarat yang diperlukan untuk menulis sebuah karya ilmiah, antara lain, adalah tersusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara_terkendali, konseptual, dan prosedural. Berdasarkan syarat itu, pemilihan topik disertai penetapan tujuan. Kemudian, topik dan tujuan itu dirumuskan menjadi sebuah tema yang utuh. Tema ini menjadi awal dari rangkaian penulisan sebuah karya ilmiah yang sistematis dan yang direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural. Dengan demikian, akan dihasilkanlah sebuah tulisan yang mengandung pandangan dan pembuktian yang tersusun secara sistematis.
Topik
                        Topik acapkali sulit dibedakan dari judul. Sebuah topik atau, bahkan, sebuah tesis, dapat saja, pada  akhirnya, dijadikan judul tulisan. Akan tetapi, topik tidak sama dengan judul. Tidak selalu sebuah judul merupakan topik tulisan. Mungkin saja terjadi bahwa sebuah judul mengandung topik. Mengenai judul akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan mengenai tema atau tesis.
                        Dalam Keraf (1997), dikatakan bahwa topik berasal dari kata Yunani, topoi. Topoi berarti ‘tempat’. Jadi, kita menempatkan pokok persoalan atau pembahasan.
                        Oleh karena itu, dalam karang-mengarang, topik adalah ‘pokok pembicaraan’. Ada empat syarat pemilihan topik, yaitu
a.        menarik perhatian penulis,
b.        diketahui dan dikuasai oleh penulis,
c.        harus cukup sempit dan terbatas, dan
d.        sebaiknya, tidak terlalu baru, teknis, atau kontroversial (khusus untuk penulis pemula).

Tujuan
                        Jika selesai memilih topik, langkah berikutnya bagi penulis aalah menetapkan tujuan penulisan. Menurut Keraf (1997), tujuan penulisan ada dua, yaitu
        sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis berlandaskan topik yang telah dipilih dan maksud penulis dalam menguraikan topik bahasan.
                        Jadi, tujuan yang dimaksudkan bukan tujuan topik melainkan pribadi penulis.
Tesis
                        Langkah berikutnya adalah merumuskan kalimat tema, yakni menggabungkan topik dan tujuan kita. Istilah tema digunakan untuk laras karangan pada umumnya. Kalimat tema bagi karangan ilmiah disebut kalimat tesis. Dalam laras ilmiah, sebagaimana diuraikan dalam Keraf (1997), kalimat tesis adalah kalimat tema bagi laras ilmiah yang berbentuk satu kalimat dengan topik dan tujuan yang bertindak sebagai gagasan sentral kalimat tesis tersebut.
                        Kata tema berasal dari bahasa Yunani, tithenai, yang berarti ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’. Jadi, tema berarti bahwa ada ‘sesuatu yang telah diuraikan’ atau ‘sesuatu yang telah ditempatkan’. Dalam proses penulisan sebuah karya, tema berarti ‘sebuah perumusan dari topik yang telah dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui pilihan topik tadi.
                        Sebuah kalimat tesis merupakan perumusan singkat yang mengandung tema. dasar sebuah tulisan dengan satu gagasan sentral yang menonjol. Jika kita memandangnya dari sudut analisis kalimat, gagasan sentral dari kalimat tesis adalah subjek, predikat, dan objek (jika ada) atau gagasan sentral adalah gagasan utama kalimat (dalam hal ini, kalimat tesis). Kalimat tesis berbentuk satu kalimat, dapat berupa kalimat tunggal ataupun kalimat majemuk bertingkat, tetapi tidak boleh berbentuk kalimat majemuk setara.
       
                        Jadi, dalam merumuskan sebuah kalimat tesis, selain persyaratan kalimat tema, harus diperhatikan pula bentuk kalimat tesis itu dengan memperhatikan empat hal berikut ini.
a.        Harus berupa sebuah kalimat hasil perumusan topik dan tujuan.
b.        Dapat berupa kalimat tunggal atau kalimat majemuk bertingkat.
c.        Tidak boleh berupa kalimat majemuk setara.
d.        Harus memiliki gagasan sentral, dalam hal ini gagasan utama kalimat tesis.
e.        Tidak mengandung kata negasi dan kata relatif, seperti beberapa, hanya, dan agak.
                        Kalimat tesis merupakan payung dari keseluruhan bentuk karangan. Pembagian bab atau pembagian paragraf dalam sebuah karangan merupakan gagasan-gagasan bawahan yang akan menunjang kalimat tesis tersebut. Kerangka karangan yang baik selalu dapat menunjukkan kepada pembaca topik dan tujuan si penulis.
                        Sebuah tesis yang baik harus mempunyai
a.        kejelasan yang diwujudkan melalui sebuah gagasan sentral yang dapat diikuti oleh perincian dan subordinasinya;
b.        kesatuan melalui gagasan sentral yang berada dalam tema yang akan memayungi seluruh karangan dan menjaga agar fokus pembicaraan akan tetap terjaga;
c.        perkembangan yang jelas merupakan penyusunan uraian perincian dengan logis dan teratur sehingga pembaca akan dengan mudah mengikuti alur berpikir penulis;
d.        keaslian dalam hal pemilihan pokok persoalan, sudut pandang, dan pendekatannya sehingga rangkaian kalimat dan pilihan katanya pun akan terlihat keasliannya; dan
e.        judul yang cocok yang menggambarkan tema karangan tetapi tidak mengungkapkan seluruh­ isi karangan.
                        Tesis dan topik bukan judul. Jika topik dan tesis dirumuskan di awal penulisan, sebaliknya, perumusan judul dilakukan setelah seluruh karangan selesai. Boleh saja, pada akhirnya, sebuah topik atau tesis menjadi judul, tetapi tidak selulu sebuah topik itu sama dengan judul.
                        Sebuah judul harus memiliki persyaratan
a.        ringkas,
b.        provokatif, dan
c.        relevan dengan isi.
                        Pembuatan judul dapat dilakukan dengan cara berikut.
a.        Mencari kata-kata kunci.
b.        Mewaspadai kalimat-kalimat yang pendek, kalimat tanya, ungkapan, atau istilah yang digunakan dalam tulisan. Hal-hal itu berpotensi untuk diangkat sebagai judul.
c.        Membaca judul- judul yang pernah dibuat oleh penulis lain.
d.        Membuat tulisan yang lengkap terlebih dahulu.
e.        Membuat beberapa pilihan judul, coba terapkan pada karangan. Jangan takut membuat penyesuaian, baik pada judul maupun pada tubuh karangan.





Kerangka Karangan

Pengertian Kerangka Karangan
                        Pada umumnya, ketika akan menulis karangan ilmiah, penulis membuat sebuah bagan atau rencana kerja. Hal itu dimaksudkan agar isi pikiran yang akan dituangkan ke dalam tulisan teratur, terperinci, dan sempurna. Bagan  yang dibuat dapat beberapa kali mengalami perubahan demi perbaikan dan penyempurnaan.
                        Metode yang biasa dipakai untuk maksud tersebut disebut outline atau kerangka karangan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang digarap.

Manfaat Kerangka Karangan
                        Mengapa pembuatan kerangka karangan sangat dianjurkan kepada penulis (terutama penulis yang baru mulai menulis)? Metode ini akan membantu setiap penulis untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dilakukan karena kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut.
a.        Menyusun karangan secara teratur
b.        Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
c.        Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
d.        Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu



Langkah-Langkah Penyusunan Kerangka Karangan
a.        Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik atau tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan harus berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
b.        Langkah yang kedua adalah mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi.  Dalam hal ini, penulis boleh mencantumkan sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung melakukan evaluasi terhadap topik-topik tadi.
c.        Langkah yang Ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut.
       
        Pertama: Topik yang tidak relevan dengan tesis dicoret dari daftar.
        Kedua: Jika ada lebih dari satu topik  yang sama tetapi dirumuskan dengan cara yang berlainan, buatlah perumusan baru.
        Ketiga: Bila ada topik yang sebenarnya merupakan bawahan dari topik yang lain, masukkanlah topik bawahan itu ke topik yang lebih tinggi.
        Keempat: Jika ada dua topik atau lebih yang sederajat tetapi lebih rendah daripada topik yang lain, pilihlah dengan cermat mana topik yang lebih tinggi yang akan membawahi topik-topik tadi.
d.        Untuk mendapatkan sebuah kerangkan karangan yang sangat terperinci, langkah kedua dan ketiga dilakukan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.
e.        Selanjutnya ialah menentukan pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan mempergunakan semua langkah di atas. Dengan pola susunan tersebut, semua perincian akan disusun kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan yang baik.


Pola Susunan Kerangka Karangan
1.        Pola Alamiah
        a. urutan waktu (kronologis)
        b. urutan ruang (spasial)
        c. topik yang ada
2.        Pola Logis
        a. urutan klimaks dan antiklimaks
        b. urutan kausal
        c. urutan pemecahan masalah
        d. urutan umum-khusus
        e. urutan familiaritas
        f.  urutan akseptabilitas
         
Macam-Macam Kerangka Karangan
        Kerangka karangan dapat dibedakan berdasarkan dua parameter yaitu sifat perinciannya dan perumusan teksnya.
1.        Berdasarkan Perincian
        a. kerangka karangan sementara
        b. kerangka karangan formal
2.        Bedasarkan Perumusan Teksnya
        a. kerangka kalimat
        b. kerangka topik



Kutipan dan Sistem Perujukan
        Dalam Bab Kerangka Teoretis, seorang penulis akan melakukan sintesis, langkah terakhir dalam penyusunan bab itu. Dalam karya ilmiah, sintesis merupakan rangkuman berbagai rujukan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis. Sintesis dibangun berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan pemahamannya atas kutipan tersebut. Cara penulis mengutip dan membuat rujukannya berkaitan erat  dengan penyusunan daftar bacaan (bibliografi).
Kutipan
  Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan akan dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan dari pendapat berbagai tokoh merupakan esensi dalam penulisan sintesis.
  Kutipan dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang mantap. Jika belum, hasilnya akan merupakan karya “SUNTING”-an, yaitu “SUSUN” dan “GUNTING” dari berbagai teori tanpa adanya suatu benang merah pemikiran yang mengikat berbagai kutipan tersebut.
Kutipan adalah bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan akan dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan dari pendapat berbagai tokoh merupakan esensi dalam penulisan sintesis.
Kutipan dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang mantap. Jika belum, hasilnya akan merupakan karya “SUNTING”-an, yaitu “SUSUN” dan “GUNTING” dari berbagai teori tanpa adanya suatu benang merah pemikiran yang mengikat berbagai kutipan tersebut.
Penggunaan kutipan memiliki beberapa tujuan, yaitu
  untuk menegaskan isi uraian
  untuk membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat oleh penulis.
  untuk memperlihatkan kepada pembaca materi dan teori yang digunakan penulis.
  untuk mengkaji interpretasi penulis terhadap bahan kutipan yang digunakan.
  untuk menunjukkan bagian atau aspek topik yang dibahas.
  untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan tulisan orang lain sebagai milik sendiri (plagiat)
Ada beberapa cara mengutip yang dapat diterapkan secara bervariasi dalam tulisan. Jenis kutipan itu ialah sebagai berikut.
A.       Kutipan Langsung
1.        Kutipan Langsung Pendek
  diintegrasi langsung dengan teks
  diberi berjarak antarbaris sama dengan teks
  diapit tanda kutip
  disebut sumber rujukan         
2.        Kutipan Langsung Panjang
  dipisahkan dari teks dengan spasi (jarak antarbaris) lebih dari teks.
  diberi berjarak rapat antarbaris dalam kutipan
  boleh diapit tanda kutip, boleh juga tidak
  disebut sumber rujukan         
B.     Kutipan Tak Langsung
  diintegrasi langsung dengan teks
  diberi berjarak antarbaris sama dengan teks
  tidak diapit tanda kutip
  disebut sumber rujukan         
C.        Kutipan pada Catatan Kaki (Footnotes)
  selalu diberi jarak spasi rapat
  dimasukkan dalam tanda kutip
  Dikutip tepat sebagaimana teks aslinya.
D.       Kutipan atas Ucapan Lisan
  meminta persetujuan dari sumber
  mencatat tanggal dan peristiwa tempat ujaran itu diucapkan
  menyebut dengan jelas sumbernya
  menuliskan kutipan secara langsung atau tidak langsung pada badan teks atau pada Catatan Kaki

Sistem Perujukan
                        Sistem rujukan digunakan sebagai sumber referensi  jika penulis
  menggunakan kutipan dengan berbagai cara yang disebutkan di atas
  menjelaskan dengan kata-kata sendiri pendapat penulis atau sumber lain
  meminjam tabel, peta, atau diagram dari suatu sumber
  menyusun diagram berdasarkan data penulis atau sumber lain
  menyajikan suatu pembuktian khusus yang bukan suatu pengetahuan umum
  merujuk bagian lain pada teks.
                        Sebenarnya, setiap bidang ilmu memiliki sistem perujukannya masing-masing. Sistem perujukan di kedokteran berbeda dari sistem perujukan ekonomi atau teknik.
Namun, ada dua sistem pendokumentasian sumber bacaan yang sering digunakan sebagai dasar kutipan kita, yaitu
  sistem catatan (note-bibliography) yang menyajikan infomasi mengenai sumber dalam bentuk catatan kaki (footnotes) atau catatan belakang (end notes) atau langsung dalam daftar pustaka (blibiography). Cara ini direkomendasikan oleh The University of Chicago Press dan dikenal dengan sebutan format Chicago
  Sistem langsung (parenthetical-reference) yang menempatkan informasi mengenai sumber dalam tanda kurung dan diletakkan (a) langsung pada bagian yang dikutip, (b) pada daftar kutipan (list of work cited), atau (c) pada daftar pustaka. Cara kedua ini ialah cara yang direkomendasikan oleh MLA (Modern Language Association) dan APA (The American Psychological Association).
Unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam menyusun Catatan Kaki:
  Nama penulis yang diawali dengan penulisan nama diri
  Judul karya tulis yang dicetak miring dengan menggunakan huruf besar untuk huruf pertama kecuali kata sambung dan kata depan
  Data publikasi berisi nama tempat (kota), koma,dan tahun terbitan yang diletakkan di antara tanda kurung, dan nomor halaman yang diletakkan di luar tanda kurung, contoh: (Jakarta:    Gramedia, 1967), 49—51.
  Untuk kutipan pada buku berjilid atau dari jurnal/majalah ilmiah, nomor jilid menggunakan angka romawi dan angka arab, diikuti dengan data publikasi dalam kurung, koma, dan diakhiri nomor halaman yang menggunakan angka arab, contoh: MISI, I (April, 1963): 27—30.
Jika dalam sistem catatan terjadi perujukan lanjutan yang merujuk pada sumber yang sama, digunakan singkatan yang berasal dari bahasa Latin untuk merujuk sumber pertama.
Singkatan itu ialah
a)       Ibid. : singkatan ini berasal dari kata lengkap ibidem yang berarti ‘pada tempat yang sama’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu langsung pada karya yang disebut dalam perujukan nomor sebelumnya. Jika nomor halaman pengacuan sama, tidak perlu dicantumkan nomor halaman. Jika berbeda, setelah Ibid. dicantumkan nomor halaman. Contoh: Ibid.,  87. 
b)       Op.Cit. : singkatan ini berasal dari gabungan kata opere citato yang berarti ‘pada karya yang telah dikutip’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu perujukan pertama  yang berasal dari buku namun diselingi perujukan lain. Teknik penulisannya: nama belakang penulis, diikuti oleh op.cit., diikuti nomor halaman jika nomor halaman pengacuan berbeda dari perujukan pertama. Contoh: Keraf,  op.cit.,  87.
Loc.Cit : singkatan ini berasal dari gabungan kata loco citato yang berarti ‘pada tempat yang telah dikutip’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu perujukan pertama  yang berasal dari artikel dalam majalah, ensiklopedi, surat kabar, namun diselingi perujukan lain. Oleh karena hanya merupakan bagian dari suatu buku, majalah, surat kabar (atau opus ‘karya’), artikel dirujuk dengan locus yang berarti ‘tempat’.  Teknik penulisannya: nama belakang penulis, diikuti oleh loc.cit., diikuti nomor halaman jika nomor halaman pengacuan berbeda dari perujukan pertama. Contoh: Keraf,  loc.cit.,  87.

REPRODUKSI DAN BIBLIOGRAFI
1. Pendahuluan
                Pada saat menulis bab mengenai Kerangka Teoretis, berbagai teori dan konsep yang diajukan oleh para ahli harus dikumpulkan. Teori dan konsep itu menjadi landasan teoretis untuk menelaah data yang sudah dikumpulkan. Teori-teori itu dikumpulkan dari berbagai buku teoretis yang sudah dibaca dan dipahami. Pendapat yang mendukung sudut pandang ayau yang mendukung alasan penulis akan dikutip.
Untuk dapat memperoleh intisari mengenai sudut pandang ahli yang pendapatnya menunjang sebuah karya ilmiah, ada beberapa langkah.
1.        Penulis membuat ringkasan.
2.        Penulis membuat ikhtisar atau abstrak dari ringkasan yang telah dibuatnya.
3.        Penulis menyusun segala pengetahuan dari bacaan dalam sebuah sintesis.
                Semua kegiatan tersebut disebut kegiatan memproduksi sebuah karya ilmiah. Jadi, reproduksi meliputi kegiatan membuat kutipan, ikhtisar atau ringkasan, dan sintesis.
2. Ringkasan
                Salah satu untuk memahami sebuah teori adalah dengan membuat ringkasan. Ringkasan adalah penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat dan efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan. Ringkasan itu dapat merupakan ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel.
                Fungsi sebuah ringkasan adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan. Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan penunjang, Melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan penulis.
Untuk memperoleh ringkasan yang baik, bagian-bagian yang dihilangkan adalah
  keindahan gaya bahasa
  ilustrasi atau contoh
  penjelasan yang terperinci
                Meskipun memiliki bentuk yang ringkas, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pola pikiran dan cara pendekatan penulis asli. Jadi, ringkasan tetap disusun dengan suara asli penulis. Ringkasan harus langsung diawali bagian-bagian karangan asli. Ringkasan tidak perlu diawali dengan kalimat pembuka, seperti “Dalam karangannya, pengarang berpendapat bahwa....”
Syarat ringkasan yang baik adalah
1)       ringkasan tetap mempertahankan urutan pikiran dan pendekatan penulis asli
2)       ringkasan tidak boleh mengandung hal baru, pikiran, atau opini dari pembuat ringkasan, baik yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar.
3)       Ringkasan harus disampaikan dengan suara asli penulis, bukan dengan suara pembuat ringkasan.
Untuk dapat membuat sebuah ringkasan yang baik, dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut.
1.        Membaca naskah atau teks asli beberapa kali.
2.        Mencatat gagasan utama penulis. Dalam artikel, harus dicatat kalimat topik pada setiap paragraf.
3.        Membuang paragraf yang berisi contoh, deskripsi, atau kutipan.
4.        Membuang berbagai keterangan tambahan yang tidak penting dalam sebuah kalimat.
5.        Mengubah dialog langsung ke dalam bentuk tidak langsung.
6.        Sedapat mungkin menggunakan kalimat tunggal.
7.        Menyusun ringkasan dengan mempertahankan susunan gagasan penulis asli.
3. Ikhtisar dan Abstrak
                Istilah ringkasan acapkali dikacaukan dengan istilah ikhtisar atau Abstrak. Memang, keduanya merupakan intisari dari sebuah teks asli. Akan tetapi, ada perbedaan besar dalam teknis pembuatannya. Sebuah ikhtisar atau abstrak dibuat jika penyusunnya sudah mampu membuat ringkasan dari sebuah teks. Jadi, penyusunan ikhtisar atau abstrak adalah langkah berikutnya setelah sebuah ringkasan disusun.
A. Ikhtisar
                Ikhtisar adalah rangkuman gagasan yang dianggap penting oleh penyusun ikhtisar yang digali dari sebuah teks. Penyusun ikhtisar dapat langsung mengemukakan inti atau pokok permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan atau perhatiannya. Hal pokok yang membedakan ikhtisar dari rangkuman adalah sebagai berikut.
1)       Dalam ikhtisar, urutan dari teks asli tidak perlu dipertahankan.
2)       Ikhtisar tidak akan memberikan isi keseluruhan dari karangan asli secara proporsional.
3)       Bab-bab atau bagian dari teks asli yang dianggap kurang penting oleh penyusun ikhtisar dapat diabaikan.
Ciri ikhtisar adalah
  merupakan tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari teks.
  tidak mengandung hal baru, pikiran, atau opini penyusun ikhtisar, baik yang dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar.
  menggunakan kata-kata dari penyusun sendiri.
                Contoh-contoh penggunaan ikhtisar dapat ditemukan dalam penulisan teras berita (lead) di surat kabar, sampul belakang buku, resensi buku, sinopsis film atau sinetron, atau kilasan berita.
Sebuah ikhtisar yang baik disusun berdasarkan 7 langkah berikut ini.
1.        Menetapkan tujuan membaca: gagasan apa yang saya butuhkan?
2.        Membaca dengan cermat: apa relevansi gagasan yang saya perlukan itu dalam konteks tulisan saya ini?
3.        Mencatat gagasan yang penting dari sudut pandang penyusun ikhtisar dengan kata-kata sendiri.
4.        Menyusun kerangka tulisan.
5.        Menulis ikhtisar.
6.        Mengecek kembali tulisan asli untuk meyakinkan bahwa semua gagasan yang penting telah tergali.
7.        Mengoreksi kesalahan bahasa dan kesalahan cetak.
B. Abstrak
                Sebenarnya, abstrak dan ikhtisar merupakan dua kata yang bermakna sama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tercantum bahwa kata abstrak berarti ‘ringkasan; inti; ikhtisar (karangan, laporan, dsb)’, sedangkan kata ikhtisar berarti ‘pandangan secara ringkas (yang penting-penting saja); ringkasan. Istilah abstrak berasal dari bahasa Inggris, sedangkan istilah ikhtisar berasal dari bahasa Arab. Jadi, sebenarnya kedua istilah itu berpadanan.
                Akan tetapi, di Indonesia, istilah ikhtisar dibedakan dari istilah abstrak. Ikhtisar merupakan rangkuman gagasan yang berlaku dalam laras umum, sedangkan abstrak merupakan rangkuman atau iktisar yang berlaku dalam laras ilmiah. Oleh karena itu, berlaku format tertentu bagi abstrak, baik untuk jurnal maupun untuk karya ilmiah.
Untuk tesis atau laporan tugas akhir, format aspek, yang disusun atas 200—250 kata, secara umum meliputi aspek:
a)       latar belakang dan tujuan penelitian
b)       bahan dan metode penelitian
c)        hasil dan kesimpulan yang nyata
                Untuk jurnal ilmiah, jumlah kata yang dibutuhkan hanya sekitar 75—100 kata dan diletakkan di awal sebuah artikel dan berlaku sebagai teras artikel (beranalogi dengan teras berita)


4. Sintesis
                Langkah terakhir yang wajib dilakukan dalam penulisan ilmiah adalah sintesis. Sintesis adalah tindakan merangkum berbagai pengertian atau pendapat sehingga merupakan suatu tulisan baru yang mengandung kesatuan yang selaras dengan kebutuhan penulis. Khusus dalam penulisan karya ilmiah, sintesis merupakan rangkuman berbagai rujukan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis.
                Sintesis merupakan tahap terakhir dan langkah yang paling penting dalam proses membaca kritis. Melalui sintesis, penyusun menciptakan pengetahuan baru melalui pemaduan beberapa bahan bacaan dari berbagai penulis. Sintesis merupakan kesimpulan yang diambil penulis berdasarkan pemahaman atas beberapa tulisan. Sintesis dibangun berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan pemahaman atas kutipan tersebut.
Dalam menyusun sebuah sintesis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penulis.
1.        Penulis tidak boleh terkurung dalam pendapat ahli yang dibaca.
2.        Penulis harus membentuk dan mempertajam sudut pandangnya.
3.        Penulis harus mencari kaitan mendasar antara satu bacaan dan bacaan lain.
4.        Penulis harus mencari bagian bacaan yang akan menekankan kepentingan karya ilmiahnya.
5.        Dalam menulis buram, penulis harus memfokuskan setiap paragraf yang ditulisnya dalam simpulan yang terbentuk dari bahan bacaannya.
5. Daftar Pustaka (Bibliografi)
                Pada bagian akhir sebuah karangan ilmiah akan terdapat sebuah daftar pustaka yang menjadi rujukan penulis selama melakukan dan menyusun penelitian atau laporannya. Semua bahan rujukan yang digunakan penulis, baik sebagai bahan penunjang maupun sebagai data, disusun dalam daftar pustaka ini.
                Adapun fungsi daftar pustaka ialah
  membantu pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis,
  memberi informasi kepada pembaca untuk memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam dari kutipan yang digunakan oleh penulis, dan
  membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya.

Daftar ini dapat disusun dengan berbagai format, yakni format Chicago (cara yang direkomendasikan oleh The University of Chicago), format MLA (cara yang direkomendasikan oleh Modern Language Association), format APA (cara yang direkomendasikan oleh The American Psychological Association), dan format lain yang berlaku di selingkung bidang.

Unsur yang harus dicantumkan dalam rujukan ialah
1.        nama penulis yang diawali dengan penulisan nama keluarga,
2.        tahun terbitan karya diletakkan di antara tanda kurung (format    MLA dan  APA) dan di belakang data publikasi (format chicago),
3.        judul karya tulis dengan menggunakan huruf besar untuk huruf pertama tiap kata kecuali kata sambung dan kata depan,
4.        data publikasi berisi nama tempat (kota) dan nama penerbit karya yang dikutip.

Teknik penulisan rujukan ialah sebagai berikut.
  Baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3 ketukan ke dalam.
  Jarak antarbaris ialah 1,5 spasi.
  Daftar rujukan diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis.
  Jika penulis yang sama menulis beberapa karya ilmiah yang dikutip, nama penulis itu harus dicantumkan ulang. Urutan penulisannya pun harus dimulai dengan karya yang ditulis lebih dahulu.
  Teknik-teknik Informasi. Reza Andika, Erfan Prahasto, dan Donny Dwi Hambodo. Jakarta: Erlangga, 2007.
  Metodolologi Research, jilid V. Prof.Yosia Bartolomeus. Jakarta Universitas Indonesia, 2006.
  Metode Penelitian Ilmiah. Prof.Yosia Bartolomeus. Yogyakarta, UGM, 1999.
  Sistem Informasi Manajemen atau Management Information System. Galuh Fajar Pratiwi atau Betty Schrampfer. Jakarta, Gramedia, 2002.
  Calculating The Return on Training Investment. Morgan F. Anderson. Dalam Journal Of Evaluation Practise. Vol. 11, No. 3, Oct. 2003: 176-188.
  Struktur Ongkos Usaha Perakitan Komputer di PT Temoranto 1990. Biro Pusat Statistik. Jakarta, BPS, 2003.
  MLA-Style Citations of Electronic Sources. Matias B. Suratno. Style Sheet. Http:/www.cas.usf.edu/english/walker/mla.html (10 Feb. 2001)
  Moose Crossing Proposal. Romelah. Mediamoo@media.mit.edu (20 Des 2004)
  Calculating The Return on Training Investment. Morgan F. Anderson. Dalam Journal Of Evaluation Practise. Vol. 11, No. 3, Oct. 2003: 176-188.
  Struktur Ongkos Usaha Perakitan Komputer di PT Temoranto 1990. Biro Pusat Statistik. Jakarta, BPS, 2003.
  Statistics: A Fresh Approach. D.H. Sanders. Singapore, Mc. Graw-Hill, 2007.
  MLA-Style Citations of Electronic Sources. Matias B. Suratno. Style Sheet. Http:/www.cas.usf.edu/english/walker/mla.html (10 Feb. 2001)
  Moose Crossing Proposal. Romelah. Mediamoo@media.mit.edu (20 Des 2004)
                                                                                *****




1 komentar: