Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi
Mata
kuliah ini menekankan keterampilan mahasiswa untuk menggunakan bahasa Indonesia
secara baik dan benar melalui kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis, dengan keterampilan menulis sebagai fokus.
Sasaran Perkuliahan:
Agar mahasiswa mampu dan terlatih dalam menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, baik tulisan maupun lisan dalam berbagai situasi terutama
situasi resmi.
Materi Perkuliahan:
Kedudukan dan Fungsi bahasa Indonesia
Ragam bahasa
Ejaan dan Tanda Baca
Pilihan kata
Tata
Kalimat
Kalimat efektif
Alinea
Karangan
Kutipan
dan Sistem Perujukan
Abstrak
dan Daftar Pustaka
Teknik
Penulisan Karya Ilmiah
Kepustakaan:
1.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai.
2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Pressindo.
2.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa
Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta : Pustaka Jaya
3.
Etty Indriati. 2001. Menulis Karya Ilmiah: Artikel, Skripsi, Tesis,
dan Disertasi. Jakarta: Gramedia
4.
Finoza, Lamuddin. 1999. Komposisi.
Jakarta : PT Gramedia
5.
Keraf, Gorys. 1999. Cara Menulis.
Jakarta: PT Gramedia
6.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi.
Jakarta: PT Gramedia
7.
Sugono, Dendy. 1994. Berbahasa
Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
8.
Suhendar dan Supinah. 1995. Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi. PT
Bandung
9.
Yuda, Purnomo. 1998. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,
Bandung: Buana
10.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Balai Pustaka
Metode Kuliah:
1.
Proses pengajaran diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, dan
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
mahasiswa.
2.
Bentuk aktivitas proses pengajaran
adalah (a) kuliah tatap muka, (b) ceramah, (c) dialog (diskusi) interaktif, (d)
studi kasus, (e) penugasan mandiri, dan (f) tugas baca.
3.
Partisipasi aktif mahasiswa dalam
kuliah ini sangat diharapkan. Setiap mahasiswa peserta kuliah ini diharapkan
telah mempelajari pokok-pokok yang akan dibahas di kelas. Dengan demikian,
kegiatan kuliah menjadi suatu proses belajar interaktif yang menarik untuk
diikuti. Proses tanya-jawab di kelas akan mencerminkan kemampuan mahasiswa
dalam memahami materi-materi yang dipelajari dalam studi ini. Setiap mahasiswa
peserta kuliah ini diharapkan untuk berpartisipasi dalam mengajukan pertanyaan
atau komentar berkenaan dengan pokok bahasan yang disajikan di kelas.
Kontrak Pembelajaran:
Absensi
minimal 80%.
Toleransi
keterlambatan?
Materi
dan sistem penilaian.
Norma
akademik, sopan santun perkuliahan, tata cara, dan adat istiadat lain yang
dirasa perlu.
Kunci
Sukses Belajar Bahasa Indonesia
Kesungguhan
dan niat.
Rajin
dan Tekun.
Berdoa.
Gemar
membaca.
Semangat.
Konsentrasi.
Evaluasi
diri.
Hal-Hal Buruk yang Sering Dilakukan
Mahasiswa:
Cara
belajar yang menganut sistem kebut semalam (SKS)
Hanya
mempelajari yang diberikan oleh dosen.
Menerapkan
teknik dan strategi yang keliru dalam menjawab soal analisis atau uraian.
Menyepelekan
tugas dari dosen.
Pengertian,
Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
Pengertian
Bahasa
Manusia diciptakan Allah sebagai
makhluk yang paling sempurna dengan berbagai macam keistimewaan, dibandingkan
dengan makhluk yang lain. Dalam berinteraksi, manusia membutuhkan alat
komunikasi. Alat komunikasi tersebut adalah bahasa. Dengan bahasa, kita dapat
berkomunikasi dengan sesama dengan cara yang hampir tanpa batas. Semua orang
menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan
lumpuh tanpa bahasa.
Mengingat pentingnya bahasa sebagai
alat komunikasi dan memperhatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat
membatasi pengertian bahasa sebagai: bahasa adalah alat komunikasi di antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Fungsi
Bahasa
a.
Sebagai alat untuk mengekspresikan
diri
b.
Sebagai alat komunikasi
c.
Sebagai alat untuk mengadakan
integrasi dan adaptasi sosial
d.
Sebagai alat untuk mengadakan kontrol
sosial
Kedudukan
Bahasa Indonesia
Sejak diikrarkan Sumpah Pemuda
dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa
nasional. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah dimungkinkan
oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu, yang mendasari bahasa Indonesia itu, telah
dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad sebelumnya di seluruh
kawasan Nusantara.
Selain itu, dengan ditetapkannya
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, yang dituangkan di dalam Pasal 36
Undang-Undang Dasar 1945, ia telah menjadi bahasa resmi negara Indonesia.
Mengapa
bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia?
1.
Bahasa Melayu sudah menjadi lingua
franca di Indonesia, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.
2.
Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah
dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti
dalam bahasa Jawa (ngoko dan kromo) atau bahasa Sunda (kasar
dan lemes).
3.
Suku-suku lain sukarela menerima
bahasa Melayu menjadi bahasa nasional Indonesia.
4.
Bahasa Melayu memiliki kesanggupan
untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Fungsi
Bahasa Indonesia
Di dalam keputusan Seminar Politik
Bahasa Nasional dinyatakan bahwa sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai
1.
lambang kebanggaan nasional
2.
lambang identitas nasional
3.
alat pemersatu berbagai masyarakat
yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya
4.
alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah
Adapun sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai
1.
bahasa resmi kenegaraan
2.
bahasa pengantar resmi di
lembaga-lembaga pendidikan
3.
bahasa resmi di dalam perhubungan pada
tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
serta pemerintahan
4.
bahasa resmi dalam pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern
Latihan I
1.
Bahasa Indonesia sekarang jauh berbeda
dari bahasa Melayu tahun-tahun pertama Abad XX. Jelaskan apa sebabnya!
2.
Bagaimana pendapat Anda jika di suatu
kantor seseorang asyik berbicara bersama temannya dengan menggunakan bahasa
daerah tertentu, padahal banyak karyawan yang berasal dari suku bangsa lain
turut mendengarkan pembicaraan tersebut?
RAGAM
BAHASA
Pengertian
Ragam Bahasa
Bahasa
Indonesia sangat luas wilayah
pemakaiannya sehingga mempunyai beragam penutur. Mau tidak mau, kita
harus tunduk pada hukum perubahan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
timbulnya beragam bahasa Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi
timbulnya sejumlah ragam bahasa ialah faktor sejarah. Perkembangan masyarakat
turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa. Dengan demikian,
ragam bahasa dapat diartikan sebagai variasi bahasa yang timbul karena
pemakaian bahasa.
Macam-macam ragam bahasa itu tampak
pada tabel berikut ini.
TABEL
RAGAM BAHASA
RAGAM
BAHASA
|
BERDASARKAN
|
RAGAM
|
MEDIA/SARANA
|
LISAN
|
|
TULISAN
|
||
SITUASI PEMAKAIANNYA
|
FORMAL
|
|
NONFORMAL
|
||
SEMIFORMAL
|
||
POKOK PERSOALAN
|
ILMU
|
|
HUKUM
|
||
NIAGA
|
||
SASTRA
|
||
DLL
|
RAGAM BAHASA LISAN DAN RAGAM BAHASA
TULISAN
(Dilihat dari Aspek Kebahasaan)
(Dilihat dari Aspek Kebahasaan)
RAGAM BAHASA
|
RAGAM LISAN
|
LAFAL
|
|
TATA BAHASA
DAN
KOSAKATA
|
|||
RAGAM TULISAN
|
|||
EJAAN
|
Perbedaan Ragam Bahasa Lisan dan Ragam
Bahasa Tulis Berdasarkan Tata Bahasa
A. Berdasarkan Bentuk Kata
1.
Ragam Bahasa Lisan
a)
Nia sedang baca surat kabar.
b)
Ari mau nulis surat.
2.
Ragam Bahasa Tulis
a)
Nia sedang membaca surat kabar.
b)
Ari akan menulis surat.
B. Berdasarkan Struktur Kalimat
1.
Ragam Bahasa Lisan
a)
Mereka tinggal di Menteng.
b)
Jalan layang itu untuk mengatasi
kemacetan lalu lintas.
2.
Ragam Bahasa Tulis
a)
Mereka bertempat tinggal di
Menteng.
b)
Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi
kemacetan lalu lintas.
Perbedaan
Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis Berdasarkan Kosa kata
1.
Ragam Bahasa Lisan
a)
Ariani bilang kita harus
belajar.
b)
Kita harus bikin karya tulis.
c)
Rasanya masih terlalu pagi buat
saya, Pak.
2.
Ragam Bahasa Tulis
a)
Ariani mengatakan bahwa kita
harus belajar.
b)
Kita harus membuat karya tulis.
c)
Rasanya masih terlalu muda buat
saya, Pak.
Catatan:
Dalam
ragam bahasa lisan, penutur (pembicara) dapat memanfaatkan peragaan
(dramatisasi), seperti gerak tangan, air muka, tinggi rendah suara atau
tekanan, untuk membantu pemahaman pengungkapan diri (ide, gagasan, pengalaman,
sikap, dan rasa), sedangkan dalam ragam bahasa tulis peragaan seperti itu tidak
dapat digambarkan atau dilambangkan dengan tulisan. Oleh sebab itu, dalam ragam
bahasa tulis dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa—baik bentuk kata
maupun susunan kalimat—ketepatan pilihan kata, dan kebenaran penerapan kaidah
ejaan serta pungtuasi (tanda baca) untuk membantu kejelasan pengungkapan diri
ke dalam bentuk ragam bahasa tulis.
Ragam
Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaiannya
Pada
tabel ragam bahasa, disebutkan ragam lain, yaitu ragam formal, ragam nonformal,
dan ragam semiformal. Ragam ini merupakan pengelompokan bahasa dari sudut
situasi pemakaian. Bahasa ragam formal memiliki sifat kemantapan berupa kaidah
dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam formal
tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan,
serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam
kehidupan modern.
Pembedaan
antara ragam formal, ragam nonformal, dan ragam semiformal dilakukan berdasarkan:
1.
topik yang sedang dibahas
2.
hubungan antarpembicara
3.
medium yang digunakan
4.
lingkungan atau situasi saat
pembicaraan terjadi
Ada
lima ciri yang dapat dengan mudah digunakan untuk membedakan ragam formal dari
ragam nonformal. Ciri-ciri itu ialah
1.
penggunaan kata sapaan dan kata ganti
2.
pengguaan kata tertentu
3.
penggunaan imbuhan
4.
penggunaan kata sambung (konjungsi)
5.
penggunaan fungsi yang lengkap
a.
penggunaan kata sapaan dan kata ganti
Penggunaan
kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam formal dari ragam
nonformal yang sangat menonjol. Kepada yang kita hormati, kita akan cenderung
menyapa dengan menggunakan kata bapak, ibu, saudara, dan Anda,
atau kita akan menyertakan jabatan, gelar, atau pangkat. Sementara itu, untuk
menyapa teman atau rekan sejawat, kita cukup menyebut namanya atau kita
menggunakan bahasa daerah. Jika kita menyebut diri kita dalam ragam formal,
kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonformal,
kita menggunakan kata gue.
b.
penggunaan kata tertentu
Penggunaan
kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam formal
dan ragam nonformal. Dalam ragam nonformal akan sering muncul kata nggak,
bakal, gede, bokek, udahan, kegedaan, dan lain-lain. Di
samping itu, dalam ragam nonformal sering muncul bentuk penekan, seperti sih,
kok, deh, dong, dan lho. Dalam ragam formal, bentuk-bentuk itu tidak
akan digunakan.
c.
penggunaan imbuhan
Penggunaan
imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam formal kita harus menggunakan imbuhan
secara jelas dan teliti. Hanya pada kalimat perintah, kita dapat menghilangkan
imbuhan dalam kata kerjanya (verba).
Dalam
ragam nonformal, imbuhan sering ditanggalkan.
Misalnya:
pake
untuk memakai
nurunin
untuk menurunkan
d.
penggunaan kata sambung dan kata depan
Penggunaan
kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda
lain.
Dalam
ragam nonformal, acapkali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala,
kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat. Dalam laras jurnalistik, kedua kata
ini sering dihilangkan. Hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk
ragam semiformal.
e.
penggunaan kelengkapan fungsi
Kelengkapan
fungsi berkaitan dengan adanya bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena
situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang
nonformal, predikat kalimat sering dihilangkan. Hal itu biasanya terjadi saat
kiota menjawab pertanyaan orang.
Sebenarnya,
pembeda lain yang juga muncul adalah intonasi, tetapi tidak disebutkan di atas
karena intonasi hanya muncul dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam
tulis.
Ragam
Bahasa Berdasarkan Pokok Persoalan
Setiap
orang berhak memilih ragam bahasa yang sesuai dengan pokok persoalan atau
bidang keahlian masing-masing. Setiap ragam ini memiliki ciri dan gaya
tersendiri, seperti terlihat pada penggunaan kata-katanya.
Laras
Bahasa
Selain
ragam, kita juga mengenal laras bahasa. Laras bahasa adalah kesesuaian
antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal berbagai laras
seperti laras iklan, laras ilmiah, laras lagu, laras komik, laras cerpen, dan
laras puisi. Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis, dalam
bentuk formal, nonformal, atau semiformal.
Bahasa
Indonesia yang Baik dan Benar
Moto
yang sering didengung-dengungkan oleh pemerintah adalah “Gunakan lah bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.” Pemahaman atas moto tersebut sering salah
kaprah. Banyak orang, terutama masyarakat awam, mengira bahwa moto itu
menekankan penggunaan bahasa yang formal. Akibatnya, banyak orang melecehkan
atau mengabaikan moto tersebut dan menganggapnya sebagai moto yang tidak
fleksibel, moto yang kaku, moto yang tidak menarik; padahal moto itu tidak
hanya menekankan penggunaan bahasa
formal, tetapi juga penggunaan bahasa yang komunikatif.
Pengertian
bahasa Indonesia yang baik dan benar harus ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek
bahasa yang baik dan aspek bahasa yang benar.
A.
Bahasa yang Baik
Penggunaan
bahasa yang baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa
kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada
siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur usia, pendidikan, pekerjaan,
status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak
boleh kita abaikan. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek
komunikatif, unsur-unsur komunikatif (yaitu pengirim pesan, isi pesan, media
pesan, dan penerima pesan) menjadi penting.
Pengirim
pesan adalah orang yang
akan menyampaikan suatu gagasan (isi
pesan) kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembaca (bergantung pada
media pesan yang digunakannya).
B.
Bahasa yang Benar
Bahasa
yang benar berkaitan dengan kaidah, yaitu peraturan bahasa. Berkaitan dengan
peraturan bahasa ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata
bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan
pilihan kata harus dimiliki dalam penggunaan ragam bahasa lisan dan tulis.
Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan ragam
bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami
kesulitan dalam bermain dengan bahasa. Tanpa perlu menggunakan bahasa formal,
kita tetap dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Berdasarkan
uraian di atas, terlihat bahwa berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya
menekankan kebenaran dalam hal tata bahasa, tetapi juga memperhatikan aspek
komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu harus merupakan bahasa
formal. Sebaliknya, penggunaan bahasa formal tidak selalu berarti bahwa bahasa
itu baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
Bag. 1
Pengertian
Ejaan
Yang
dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran dan bagaimana hubungan di antara lambang-lambang itu (pemisahan dan
penggabungannya) dalam suatu bahasa.
Secara
teknis, yang diatur dalam ejaan ialah penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca.
PENULISAN HURUF
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita
harus bekerja keras.
Selamat pagi.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan
kita pulang?"
Bapak
menasihati, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin
dia terlambat," katanya.
Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah Yang
Mahakuasa Yang Maha
Pengasih Quran
Alkitab Weda Islam Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan,
ke jalan yang Engkau beri rahmat.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim Imam Syafii
Presiden Soekarno Nabi Ibrahim
Sultan Hasanuddin Mahaputra Yamin
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Gubernur Ali Sadikin Menteri Hatta Radjasa
Profesor Supomo Gubernur Sulawesi Utara
Akan tetapi, perhatikanlah penulisan berikut:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Brigadir Jenderal Sugiarto baru dilantik jadi mayor jenderal.
Misalnya:
Haji Agus Salim Imam Syafii
Presiden Soekarno Nabi Ibrahim
Sultan Hasanuddin Mahaputra Yamin
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Gubernur Ali Sadikin Menteri Hatta Radjasa
Profesor Supomo Gubernur Sulawesi Utara
Akan tetapi, perhatikanlah penulisan berikut:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Brigadir Jenderal Sugiarto baru dilantik jadi mayor jenderal.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah Wage Rudolf Supratman
Kris Dayanti Amien Rais
Dewi Persik Nicholas Saputra
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia bahasa Turki
suku Sasak suku Toraja
Namun, perhatikanlah penulisan berikut:
mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan
Misalnya:
Amir Hamzah Wage Rudolf Supratman
Kris Dayanti Amien Rais
Dewi Persik Nicholas Saputra
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia bahasa Turki
suku Sasak suku Toraja
Namun, perhatikanlah penulisan berikut:
mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Ramadhan
hari Jumat hari Lebaran
hari Natal Perang Padri
hari Galungan Proklamasi Kemerdekaan
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Salah Asuhan
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Ramadhan
hari Jumat hari Lebaran
hari Natal Perang Padri
hari Galungan Proklamasi Kemerdekaan
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Salah Asuhan
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara Jalan Diponegoro
Blitar Jazirah Arab
Bukit Barisan Kali Ciliwung
Cirebon Selat Karimata
Danau Tondano Tanjung Harapan
Dataran Tinggi Dieng Terusan Suez
Gunung Salak Laut Jawa
Namun, perhatikan penulisan berikut:
berlayar ke teluk mandi di kali
menyeberangi selat pergi ke arah barat
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama negara, badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali konjungsi.
Misalnya:
Departemen Pendidikan Nasional Keputusan Presiden RI Nomor 156 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Majelis Permusyawaratan Rakyat
Perserikatan Bangsa-Bangsa Undang-Undang Dasar 1945
Tetapi perhatikanlah penulisan berikut:
menurut undang-undang dasar kita
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik beberapa badan hokum
Misalnya:
Asia Tenggara Jalan Diponegoro
Blitar Jazirah Arab
Bukit Barisan Kali Ciliwung
Cirebon Selat Karimata
Danau Tondano Tanjung Harapan
Dataran Tinggi Dieng Terusan Suez
Gunung Salak Laut Jawa
Namun, perhatikan penulisan berikut:
berlayar ke teluk mandi di kali
menyeberangi selat pergi ke arah barat
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama negara, badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali konjungsi.
Misalnya:
Departemen Pendidikan Nasional Keputusan Presiden RI Nomor 156 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Majelis Permusyawaratan Rakyat
Perserikatan Bangsa-Bangsa Undang-Undang Dasar 1945
Tetapi perhatikanlah penulisan berikut:
menurut undang-undang dasar kita
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik beberapa badan hokum
Huruf kapital dipakai
dalam singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. Doktor
Sdr. Saudara
dr. Dokter
S.Sos. Sarjana Sosial
M.A. Master of Arts
S.H. Sarjana Hukum
Ny. Nyonya
S.S. Sarjana Sastra
Prof. Profesor
Tn. Tuan
M.M. Magister Manajemen
Catatan:
Singkatan di atas selalu diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
Dr. Doktor
Sdr. Saudara
dr. Dokter
S.Sos. Sarjana Sosial
M.A. Master of Arts
S.H. Sarjana Hukum
Ny. Nyonya
S.S. Sarjana Sastra
Prof. Profesor
Tn. Tuan
M.M. Magister Manajemen
Catatan:
Singkatan di atas selalu diikuti oleh tanda titik.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan
paman yang dipakai sebagai kata
ganti atau sapaan.
Misalnya:
Kapan Bapak berangkat?
Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Fuad.
Surat Anda telah kami terima.
Catatan:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Semua camat di kabupaten itu hadir.
Misalnya:
Kapan Bapak berangkat?
Itu apa, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Fuad.
Surat Anda telah kami terima.
Catatan:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Semua camat di kabupaten itu hadir.
B. Huruf
Miring (Kursif)
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Kantor kami berlangganan majalah Tempo dan surat kabar Kompas.
Kumpulan cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma.
Nadya sedang menyampul buku Pelajaran Bahasa Inggris untuk SMA.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Kantor kami berlangganan majalah Tempo dan surat kabar Kompas.
Kumpulan cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi ditulis oleh Seno Gumira Ajidarma.
Nadya sedang menyampul buku Pelajaran Bahasa Inggris untuk SMA.
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Sebaiknya kita menggunakan kata kudapan untuk kata snack.
Buah manggis nama ilmiahnya ialah Carcinia mangostana.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
PENULISAN KATA
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar
ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kami percaya bahwa kamu anak
yang pandai.
Kantor
pajak penuh sesak.
Buku
itu sangat tebal.
Kata Turunan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya:
bergeletar diberikan
diperlebar kesatuan
menengok perubahan
Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya:
bertepuk tangan sebar luaskan
garis bawahi tanda tangani
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
memberitahukan mempertanggungjawabkan
dilipatgandakan penghancurleburan
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
amoral monoteisme antarkota
multilateral antinarkoba nonkolaborasi
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya:
bergeletar diberikan
diperlebar kesatuan
menengok perubahan
Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya:
bertepuk tangan sebar luaskan
garis bawahi tanda tangani
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata-kata itu ditulis serangkai. Misalnya:
memberitahukan mempertanggungjawabkan
dilipatgandakan penghancurleburan
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
amoral monoteisme antarkota
multilateral antinarkoba nonkolaborasi
bikarbonat Pancasila caturtunggal
panteisme dasawarsa poligami
demoralisasi prasangka dwiwarna purnawirawan ekawarna reinkarnasi ekstrakurikuler saptakrida nfrastruktur semiprofesional inkonvensional subseksi
internasional swadaya introspeksi telepon kolonialisme transmigrasi kontrarevolusi tritunggal kosponsor tunanetra mahasiswa ultramodern
panteisme dasawarsa poligami
demoralisasi prasangka dwiwarna purnawirawan ekawarna reinkarnasi ekstrakurikuler saptakrida nfrastruktur semiprofesional inkonvensional subseksi
internasional swadaya introspeksi telepon kolonialisme transmigrasi kontrarevolusi tritunggal kosponsor tunanetra mahasiswa ultramodern
Catatan:
Apabila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-)
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
Apabila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-)
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
Maha sebagai unsur gabungan kata ditulis serangkai, kecuali jika diikuti
oleh kata yang bukan kata dasar dan kata esa.
Misalnya:
Allah Yang Mahakuasa.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Semoga Yang Maha Esa memberkahi usaha Anda.
Misalnya:
Allah Yang Mahakuasa.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Semoga Yang Maha Esa memberkahi usaha Anda.
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak lauk-pauk berjalan-jalan
mata-mata biri-biri menulis-nulis
buku-buku mondar-mandir centang-perenang porak-poranda dibesar-besarkan ramah-tamah
gerak-gerik sayur-mayur hati-hati
jari-jari huru-hara terus-menerus
kuda-kuda tukar-menukar kupu-kupu
kura-kura tunggang-langgang undang-undang
Gabungan Kata
1.Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear kambing hitam
orang tua sepak bola persegi panjang
mata pelajaran rumah sakit umum meja tulis
simpang empat kereta api cepat ibu kota
2.Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar orang-tua muda
anak-istri saya bu-bapak kami
buku sejarah-baru watt-jam
3.Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya:
akhirulkalam kepada alhamdulillah manakala
apabila matahari bagaimana padahal
barangkali paramasastra bilamana peribahasa
bismillah sekaligus bumiputra sendratari
daripada silaturahmi halalbihalal syahbandar
hulubalang wasalam olahraga sukarela
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak lauk-pauk berjalan-jalan
mata-mata biri-biri menulis-nulis
buku-buku mondar-mandir centang-perenang porak-poranda dibesar-besarkan ramah-tamah
gerak-gerik sayur-mayur hati-hati
jari-jari huru-hara terus-menerus
kuda-kuda tukar-menukar kupu-kupu
kura-kura tunggang-langgang undang-undang
Gabungan Kata
1.Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar model linear kambing hitam
orang tua sepak bola persegi panjang
mata pelajaran rumah sakit umum meja tulis
simpang empat kereta api cepat ibu kota
2.Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar orang-tua muda
anak-istri saya bu-bapak kami
buku sejarah-baru watt-jam
3.Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Misalnya:
akhirulkalam kepada alhamdulillah manakala
apabila matahari bagaimana padahal
barangkali paramasastra bilamana peribahasa
bismillah sekaligus bumiputra sendratari
daripada silaturahmi halalbihalal syahbandar
hulubalang wasalam olahraga sukarela
Kata Ganti -ku, kau- , -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau-
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, -ku, -mu, dan -nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Adiknya pergi ke luar negeri.
Bermain sajalah di sini.
Di mana ada Kunti, di situ ada Kunto.
Kemarin ia datang dari Surabaya.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Mereka ada di rumah.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Adiknya pergi ke luar negeri.
Bermain sajalah di sini.
Di mana ada Kunti, di situ ada Kunto.
Kemarin ia datang dari Surabaya.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ke mana saja ia selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Mereka ada di rumah.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Namun, perhatikan
penulisan berikut:
Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Ia keluar sebentar.
Kemarikan buku itu!
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Semua orang yang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Kata Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
Jangan mengesampingkan persoalan yang penting itu.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Ia keluar sebentar.
Kemarikan buku itu!
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Semua orang yang terkemuka di desa hadir dalam kenduri itu.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Kata Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu baik-baik!
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
Siapakah gerangan dia?
Apatah lagi yang akan diucapkannya?
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu baik-baik!
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia.
Siapakah gerangan dia?
Apatah lagi yang akan diucapkannya?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Namun, kelompok kata yang lazim
dianggap padu, seperti adapun,
andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sungguhpun, walaupun
ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Baik para mahasiswa maupun para mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun ia miskin, ia selalu gembira.
3. Partikel per yang berarti 'mulai', ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya:
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Baik para mahasiswa maupun para mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun ia miskin, ia selalu gembira.
3. Partikel per yang berarti 'mulai', ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya:
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
Angka Arab : 0, 1,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
L (50), C (100), D (500), M (1.000)
2. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang.
Misalnya:
10 liter beras 1 jam 20 menit Rp5.000,00
4 meter persegi pukul 15.00 US$3.50
5 kilogram tahun 1976 ¥100
0,5 sentimeter 17 Agustus 1945 10 persen
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
Angka Arab : 0, 1,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
L (50), C (100), D (500), M (1.000)
2. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai uang.
Misalnya:
10 liter beras 1 jam 20 menit Rp5.000,00
4 meter persegi pukul 15.00 US$3.50
5 kilogram tahun 1976 ¥100
0,5 sentimeter 17 Agustus 1945 10 persen
3. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No.15
Hotel Sofyan Kamar 69
4. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagiannya.
Misalnya:
Bab X, pasal 5, halaman 212
Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
a. Bilangan utuh
Misalnya:
12 dua belas
22 dua puluh dua
222 dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
1/2 setengah 3/4 tiga perempat
1/16 seperenam belas 32/3 tiga dua pertiga
1/100 seperseratus 1% satu persen
1,2 satu dua persepuluh
6. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut
Misalnya:
Paku Buwono X Bab II Abad XX Tingkat I
Paku Buwono ke-10 Bab ke-2 Abad ke-20 Tingkat ke-1 Paku Buwono kesepuluh Bab kedua Abad kedua puluh Tingkat kesatu (pertama)
7. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut
Misalnya:
tahun 50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang lima ribuan
lima lembar uang 1000-an atau lima uang seribuan
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam pemerincian dan pemaparan.
Misalnya:
Anti menonton film itu sampai tiga kali.
Pak Burhan memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang memberikan suara setuju, 15 suara tidak setuju, dan 5 suara blangko.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan, yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Lastim mengundang 250 orang tamu.
Bukan: 250 orang tamu diundang Pak Lastim.
Atau: Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Lastim.
10. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja untuk sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
11. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua ratus orang pegawai.
Bukan: Kantor kami mempunyai 200 (dua ratus) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan: Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp1.500.000,00 (satu juta l ima ratus ribu rupiah).
Saya lampirkan tanda terima sebesar 1.500.000 (satu juta lima r atus ribu) rupiah.
EJAAN BAHASA INDONESIA
YANG DISEMPURNAKAN
Bag. 2
PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
Misalnya:
Ayahku
tinggal di Salatiga.
Biarlah
mereka duduk di sana.
Dia
menanyakan siapa yang datang.
Hari
itu tanggal 22 Agustus 1976.
Marilah
kita mengheningkan cipta.
2. Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan nama orang.
Misalnya:
Maman
S. Mahayana
Ishadi
S.K.
3. Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Bc.
Hk. (Bakalaureat Hukum) Dr. (Doktor)
dr.
(Dokter) Ir.
(Insinyur)
Kep. (Kepala) Kol. (Kolonel)
M.B.A. (Master
of Business Administration)
M.Sc. (Master of Science)
Prof.
(profesor) S.E.
(Sarjana Ekonomi)
S.H.
(Sarjana Hukum) S.S.
(Sarjana Sastra)
Yth.
(Yang terhormat) Ny.
(Nyonya)
Sdr.
(Saudara)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan
kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas
tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Misalnya:
a.n.
(atas nama) d.a.
(dengan alamat)
u.b. (untuk beliau) u.p. (untuk
perhatian)
jln.
(jalan) dkk.
(dan kawan-kawan)
dsb.
(dan sebagainya) dst. (dan
seterusnya)
hlm.
(halaman) tgl.
(tanggal)
tsb.
(tersebut)
5. Tanda titik dipakai di belakang
angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
III.
Departemen Dalam Negeri
A.
Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa.
B.
Direktorat Jenderal Agraria.
Penyisipan
Naskah:
1.
Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2
Ilustrasi
1.2.1
GambarTangan
1.2.2
Tabel
1.2.3
Grafik
6. Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
Pukul
1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
7. Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20
jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
8. Tanda titik tidak dipakai
untuk memisahkan ribuan, jutaan dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Sugiarto
lahir pada tahun 1972 di Jakarta.
Lihat
halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor
gironya 0795010303. (tanda titik di sini mengakhiri kalimat)
9. Tanda titik tidak dipakai
dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau
gabungan keduanya, yang terdapat di dalam nama badan pemerintah,
lembaga-lembaga nasional atau internasional, atau yang terdapat di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Misalnya:
TNI
AD (Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Darat)
SMA
(Sekolah Menengah Atas)
MPR
(Majelis Permusyawaratan Rakyat)
UUD
(Undang-Undang Dasar)
WHO (World
Health Organization)
Depkes (Departemen Kesehatan)
Sekjen
(Sekretaris Jenderal)
sinetron
(sinema elektronika)
radar (radio
detecting and ranging)
tilang
(bukti pelanggaran)
10. Tanda titik tidak dipakai
dalam singkatan lambang kimia, satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Misalnya:
Cu
(Kuprom)
TNT
(Trinitrotoluen)
10
cm Panjangnya 10 cm lebih sedikit.
1
Isinya 50 l bensin murni.
kg
Berat yang diizinkan l00 kg ke
atas.
Rp567. 000,00 Harganya Rp567. 000,00 termasuk pajak.
11. Tanda titik tidak dipakai
pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara
Kunjungan Menteri Pertanian
Bentuk
dan Kedaulatan (Bab I UUD 45)
Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijk
12. Tanda titik tidak dipakai
di belakang alamat dan tanggal
surat atau nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Yth.
Sdr. Lola Yahya
Jalan
Sudirman 45
Jakarta
3
Desember 1972
B.
Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya
membeli disket, spidol, dan penggaris.
Satu,
dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata seperti tetapi, melainkan, namun, sedangkan dan sebagainya.
Misalnya:
Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
Nugraha
bukan anak saya, melainkan anak Pak Udin.
3a. Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau
hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena
sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan anak kalimat apabila
anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya
tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia
lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia
berpendapat bahwa soal itu tidak penting.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata
atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk
di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya: Oleh karena itu, kita
harus berhati-hati.
Jadi,
soalnya tidaklah semudah itu.
5. Tanda koma dipakai di belakang
kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal
kalimat.
Misalnya: O, begitu
Wah,
bukan main!
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya: Kata ibu, "Saya gembira
sekali."
"Saya
gembira sekali," kata ibu, "karena kamu lulus."
7. Tanda koma dipakai di antara (i)
nama dan alamat (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Margonda
Raya 21, Depok
Surat-surat
ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur
Jalan
Salemba Raya 6, Jakarta
Indramayu,
1 Oktober 1937
Kuala
Lumpur, Malaysia
8. Tanda koma dipakai untuk
menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar,
Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Jakarta: Balai Pustaka.
9. Tanda koma dipakai di antara nama
orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan
nama keluarga atau marga.
Misalnya: Bambang Pujiyono, M.M.
10.Tanda koma dipakai di muka angka
persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan.
Misalnya: 12,54 m
Rp12,50
(Lambang Rp tidak diberi titik!)
11.Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Misalnya: Guru saya, Pak Agus, pandai
sekali.
Di
daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
Seorang
mahasiswa, selaku wakil kelompoknya, maju cepat-cepat.
12. Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat apabila petikan langsung
tersebut berakhiran dengan tanda tanya atau tanda seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat
itu.
Misalnya:
"Di
mana Saudara tinggal?" tanya Mustafa.
“Berdiri
lurus-lurus!” perintahnya.
C. Tanda Titik Koma (;)
1.Tanda titik koma dapat dipakai untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam
makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai
sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah
mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk memasak di dapur; adik menghafalkan
nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik menonton sinetron.
D.
Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada
akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Hanya
ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
Yang
kita perlukan sekarang ini ialah perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah
kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: a. Ketua :
Zaenal Arifin
Sekretaris
: Irman Nashori
Bendahara : Usman
b. Tempat sidang : Ruang 422
Pangantar
acara : M. Syarifudin
Hari
: Senin
Pukul : 09.00 WIB
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks
drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : ”Bawa kopor ini, Mir!”
Amir :
”Baik, Bu.”
Ibu
: ”Jangan lupa. Letakkan
baik-baik!”
4. Tanda titik dua dipakai (i) di
antara jilid atau nomor dan halaman; (ii) di antara bab dan ayat dalam
kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Misalnya:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan
Seumur Hidup:
Sebuah Studi, sudah terbit.
E.
Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku
kata dasar yang sudah terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya: ... ada cara ba-
ru
juga
Suku
kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu
huruf saja pada ujung baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan
dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya
pada pergantian baris.
Misalnya: ... cara baru meng-
ukur
panas.
...
cara baru me-
ngukur
kelapa.
...
alat pertahan-
an
yang baru.
Akhiran
-i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal
baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur
kata ulang.
Misalnya: anak-anak
berulang-ulang
dibalik-balikkan
kemerah-merahan
Tanda
ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak
dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung dipakai untuk
memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
ber-evolusi
dengan be-revolusi
dua
puluh lima-ribuan dengan dua-puluh-lima-ribuan
istri-perwira
yang ramah dengan istri perwira-yangramah
5. Tanda hubung dipakai untuk
merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d)
singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya:
se-Indonesia
se-Jabotabek
HUT
ke-28 tahun '50-an
ber-SMA
KTP-nya nomor 220876 YS
bom-H
sinar-X
6. Tanda hubung dipakai untuk
merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-charter pen-tackle-an
F.
Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu—saya
yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya
aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian penemuan ini—evolusi,
teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita
tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua
bilangan atau tunggal yang berarti 'sampai dengan' atau di antara dua nama kota
yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Misalnya: 1972—2001
tanggal
1—5 Agustus 2003
Jakarta—Bandung
G.Tanda
Elipsis (...)
1. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
1. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau
begitu ... ya, marilah kita bergerak!
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa
dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab
kemerosotan ... akan ditelliti lebih lanjut.
Catatan:
Kalau
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat perlu dipakai empat titik;
tiga untuk penghilangan teks dan satu titik untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam
tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….
H.
Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan
ia berangkat?
Saudara
tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di antara tanda
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Gadis
itu dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya
sebanyak 100 juta rupiah (?) hilang.
I.
Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai sesudah ungkapan
atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah
suramnya peristiwa itu!
Bersihkan
kamar itu sekarang juga!
Ah,
masak! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
Merdeka!
J.
Tanda Kurung ( )
1. Tanda kurung mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
DIP
(Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
2. Tanda kurung mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Sajak
Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
Keterangan
itu (lihat tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam
negeri.
3. Tanda kurung mengapit angka atau
huruf yang merinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga
diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya:
Faktor-faktor
produksi menyangkut masalah yang berikut:
(1)
alam;
(2)
tenaga kerja; dan
(3) modal.
a)
alam;
b)
tenaga kerja; dan
c)
modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut
masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K.
Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf,
kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian
kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu
memang terdapat di dalam naskah asal.
Misalnya:
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
(perbedaan
di antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak dibicarakan.)
L. Tanda Petik ("...")
1. Tanda petik mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Kedua
pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya:
"Sudah
siap?" tanya Agra.
"Saya
belum siap," seru Raya, "tunggu sebentar!"
2. Tanda petik mengapit judul syair,
karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah
"Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Massa, dari Suatu Tempat.
Karangan
Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Pengenalan Komputer di SMA"
diterbitkan dalam Tempo.
Sajak
"Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah
yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Pekerjaan
itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Ia
bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama
"cutbrai".
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda
baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya: Kata Dodi, "Saya juga minta satu."
5. Tanda baca penutup kalimat
atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau
ungkapan yang dipakai dengan arti khusus.
Misalnya:
Karena
warna kulitnya, Pandu mendapat julukan "Si Hitam ".
Bang
Munir sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
M.
Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1. Tanda petik tunggal mengapit
petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya
Rini, "Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?"
"Waktu
kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'lbu! Bapak pulang!' dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Pak Agung.
2. Tanda petik tunggal mengapit
terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
rate of
inflation ‘laju inflasi’
N.
Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai dalam
penomoran kode surat.
Misalnya:
Surat
No.13/PAN/2004
2. Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya
Rp150,00/1embar
Jalan
Sigma III/47
O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
Tanda
apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
Misalnya:
Ali
'kan kusurati ('kan = akan)
Malam
'lah tiba ('lah = telah)
14
Februari '90 ('90 = 1990)
*******
Latihan
Perbaikilah paragraf ini dengan
menggunakan tanda baca dan ejaan yang tepat.
jangan sangka video game hanya menjadi
mainan anak anak dolanan elektronik ini di otak atik untuk membantu
rehabilitasi tangan buat penderita stroke dan di tampilkan pada workshop
internasional untuk rehabilitasi virtual di new york amerika serikat hasil
realitas virtual lebih menjanjikan rehabilitasi yang lebih cepat dan lengkap
kata kira morrow dari the state university of new jersey alat itu terdiri dari
sebuah xbox yang dimodifikasi dan memutar program latihan plus sarung tangan
yang bisa melatih kelenturan jari dan posisi pergelangan tangan dan layar monitor
dengan sambungan internet ke kantor kira modifikasi xbox tidak banyak di
lakukan kira membuat dua program untuk merangsang fungsi tangan pasien stroke
bentuk latihan misalnya pasien mencoba memukul secepat mungkin untuk mengusir
kupu kupu yang terbang melintasi layar gunanya merangsang pasien untuk
mengontrol tangan keunggulan lain alat ini hanya di jual us $ 549 jauh lebih
murah daripada peralatan dengan fungsi serupa yang menjadi standar penanganan pasca
stroke yang di banderol us $ 17.800 padahal sistem video game yang di
modifikasi ini bisa lebih berfungsi
DIKSI
(PILIHAN KATA)
PENGERTIAN KOSAKATA
Setiap bahasa memiliki
perbendaharaan kata atau kosakata yaitu sejumlah kata yang digunakan oleh
penuturnya untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasikan diri.
Kosakata bersifat sangat dinamis. Kosakata suatu bahasa selalu berubah. Ada
kata yang ditambahkan dan ada kata yang hilang atau tidak digunakan lagi.
Kosakata dapat diartikan sebagai
berikut.
a.
Semua kata yang terdapat dalam sebuah bahasa.
b.
Semua kata yang dikuasai oleh seseorang atau kata-kata yang digunakan
oleh segolongan orang dari lingkungan yang sama.
c.
Semua kata yang digunakan dalam satu bidang ilmu pengetahuan.
d.
Daftar sejumlah kata dan frase dari suatu bahasa yang disusun secara
alfabetis disertai batasan dan keterangannya.
Sebuah
laras bahasa amat ditentukan oleh pilihan katanya, apalagi jika berkaitan
dengan bidang ilmu tertentu. Oleh karena itu, dalam hal pilihan kata, kita
harus memikirkan siapakah yang menjadi pembaca. Dengan demikian pula, kita
harus konsisten pada sikap yang kita pilih.
Perlu
diperhatikan bahwa pembaca berasal komunitas tertentu. Untuk dapat mengikuti
dan memahami buku yang diterbitkan, pembaca harus berada dalam komunitas
tersebut. Bidang-bidang ilmiah tertentu akan menggunakan kosakata tertentu.
Selain itu, dalam laras ilmiah, banyak pula digunakan kata-kata asing untuk
bidang-bidang tertentu—seperti kedokteran, psikologi, ekonomi, dan
politik—padahal acapkali kata-kata tersebut memiliki padanannya dalam bahasa
Indonesia.
Dalam
kenyataannya, tidak satu pun penutur yang menguasai semua kosakata yang ada
dalam bahasanya. Seorang penutur secara aktif hanya akan menggunakan sebagian
dari jumlah kosakata yang dikuasainya. Biasanya, kata-kata yang dipilihnya
adalah kata-kata yang berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya; kata-kata
yang berkaitan dengan masalah yang ingin diungkapkannya; atau kata-kata yang
berkaitan dengan kebutuhannya. Oleh sebab itu, pada saat seseorang menulis,
termasuk di dalamnya menulis sebuah karya ilmiah, ia harus sering merujuk
kamus. Dalam bahasa Indonesia digunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Penutur melakukan pilihan atas kata-kata
yang ingin digunakannya, bergantung pada berbagai faktor sosiologis yang
melingkupinya. Jadi, pada dasarnya, pada saat seorang penutur menggunakan
bahasanya untuk berkomunikasi, ia memilih dari kosakata yang dimilikinya kata
yang tepat dan sesuai untuk kepentingannya saat itu.
Masalah pilihan kata berkaitan dengan
empat hal berikut.
1. Pilihan
kata mencakup pengertian penggunaan kata-kata untuk menyampaikan suatu gagasan,
pembentukan kelompok kata yang tepat, dan pemilihan gaya yang paling tepat
untuk suatu situasi.
2.
Pilihan kata merupakan kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan.
3.
Pilihan kata merupakan kemampuan untuk menemukan kata yang sesuai dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok sasaran.
4.
Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Melihat
uraian di atas, ada dua hal penting yang patut mendapat perhatian kita
berkaitan dengan pilihan kata, yakni ketepatan pilihan kata dan kesesuaian
pilihan.
KETEPATAN
PILIHAN KATA
berkaitan
dengan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembicara.
KESESUAIAN
PILIHAN KATA
berkaitan
dengan penggunaan kata untuk mengungkapkan gagasan
dengan cara yang dicocokkan dengan kesempatan dan lingkungan yang dihadapi.
Untuk
dapat melakukan pilihan kata dengan baik, seseorang harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan dalam hal mengetahui berbagai hal berikut ini.
•
Kata umum dan kata khusus. Untuk mencapai pengertian yang tepat
sebaiknya digunakan kata khusus yang akan mengungkapkan makna secara lebih
jelas. Nama diri merupakan kata yang sangat khusus. Kata khusus digunakan untuk
memberikan informasi yang akurat kepada pembaca dan untuk membangkitkan sugesti
dalam diri pembaca. Misalnya, berjalan perlahan-lahan dengan tertatih;
orang miskin dengan gelandangan.
•
Kata indria. Untuk dapat menyajikan berita yang bersifat faktual, alat
bahasa yang paling tepat adalah kata-kata indria. Kata-kata itu menyatakan
pengalaman yang dicerap oleh pancaindera: penglihatan, pendengaran, peraba,
perasa, dan penciuman. Kata-kata indria ini merupakan kata-kata yang membantu
kelancaran penulisan deskripsi secara akurat.
•
Kata formal, semiformal, dan nonformal. Penggunaan kata formal, semiformal, dan
nonformal berkaitan dengan siapa yang menjadi pembaca atau pendengar.
Pengetahuan penulis dan pembicara akan situasi juga akan mempengaruhi pilihan
katanya. Misalnya, pemakaian kata ganti saya, aku, atau gue sangat
bergantung pada situasi dan kepada siapa kita berbicara.
•
Kata populer dan kata ilmiah. Kosakata suatu bahasa, pada umumnya,
terdiri atas kata-kata yang sering digunakan oleh penuturnya. Kata-kata akan
digunakan dalam komunikasi sehari-hari oleh semua lapisan masyarakat. Namun,
ada pula sejumlah kata yang hanya digunakan dalam komunikasi ilmiah: dalam
diskusi, pertemuan resmi, pengajaran. Umumnya, kata-kata ilmiah itu diserap
dari bahasa asing. Ada yang dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia (supervisi
dengan penyelia) dan ada pula yang disesuaikan dengan
struktur kata bahasa Indonesia (formation dengan formasi).
•
Jargon. Jargon adalah kata-kata teknis dalam suatu bidang
ilmu tertentu dan sering kali bertumpang-tindih dengan pengertian istilah. Jargon
merupakan bahasa atau kata yang khusus sekali. Pemakaian jargon harus diikuti
oleh penjelasan arti kata tersebut.
•
Kata percakapan. Bahasa percakapan tidak selalu identik,
dengan bahasa nonformal. Kata percakapan adalah kata-kata yang dapat digunakan
dalam ragam lisan, tetapi tidak dapat digunakan dalam ragam tulis. Masalahnya,
sekarang adalah bahwa tidak semua penutur bahasa Indonesia dapat membedakan
kedua ragam ini. Perbedaan laras jurnalistik dan laras iklan dari laras-Iaras
lain, dalam hal ini, adalah bahwa kedua laras ini menyajikan ragam lisan dalam
bentuk ragam tulis. Akibatnya, ada banyak kata percakapan yang digunakan dalam
bentuk tulis, misalnya tapi seharusnya tetapi, bisa seharusnya dapat.
•
Kata slang. Kata-kata slang adalah kata-kata percakapan yang
menjurus ke arah nonstandar yang disusun secara khas, seperti bahasa prokem atau
bahasa gaul. Biasanya, muda-mudi selalu berusaha untuk menggunakan bahasa
dengan cara-cara baru atau dengan arti baru, termasuk di dalamnya
penggunaan akronim dari kata umum, misalnya benci menjadi benar-benar
cinta. Kelemahan dari kata-kata slang ini adalah hanya sedikit yang
bertahan lama dan kata-kata slang selalu menimbulkan ketidaksesuaian. Kata
slang yang pada suatu waktu tumbuh secara populer atau trendi, di saat
lain akan segera hilang dari peredaran. Kesegaran dan daya gunanya hanya terasa
pada saat pertama kali kata itu digunakan.
•
Idiom. Idiom adalah pola-pola bahasa (frase) yang
menyimpang dari kaidah dan makna bahasa yang umum dan makna gabungannya tidak
dapat diterangkan melalui makna kata pembentuknya. Contohnya, makan hati,
banting tulang. Dalam hal ini yang harus diperhatikan pula adalah
penggunaan kata depan yang dilekatkan secara idiomatis kepada kata kerja
tertentu, seperti berharap akan, berbahaya bagi, selaras dengan, terdiri
atas, waspada terhadap.
Pilihan
kata sangat berkaitan pada laras yang dipilih dan pada tujuan penulisan. Setiap
kata memiliki medan makna dengan corak, nuansa, dan kekuatan yang berbeda-beda.
Berhati-hatilah dengan sinonim kata karena tjdak semua kata sama artinya,
rneskipun mirip, misalnya gaji, upah, honor, bayaran. Jika jumlah
kosakata seseorang berkembang, ia tidak akan mengalami kesulitan untuk memilih
kata yang tepat bagi tulisannya.
Kamus
umum, kamus sinonim, kamus bahasa asing, kamus tesaurus harus selalu tersedia.
Kamus-kamus tersebut akan membantu kita untuk mengembangkan kekuatan,
ketelitian memilih, dan ahli dalam memilih kata yang akan menghasilkan tulisan
yang hidup.
Pada
saat menulis, penulis harus berhati-hati terhadap kata-kata yang penulisannya
mirip, namun memiliki arti yang sangat berbeda, misalnya gaji dan gajih;
Kebayoran dan Kemayoran: timpa dan tempa. Sebaiknya, penulis
memiliki pengetahuan mengenai kata-kata yang digunakan dalam ragam formal atau
ragam nonformal, misalnya cuma, cuman, dan hanya; bikin dan buat;
bisa dan dapat; koran dan surat kabar. Selain itu, berkaitan
dengan laras ilmiah maupun ilmiah populer, penulis harus mengetahui kata yang
menjadi istilah dan yang bukan istilah.
Perhatikan perbedaan antara penyajian yang
bersifat ilmiah dan yang bersifat ilmiah populer berikut ini.
PERGANTIAN KELAMIN DAN CARA BETERNAK BELUT
Ikan belut mempunyai cara hidup yang unik. Di
awal kehidupannya, belut berkelamin betina. Jika
sudah berusia lebih tua, belut akan
berganti kelamin menjadi jantan. Dalam tulisan berikut ini,
akan dikemukakan tingkah laku belut dalam
perkawinan dan cara beternak belut di kolam air tawar.
SKANDAL SEKS KAUM BELUT
Sebagai ikan buas yang suka ber-“lindung”
dalam sarang penyamunnya, lindung atau belut menarik perhatian karena “skandal
seks”-nya. Kalau masih muda belut menikmati hidup sebagai juwita belut betina.
Setelah tua mereka berganti kelamin menikmati surga dunia untuk
kedua kali sebagai Don Juan belut jantan. Tingkah lakunya yang
aneh dalam perkawinan menarik untuk disimak, sekaligus juga pengetahuan
bagaimana cara beternak belut di kolam air tawar.
GAS METHANE
Methane
mumi merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Biasanya gas yang
dihasilkan dengan proses pencemaran anaerob atau disebut sebagai biogas
mengandung menthane antara 50 dan 70%. Biogas terbakar dengan nyala api berwama
biru, dan mempunyai nilai panas berkisar kira-kira 500-700 Btu/ft³ jika biogas
tersebut mengandung methane 50-70%.
Biogas
itu dapat digunakan secara langsung sebagai gas pembakar untuk keperluan
memasak, lampu penerangan, dan pendinginan, atau sebagai bahan bakar untuk menggerakkan
mesin dengan perbandingan kompresi 8:1 atau lebih besar.
GAS METANA DAN CO2
Untuk
memperoleh gas bio dari kotoran manusia memang diperlukan teknologi tertentu,
dalam hal ini meliputi peralatan berupa digester dan bak penampung
limbah yang keduanya terbuat dari beton. Septic tank dari lubang wc
tidak diperlukan lagi karena sudah digantikan tugasnya oleh digester yang
sebetulnya septic tank juga. Hanya, bak berkapasitas ± 10m3
ini dirancang kedap udara. Maksudnya demi kelangsungan hidup bakteri anaerob
yang tugasnya membusukkan kumpulan tinja di dalamnya (setidaknya ada 10 macam
bakteri pembusuk). Ampasnya yang berupa kotoran “matang” dialirkan dengan
sistem tertentu lewat saluran pelimpah menuju ke bak penampung limbah.
Proses
pembusukan oleh bakteri itu menghasilkan 60% gas metana (CH4) dan
40% karbondioksida (C02) yang daya bakarnya tidak terlalu kalah
dengan gas alam ataupun gas butana (C4H10), yang
sehari-hari dikenal para ibu sebagai elpiji. Daya bakar yang dicerminkan dengan
nilai kalor (panas) - tiap 1 m3 gas bio ini setara dengan 0,4 kg
elpiji. Efisiensi pembakaran keduanya pun hampir sama.
Berikut ini disajikan tabel berisikan
beberapa kemungkinan dalam penggunaan kata yang salah dan benar,
serta lugas dan tidak lugas.
SALAH
•
Sesuai
•
Terdiri
•
Berbeda dengan
•
Berhubung
•
Disebabkan karena
•
Tergantung dari
•
Tergantung kepada
BENAR
•
Sesuai dengan
•
Terdiri atas
•
Terdiri dari
•
Berbeda dari
•
Berhubung dengan
•
Disebabkan oleh
•
Bergantung pada
•
Tergantung akan
TIDAK LUGAS
•
Sepanjang pengetahuan saya
•
Mengadakan pendekatan
•
Setelah diberi penjelasan
•
Melakukan pengrusakan terhadap
•
Untuk memungkinkan kami memberi
penilaian
•
Melakukan penilaian atas
LUGAS
•
Setahu saya
•
Mendekati
•
Setelah dijelaskan
•
Merusak
•
Agar kami dapat menilai
•
Meneliti
Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh
pemilihan kata.
•
Meskipun bersinomim, kata raya, besar, agung, dan akbar
tidak dapat dipertukarkan.
Contoh:
masjid raya, rumah besar, hakim agung, perhelatan akbar.
•
Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam
pemakaiannya. Kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda,
sedangkan kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda.
Contoh:
Tiap-tiap kelompok terdiri atas sepuluh orang.
Masing-masing harus menyerahkan laporan
penelitian.
•
Pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat.
Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara
lain, dan misalnya.
•
Contoh:
•
Universitas Budi Luhur memiliki program studi seperti Komunikasi,
Teknik Informatika, Sistem Informasi, Ekonomi Manajemen, Ekonomi Akuntansi, dan
lain-lain. (salah)
•
Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat.
Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan
jangka waktu. Contoh:
Perkulihan
bahasa Indonesia berlangsung selama dua jam, yaitu dari pukul
08.00 s.d. 10.00.
•
Kata sesuatu dan suatu tidak sama dalam pemakaiannya. Kata
sesuatu tidak boleh diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu
harus diikuti oleh kata benda. Contoh:
Mereka
datang tidak dengan tangan hampa, tetapi membawa sesuatu.
Mereka
datang tidak dengan tangan hamba, tetapi membawa suatu bungkusan.
•
Kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai
untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah. Adapun kata daripada
berfungsi membandingkan. Contoh:
Ia
datang dari Bandung.
Cincin
itu terbuat dari emas murni.
Indonesia
lebih luas daripada Malaysia.
•
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di
mana dalam kalimat pernyatan harus diubah menjadi yang, bahwa,
tempat, dan sebagainya.
Contoh:
Akhirnya,
saya kembali juga ke Bogor, kota di mana saya dilahirkan. (salah)
Di
mana dia telah
dinyatakan sebagai tersangka, itu saya ketahui dari Kapolsek Kebonjeruk.
(salah)
Hingga
saat ini, dia belum juga mengunjungi tempat di mana selalu menjadi
impiannya. (salah)
Tuliskan kembali kalimat berikut
dengan membetulkan kesalahan yang ada.
1.
Saat ini ada banyak perangkat lunak pengolah kata yang digunakan, antara
lain Corel Word Perfect, Lotus Word Pro, Notepad, WordPad, Microsoft Word, Page
Maker, StarOffice Writer, AbyWord, dan lain-lain.
2.
Buku kerja Excel terdiri dari beberapa lembaran kerja.
3.
Ketika menyampaikan hasil temuannya, ia samasekali tidak menyangka kalau
temuannya akan memberi manfaat yang begitu besar bagi kemajuan teknologi di
Tanah Air.
4.
Pertemuan para pakar teknologi dilakukan sesuai rencana semula.
5.
Masing-masing anggota dalam kelompok itu telah menyetujui usulan yang
disampaikan ketua penyelenggara.
6.
Keberhasilan pelaksanaan pekerjaan itu amat tergantung pada fasilitas
dan sumber daya manusia.
7.
Pembentukan protein dan asam nukleat daripada bahan bakunya sangat
berbeda dengan pembentukan polisakarida dan lipid.
8.
Glukosa, galaktosa, dan fruktosa adalah merupakan contoh-contoh daripada
gula tunggal atau monosakarida.
9.
Jadi, molekul ini mengandung informasi-informasi yang kadang-kadang khas
bagi organisme dimana sintetis itu terjadi.
10.
Menurut para ahli-ahli kimia mengatakan bahwa osmosis adalah difusi dari
tiap-tiap pelarut melalui sesuatu
selaput yang permeable secara diferensial.
Kalimat dalam Bahasa Indonesia
Manakah yang bisa disebut kalimat?
1.
Berdiri aku di senja senyap.
2.
Mendirikan pabrik baja di Cilegon.
3.
Berenang itu menyehatkan kita.
4.
Karena perbuatannya sangat tidak manusiawi.
Pengertian Kalimat
Yang
dimaksud dengan kalimat adalah susunan kata yang mengungkapkan pikiran yang
utuh. Kalimat, baik lisan maupun tulisan, sekurangnya harus memiliki subjek (S)
dan predikat (P). Jika tidak memiliki unsur S atau P, pernyataan itu tidak bisa
disebut kalimat. Susunan kata yang seperti itu ialah frasa.
Jika
dilihat dari predikatnya, kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu
a. kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja
dan
b. kalimat-kalimat yang berpredikat selain kata
kerja
Namun, dalam pemakaian sehari-hari, jumlah
kalimat yang berpredikat kata kerja lebih besar daripada kalimat yang
berpredikat selain kata kerja. Hal itu memudahkan kita dalam menentukan
predikat sebuah kalimat. Misalnya, jika ada kata kerja dalam susunan kalimat,
kata kerja itulah yang kita cadangkan sebagai predikat dalam kalimat itu.
Contoh:
Proyek
raksasa itu dikerjakan oleh para mahasiswa FTI UBL.
Kata
kerja dalam kalimat itu ialah dikerjakan. Kata dikerjakan merupakan
predikat dalam kalimat itu. Setelah menemukan predikat, kita dapat menentukan
subjek dengan cara bertanya dengan menggunakan predikat, seperti berikut ini.
Apa yang dikerjakan oleh para
mahasiswa FTI Universitas Merah Putih?
Jawaban
pertanyaan itu ialah proyek saksasa itu. Deretan kata proyek saksasa
itu merupakan subjek kalimat tersebut. Jadi, susunan kata Proyek raksasa
itu dikerjakan oleh para mahasiswa FTI Universitas Merah Putih bisa
dikatakan sebagai kalimat karena memiliki subjek dan predikat.
Perhatikan
kalimat
berikut ini.
Harga buku itu dua puluh ribu rupiah.
Komputer itu rusak.
Ayahku dokter.
Harga buku itu dua puluh ribu rupiah.
Komputer itu rusak.
Ayahku dokter.
Ketiga
kalimat di atas merupakan contoh kalimat yang berpredikat selain kata kerja.
Harga
buku itu / dua puluh ribu rupiah.
S P
(K.Bil.)
Komputer
itu / rusak.
S
P (KS)
Ayahku
/ dokter
S P
(KB)
Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan
penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia ialah sebagai
berikut.
1.
KB + KK :
Virus menyebar.
2.
KB + KS :
Komputer itu rusak.
3.
KB + KBil :
Nilainya seratus.
4.
KB1 + KK + KB2 :
Neutron membeli roti.
5.
KB1 + KK + KB2 + KB3 :
Agus membawakan Noris buku.
6.
KB1 + KB2 :
Reza petani.
Keenam
pola kalimat dasar iu dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula
pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan
kompleks.
Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya
¨ Menurut strukturnya, kalimat dapat
digolongkan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal memiliki
satu gagasan, sedangkan kalimat majemuk memiliki gagasan yang bersegi-segi.
Kalimat majemuk dapat bersifat setara, tidak setara (bertingkat), dan campuran.
Kalimat Tunggal
¨ Kalimat tunggal adalah kalimat yang
terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Meskipun hanya terdiri atas satu
subjek dan satu predikat, bukan berarti bahwa kalimat tunggal selalu merupakan
kalimat yang pendek. Kalimat-kalimat yang panjang pun dapat dikembalikan kepada
kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana
itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis sebagai berikut.
Kalimat majemuk setara terjadi dari penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis sebagai berikut.
v Kalimat Majemuk Setara Penjumlahan
Kalimat
ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan dengan kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal
atau lebih itu sejalan.
Contoh:
Dosen
menjelaskan.
Mahasiswa
mendengarkan.
Dosen
menjelaskan dan mahasiswa mendengarkan.
Kalimat Majemuk Setara Pertentangan.
Kalimat
ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan dengan kata tetapi, sedangkan, dan melainkan
jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu menunjukkan pertentangan.
Contoh:
Ia
bukan mahasiswa FTI, melainkan mahasiswa Fikom.
Puspitek
terletak di Serpong, sedangkan PT Dirgantara Indonesia terletak di Bandung.
Reza
tidak berbelanja, tetapi hanya melihat-lihat.
Kalimat Majemuk Setara Perurutan.
Kalimat
ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan dengan kata lalu dan kemudian jika kejadian yang
dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Upacara
peresmian proyek pembangunan kampus baru Universitas Merah Putih telah selesai,
lalu Pak Rektor mempersilakan para tamu untuk beramah-tamah sembari mencicipi
hidangan yang telah disiapkan.
Kalimat Majemuk Setara Pemilihan
Kalimat
ini merupakan hasil penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang
dihubungkan dengan kata atau jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu
menunjukkan pemilihan.
Contoh:
Mereka
membayar secara kontan, atau mereka dapat mencicilnya selama tiga tahun.
Selain keempat jenis kalimat majemuk
setara di atas, ada pula kalimat majemuk setara yang berbentuk kalimat rapatan,
yaitu suatu bentuk yang merapatkan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal. Yang
dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang sama.
Contoh:
¨ Sari datang.
¨ Sari melihat-lihat.
¨ Sari membeli seperangkat komputer.
¨ Sari datang, Sari melihat-lihat, dan Sari
membeli seperangkat komputer.
¨ Sari datang, melihat-lihat, dan membeli
seperangkat komputer.
¨ Anton tidak meminta uang Arifin.
¨ Anton hanya meminjam uang Arifin.
¨ Anton tidak meminta uang Arifin, tetapi hanya meminjam
uang Arifin.
¨ Anton tidak meminta, tetapi meminjam uang
Arifin.
Kalimat Majemuk Tidak Setara (Bertingkat)
Kalimat
majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas (klausa bebas)
dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terikat). Jalinan
kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsure
gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat,
sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan,
syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak
kalimat.
Contoh
Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat
modern.
(tunggal)
Mereka masih dapat mengacaukan data-data
komputer.
(tunggal)
¡ Walaupun komputer itu dilengkapi dengan
alat-alat modern, mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer.
Anak
kalimat:
Walaupun
komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
Induk
kalimat:
Mereka
masih dapat mengacaukan data-data komputer.
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat
jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tidak setara (bertingkat) dan kalimat
majemuk setara, atau kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tidak setara
(bertingkat).
Contoh:
Walaupun
berbagai tantangan menghadang, mereka berhasil mencapai puncak gunung itu dan
bisa menancapkan bendera merah putih di sana.
(kalimat
majemuk tidak setara dan kalimat majemuk setara)
Tugas
yang sederhana itu telah dia selesaikan dengan mudah, sedangkan saya mengalami
kegagalan karena saya melalaikan cara-cara mengerjakannya.
(kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk tidak setara)
*********
Latihan
Buatlah 5 kalimat tunggal, 5 kalimat majemuk setara, 5
kalimat majemuk tidak setara, dan 5 kalimat majemuk campuran.
Kalimat yang dibuat harus mengunakan laras bahasa
bidang studi yang tengah Anda tekuni.
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau
penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi sehingga kejelasan
kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah
kalimat efektif memiliki ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur,
keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran,
kepaduan gagasan, dam kelogisan bahasa.
A. Kesepadanan Struktur
Yang
dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.
Kalimat itu memiliki S dan P yang jelas. Kejelasan S dan P suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindari pemakaian kata depan di, dalam, bagi,
untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan
subjek.
Contoh:
Bagi
semua mahasiswa Universitas Merah Putih harus melunasi SPP. (salah)
Semua
mahasiswa Universitas Merah Putih harus melunasi SPP. (benar)
2.
Tidak memiliki S yang ganda.
Contoh:
Soal
itu saya kurang jelas. (salah)
Soal
itu bagi saya kurang jelas. (benar)
3.
Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
Setiap
keluarga mempunyai cara masing-masing untuk saling berkomunikasi. Sehingga
antaranggota keluarga dapat
leluasa berkomunikasi. (salah)
Setiap
keluarga mempunyai cara masing-masing untuk saling berkomunikasi sehingga
antaranggota
keluarga
dapat leluasa berkomunikasi. (benar)
4.
Predikat kalimat tidak didahulu kata yang.
Contoh:
Jakarta
yang merupakan kota metropolitan. (salah)
Jakarta
merupakan kota metropolitan. (benar)
B. Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Jika kalimat itu memiliki bentuk perincian, tiap-tiap bagian dalam
rincian itu harus memiliki kesamaan bentuk kata.
Contoh:
Perangkat
lunak pengolah angka sangat berguna membantu pekerjaan manusia yang berhubungan
dengan angka, misalnya penghitungan keuangan di perusahaan-perusahaan, mengolah
data-data statistik, atau menghitung hasil-hasil penelitian. (salah)
Perangkat
lunak pengolah angka sangat berguna membantu pekerjaan manusia yang berhubungan
dengan angka, misalnya menghitung keuangan di perusahaan-perusahaan, mengolah
data-data statistik, atau menghitung hasil-hasil penelitian. (benar)
C. Ketegasan
Ada beberapa cara untuk membentuk
ketegasan dalam kalimat.
1.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat.
Contoh:
Presiden
mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan
negara ini dengan kemampuan yang
ada pada diri masing- masing. (Penekanannya ialah Presiden mengharapkan)
Harapan
Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya. (Penekanannya ialah Harapan Presiden)
2.
Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan
seribu, seratus, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak-anak telantar.
Seharusnya:
Bukan
seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak-anak telantar.
3.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya
suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Mereka
tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5.
Mempergunakan partikel penekanan.
Contoh:
Andalah
yang harus menjawab masalah itu.
D. Kehematan
Ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan.
1.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Contoh:
Jika
mereka telah mendapatkan jatahnya, mereka pulang ke rumah masing-masing dengan tertib.
Penghematan:
Jika
telah mendapatkan jatahnya, mereka pulang ke rumah masing-masing
dengan tertib.
2.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata.
Contoh:
Jika
ingin bertemu dengannya, pakailah baju warna merah.
Penghematan:
Jika
ingin bertemu dengannya, pakailah baju merah.
3.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam
satu kalimat.
Contoh:
Dia
hanya membawa peralatan gambarnya saja.
Penghematan:
Dia
hanya membawa peralatan gambarnya.
4.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan bentuk-bentuk
jamak.
Contoh:
Mereka
menjamu para tamu-tamu dengan istimewa.
Penghematan:
Mereka
menjamu para tamu dengan istimewa.
E. Kecermatan
Yang
dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Contoh:
Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima penghargaan.
Kalimat
di atas memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal: mahasiswa atau
perguruan tinggi.
F. Kepaduan
Yang
dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Oleh karena itu, kita
hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Kalimat
yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Pendapat
Anda saya akan pertimbangkan. (salah)
Pendapat
Anda akan saya pertimbangkan. (benar)
Kalimat
yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Makalah
ini akan membahas tentang pengenalan komputer di desa-desa terpencil. (salah)
Makalah
ini akan membahas pengenalan komputer di desa-desa terpencil. (benar)
G. Kelogisan
Yang
dimaksud dengan kelogisan ialah ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan
kalimat di bawah ini.
Waktu dan tempat kami persilakan.
Kita harus mengejar ketinggalan kita dari
Malaysia di bidang pariwisata.
Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan
acara ini.
Taufik Hidayat meraih juara pertama
Indonesia Terbuka.
Hermawan Susanto menduduki juara pertama
Cina Terbuka.
Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya
sering mondar-mandir di daerah tersebut.
Kalimat-kalimat
tersebut tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis ialah sebagai berikut.
Bapak Rektor, kami persilakan.
Kita harus mengatasi ketinggalan kita dari
Malaysia di bidang pariwisata.
Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara
ini.
Taufik Hidayat meraih gelar juara pertama
Indonesia Terbuka.
Hermawan Susanto menjadi juara pertama
Cina Terbuka.
Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya
ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.
Latihan
1.
Pertemuan pimpinan Ekonomi APEC di Bangkok, 21 Oktober 2007 lalu
menghasilkan deklarasi tentang kemitraan untuk masa depan atau disebut dengan Bangkok
Declaration on Partnership for the Fiture.
2.
Berdasarkan analisis Optimum Currency Area, tidak ada satupun nilai
tukar dari sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar di tengah-tengah,
hingga nilai tukar mengambang bebas dapat secara umum bebas digunakan untuk
semua struktur ekonomi sesuatu negara atau sesuatu waktu.
3.
Sebagai suatu subsistem dalam system agribisnis, agroindustri memiliki
potensi yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan
masyarakat, menyerap tenaga kerja, peningkatan pemerataan pembangunan, dan
mempercepat pembangunan daerah.
4.
Dengan mengakses internet, maka kita dapat memperoleh tentang berbagai
informasi yang kita butuhkan.
5.
Jika sudah mengetahui sistem kerjanya, maka mesin jenis apa pun dapat
dioperasikan dengan mudah.
6.
Meskipun semua industri teknologi sudah mempunyai sertifikat ISO, namun
hal itu belum menjamin kualitas produknya karena tidak ada pengawasan yang
berkesinambungan.
7.
Menurut pakar perindustrian mengatakan bahwa masing-masing industri
harus mempunyai sertifikat ISO.
8.
Dalam empat tahun ini negara kita yang terlihat sangat pesat kemajuannya
dalam bidang teknologi informasi.
9.
Penyusunan laporan penelitian teknologi itu saya dibantu oleh para
orang-orang yang ahli di bidangnya.
10.
Sejak dari tadi saya melihat dia naik
ke atas lalu turun ke bawah.
*********
Paragraf dan Pengembangan Paragraf
Dalam buku Komposisi (Keraf, 1993:
62-66) dikatakan bahwa paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang
bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf
merupakan kesatuan pikiran yang lebih tinggi dari atau lebih luas dari kalimat.
Sebuah gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan yang akan menampilkan
pokok pikiran secara lebih terarah.
Fungsi paragraf (Keraf, 1993: 63) ialah sebagai berikut.
} Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan
menceraikan sebuah tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu, tiap alinea hanya
boleh mengandung satu gagasan. Jika terdapat dua tema, paragraf itu harus
dipecah menjadi dua paragraf terpisah.
} Memisahkan dan menegaskan perhentian
secara wajar dan formal. Dengan demikian, pembaca berhenti agak luma sebelum berpindah
paragraf. Dengan perhentian yang lebih lama, informasi yang tersaji dalam
paragraf dengan mudah diserap pembaca.
Dalam karangan umumnya ada tiga jenis paragraf, yakni
1.
paragraf pembuka yang terletak di awal karangan atau bab,
2.
paragraf isi yang membangun badan karangan atau bab, dan
3.
paragraf penutup atau pengalih yang mengakhiri sebuah karangan bab.
Sayangnya,
di Indonesia masih banyak penulis yang tidak mengetahui atau tidak memahami
fungsi paragraf. Pembagian paragraf atas paragraf pembuka, paragraf penghubung
atau isi, dan paragraf penutup acapkali tidak diketahui oleh penulis. Oleh
karena itu, masih sering ditemukan tulisan yang sukar dipahami karena pemisahan
bagian-bagian atau pokok-pokoknya tidak jelas.
GAGASAN UTAMA PARAGRAF
} Dalam karya tulis, sebuah paragraf
hendaknya memiliki sebuah gagasan utama. Gagasan utama tersebut dituang dalam
sebuah kalimat topik. Setelah penetapan kalimat topik, barulah penulis mengembangkan paragraf itu dengan
gagasan-gagasan bawahan yang akan menunjang atau menjelaskan kalimat topik
tersebut. Gagasan bawahan tertampung dalam kalimat-kalimat penunjang. Paragraf
akan ditutup oleh sebuah kalimat penutup atau kalimat pengalih (yang akan
mengalihkan perhatian pembaca kepada paragraf selanjutnya).
} Panjang sebuah paragraf bervariasi,
bergantung dari gagasan utama yang akan digarap dalam paragraf tersebut. Akan
tetapi, minimal, dalam karya ilmiah, sebuah paragraf terdiri atas tiga kalimat.
Kalimat-kalimat tersebut ialah (1) kalimat topik, (2) kalimat penunjang, dan
(3) kalimat penutup atau pengalih.
Peran
dari sebuah kalimat topik atau kalimat pokok acapkali tidak diketahui oleh
penulis, padahal penempatan kalimat topik yang tepat dan pengembangan paragraf
yang baik akan memudahkan pembaca membuat ringkasan. Jika perumusan kalimat
topik tidak jelas, pengembangan paragraf pun tidak akan baik.
Sebuah
kalimat topik dapat diletakkan
} di awal paragraf,
} di akhir paragraf,
} di tengah paragraf,
} di awal dan akhir paragraf, atau
} di seluruh paragraf jika paragraf itu
bersifat naratif.
Dalam karya ilmiah, dianjurkan agar sebuah
kalimat topik diletakkan di awal paragraf. Bentuk ini dianjurkan dalam
pengembangan paragraf yang bersifat deduktif. Cara lain dalam penulisan karya
ilmiah ialah meletakkan kalimat topik pada akhir paragraf. Dalam hal ini,
paragraf dikembangkan secara induktif. Gaya lain dalam penyusunan paragraf
dalam karya ilmiah ialah menggabungkan pengembangan induktif dan deduktif,
yaitu meletakkan kalimat topik di awal dan di akhir paragraf.
Kepaduan dalam Paragraf
Kepaduan
sebuah paragraf dipertahankan oleh dua hal, yaitu masalah urutan isi dan
masalah kebahasaan. Masalah urutan isi berkaitan dengan pengembangan karangan
yang akan dibahas dalam subbab berikut. Masalah kebahasaan berkaitan dengan masalah
penggunaan kata ganti, pengulangan kata yang dianggap penting atau kata kunci,
dan penggunaan kata hubung.
Pengembangan Paragraf
} Paragraf dibangun oleh lebih dari satu
kalimat. Pengembangan paragraf adalah perincian dan pengurutan pikiran yang
terpadu yang diwujudkan melalui penataan kalimat-kalimat. Penggunaan kalimat
topik yang tepat akan memudahkan pembaca membuat ringkasan dari sebuah karya
tulis. Kalimat-kalimat penunjang akan mengembangkan gagasan yang terdapat dalam
kalimat topik. Dalam ringkasan kalimat-kalimat penunjang ini dapat diabaikan.
Oleh karena itu, ada tiga persoalan yang tercakup di dalamnya, yakni
} kemampuan menentukan dan meletakkan
kalimat topik secara tepat;
} kemampuan memerinci secara maksimal
gagasan utama paragraf ke dalam gagasan bawahan; dan
} kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke
dalam suatu urutan yang teratur.
Ada sepuluh metode pengembangan paragraf yang sering ditemukan dalam
berbagai karangan.
} Sudut Pandang. Untuk memperkaya sebuah
uraian atau berita, kita dapat menguraikan hasil penyerapan pancaindera kita.
Sudut pandang akan memerikan seseorang, sebuah ruang, suasana, sebuah benda,
atau perasaan. Dengan demikian, kita dapat membangun suasana hati pembaca.
} Contoh. Sebuah gagasan bisa menjadi jelas
jika diperkuat dengan beberapa contoh atau ilustrasi. Contoh itu dapat pula
diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi yang kuat, misalnya.
} Klimaks dan Antiklimaks. Paragraf diawali
dengan gagasan bawahan yang tidak terlalu penting, diikuti oleh kalimat-kalimat
yang berangsur-angsur meningkat kepentingannya. Paragraf diakhiri oleh kalimat
yang paling tinggi tingkat kepentingannya. Secara logis, perkembangan paragraf
seperti ini disebut sebagai pengembangan paragraf yang induktif. Sebaliknya,
pengembangan paragraf yang antiklimaks dibangun oleh kalimat-kalimat yang
berkurang kepentingannya. Paragraf ini akan diawali oleh kalimat yang paling
tinggi tingkat kepentingannya, diikuti oleh kalimat-kalimat yang
berangsur-angsur berkurang kepentingannya. Secara logis, pengembangan paragraf
seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif.
} Definisi Luas. Paragraf seperti ini
biasanya menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau istilah yang menimbulkan
kontroversi yang membutuhkan penjelasan. Jenis tulisan dalam paragraf seperti
ini adalah eksposisi.
} Klasifikasi. Berbeda dari analisis atau
uraian, pengembangan ini berusaha mengelompokkan berbagai hal yang dianggap
memiliki kesamaan ke dalam satu kategori. Dengan demikian, hubungan di antara
berbagai hal itu menjadi jelas. Paragraf dengan pengembangan klasifikasi ini
juga merupakan jenis tulisan eksposisi.
} Perbandingan dan Pertentangan.
Perbandingan dan pertentangan dapat digunakan secara bersamaan atau terpisah.
Dalam perkembangan paragraf ini, unsur-unsur yang sama dari dua hal atau lebih
diungkapkan dan diuraikan, diikuti dengan unsur-unsur yang membedakan dua hal
atau lebih. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa perbandingan dan
pertentangan itu dilakukan berdasarkan tolok ukur yang sama. Pengembangan
paragraf itu merupakan sebuah cara agar pembaca sampai pada suatu penilaian
yang relatif sama mengenai dua hal atau lebih. Jenis tulisan yang digunakan di
sini adalah jenis tulisan eksposisi.
} Analogi. Dalam pengembangan paragraf
analogis, uraian didasarkan pada kesamaan dari dua hal atau lebih. Dua hal atau
lebih dibandingkan secara sistematis untuk menemukan hal-hal yang sama. Hal
dibandingkan dapat berasal dari kategori yang sama atau, bahkan, dari satu atau
beberapa kelas yang berbeda. Jenis tulisan yang digunakan di sini adalah
tulisan eksposisi.
} Sebab-Akibat. Dalam paragraf ini diuraikan
hal-hal yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi atau, sebaliknya, diuraikan
dahulu sebuah akibat baru diikuti oleh penyebabnya. Jenis karangan yang
digunakan di sini dapat berupa jenis narasi atau eksposisi.
} Proses. Pengembangan paragraf ini
menguraikan proses bagaimana sesuatu terjadi atau terwujud. Jadi, dalam
pengembangan ini ada urutan dari tindakan-tindakan untuk menciptakan atau
menghasilkan sesuatu; atau urutan suatu peristiwa. Pengembangan paragraf ini
juga dapat diisi dengan kalimat-kalimat yang menguraikan sesuatu ke dalam
unsur-unsur yang membangunnya agar pembaca dapat lebih mudah memahami hal itu.
Jenis karangan yang digunakan dalam pengembangan paragraf ini adalah eksposisi.
} Umum-Khusus dan Khusus-Umum. Kedua cara
pengembangan paragraf ini merupakan cara yang paling umum digunakan. Dalam
pengembangan Umum-Khusus, gagasan utama atau kalimat topik diletakkan di awal
paragraf, diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengalndung gagasan bawahan. Secara
logis, pengembangan paragraf seperti ini disebut sebagai pengembangan deduktif.
Dalam pengembangan Khusus-Umum, gagasan utama diletakkan di akhir paragraf
dengan sebuah kalimat kesimpulan. Paragraf diawali oleh kalimat-kalimat yang
mengandung gagasan bawahan. Secara logis, perkembangan paragraf seperti ini
disebut sebagai pengembangan paragraf yang induktif. Dapat pula, dilakukan
variasi dengan menggabungkan kedua jenis pengembangan paragraf ini ke dalam
sebuah paragraf. Jadi, paragraf diawali dengan sebuah kalimat topik yang umum
diikuti dengan kalimat-kalimat yang mengandung gagasan bawahan. Kemudian,
paragraf diakhiri dengan sebuah kalimat topik lagi yang bersifat menyimpulkan.
Dengan demikian, secara logis, paragraf dikembangkan secara deduktif-induktif.
} Rangka atau struktur sebauah paragraf
terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Dengan kata
lain, apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari sebuah kalimat topik,
paragraf itu tidak termasuk paragraf yang baik.
} Kalimat topik adalah kalimat yang berisi
topik yang dibicarakan pengarang. Pengarang meletakkan inti maksud
pembicaraannya pada kalimat topik Karena topik paragraf adalah pikiran utama
dalam sebuah paragraf, kalimat topik merupakan kalimat utama dalam paragraf
itu. Karena setiap paragraf hanya memiliki sebuah topik, paragraf itu tentu
hanya mempunyai satu kalimat utama. Kalimat utama bersifat umum. Ukuran
keumuman sebuah kalimat terbatas pada paragraf itu saja. Adakalanya sebuah
kalimat yang kita anggap umum akan berubah menjadi kalimat yang khusus apabila
paragraf itu diperluas.
} Panjang paragraf amat bergantung pada
pikiran yang hendak dikembangkan. Sudah diuraikan bahwa dalam laras ilmiah
sebuah paragraf minimal dibangun oleh tiga buah kalimat, yakni kalimat pembuka,
kalimat isi, dan kalimat penutup atau kalimat peralihan. Tentu saja, uraian itu
berarti bahwa paragraf dapat dibangun oleh lebih dari tiga kalimat. Akan
tetapi, harus diingat bahwa paragraf yang terlalu panjang membuat pembaca
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan memahami gagasan dalam paragraf.
Selain itu, paragraf panjang akan memperlihatkan bahwa penulis tidak menguasai
masalah yang hendak diuraikan.
} Berapa pun jumlah kalimat dalam paragraf,
kepaduan dalam paragraf memegang peranan dalam menyajikan paragraf yang baik.
Kepaduan dapat dirusak, jika paragraf mengalami (1) urutan pikiran yang
menyimpang, (2) pikiran yang tidak lengkap, atau (3) pikiran yang ditumpukkan.
} Urutan Pikiran yang Menyimpang adalah
kalimat-kalimat yang tidak ada kaitannya dengan pikiran utama atau kalimat yang
menjelaskan hal lain di luar pikiran utama.
} Pikiran yang Tidak Lengkap adalah
kalimat-kalimat yang tidak muncul dalam sebuah paragraf. Urutan pikiran yang
tidak lengkap akan mengurangi kekompakan dan kebulatan paragraf.
} Pikiran yang Ditumpukkan adalah
ditumpukkannya gagasan dalam sebuah kalimat yang panjang. Dengan demikian,
kalimat yang seharusnya terpisah dalam dua atau tiga kalimat ditumpuk dalam
satu kalimat panjang dalam satu paragraf.
Untuk
menghindari kesalahan di atas, hubungan logis antarkalimat dalam sebuah
paragraf perlu mendapat perhatian. Kalimat-kalimat dalam paragraf dipadukan
dengan kata sambung yang tepat. Berikut ini akan dibahas masalah berbagai kata
sambung yang berfungsi menjaga kelogisan dalam paragraf.
Hubungan Logis Antarkalimat
} Hubungan logis dalam paragraf adalah
rangkaian kalimat-kalimat yang ditata dengan baik dan masuk akal sehingga mudah
dipahami oleh pembaca. Dalam hubungan logis antarkalimat, pada dasarnya, kata
sambung yang digunakan harus menunjukkan pengacuan ke kalimat terdahulu.
} Perlu dicatat bahwa tidak semua kata
sambung dalam kalimat dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat-kalimat dalam
paragraf. Kata sambung antarkalimat dapat juga digunakan untuk menghubungkan
paragraf yang satu dengan yang lain. Di dalam penulisannya, kata sambung
antarkalimat harus disertai koma.
Hubungan antarkalimat yang sering didapati dalam tulisan adalah sebagai
berikut.
1.
Hubungan akibat. Hubungan yang menyatakan akibat ini dimarkahi dengan: akibatnya,
walhasil, alhasil, karena itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, maka dari itu,
sebagai akibatnya.
2.
Hubungan konsekuensi. Hubungan yang menyatakan konsekuensi ini ditandai
dengan kata sambung dengan demikian, maka.
3.
Hubungan sebab yang ditandai dengan kata sambung alasannya, sebabnya.
4.
Hubungan tujuan yang ditandai dengan kata sambung untuk itu, untuk
keperluan itu, untuk tujuan itu.
5.
Hubungan perlawanan/konsesif yang ditandai dengan kata sambung meskipun
demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, kendati demikian/begitu,
bagaimanapun, akan tetapi; dan namun. Perhatikan: Jangan
gunakan namun demikian karena ungkapan ini tidak ada artinya (bandingkan
dengan tetapi demikian).
6.
Hubungan pertentangan/kebalikan yang ditandai dengan kata sambung sebaliknya,
sementara itu.
7.
Hubungan waktu dapat dibedakan atas:
◦ hubungan keserempakan yang ditandai dengan
kata sambung sementara itu, dalam pada itu, pada saat itu, pada saat yang
bersamaan, ketika itu.
◦ hubungan anteroritas yang ditandai dengan
kata sambung sebelumnya, sebelum itu.
◦ hubungan posterioritas yang ditandai
dengan kata sambung sesudahnya, sesudah itu, setelah itu, kemudian.
8.
Hubungan syarat yang ditandai dengan kata sambung jlka demikian
halnya, kalau begitu.
9.
Hubungan urutan yang ditandai dengan kata sambung selanjutnya,
demikian pula, Pertama ... Kedua, ... Ketiga, ... Terakhir,
... atau Pertama-tama, ... Kemudian, ... Akhirnya, … .
Mencermati Alat Perekat Kalimat (Kohesi)
} Apa yang dimaksud dengan alat kohesi?
Alat ini penting sebagai semacam perekat di antara bagian-bagian kalimat atau
antara kalimat satu dan kalimat berikutnya di dalam paragraf. Kehadiran perekat
ini membuat rentetan kalimat di dalam suatu paragraf dapat enak dan mudah
diikuti isinya.
} Alat kohesi dapat berupa konjungsi
(kata penghubung), seperti karena, meskipun, ketika, dan tetapi.
Akan tetapi, dapat pula berupa bentuk-bentuk lain seperti pronomina
(kata ganti), pengulangan kata yang sama, pemakaian sinonim, atau
dapat juga berupa penataan berdasarkan urutan waktu (kalau kebetulan
yang dibahas berkaitan dengan waktu).
} Singkatnya, ada banyak alat tersedia di
dalam bahasa untuk membuat rentetan kalimat dalam paragraf mudah diikuti dan
enak dibaca. Namun, alat kohesi ini tidak perlu dihafalkan. Banyak membaca dan
banyak latihan menulis akan dengan sendirinya meningkatkan penguasaan alat-alat
kohesi itu.
Perhatikanlah beberapa contoh berikut!
1
1
A.
Mahalnya printer atau alat cetak Braille juga menambah kesulitan. Mereka
tidak menggunakan tinta melainkan jarum sebagai alat tulis. Putusnya satu jarum
membuat mesin itu tidak bisa digunakan. Pengadaan buku Braille jadi sangat
mahal dan secara bisnis, justru mendatangkan kerugian.
B.
Mahalnya printer atau alat cetak Braille juga menambah kesulitan.
Apalagi mereka tidak menggunakan tinta melainkan jarum sebagai alat tulis.
Putusnya satu jarum membuat mesin itu tidak bisa digunakan. Dengan demikian,
pengadaan buku Braille jadi sangat mahal dan secara bisnis justru mendatangkan
kerugian.
Paragraf
…. lebih enak dibaca karena paragraf ini memakai alat kohesi yang berupa
konjungsi; apalagi dan akibatnya, sedangkan paragraf …. tidak. Dengan pemakaian
konjungsi, keterkaitan makna antarkalimat menjadi lebih jelas.
2
A.
Tentu saja tidak ada larangan jika Indonesia ingin berdikari. Tindakan
melakukan berdikari sama saja dengan pilihan dalam melakukan perdagangan
internasional. Jika Indonesia memilih tidak melakukan impor dalam rangka
berdikari, pilihan tidak melakukan impor sah-sah saja.
B.
Tentu saja tidak ada larangan jika Indonesia ingin berdikari. Itu sama
saja dengan pilihan dalam melakukan perdagangan internasional. Jika Indonesia
memilih tidak melakukan impor dalam rangka berdikari, itu sah-sah saja.
Paragraf …. lebih enak diikuti isinya karena paragraf itu memanfaatkan
pemakaian kata ganti (pronomina) yakni itu. Selain berfungsi sebagai penyambung
kalimat berikutnya, pemakaian kata ganti juga dapat memperpendek panjangnya
rentetan kata.
3
} Semua orang tahu bahwa kebersihan adalah
pangkal kesehatan. Namun, masih banyak anggota masyarakat kita yang tidak
peduli terhadap kebersihan lingkungan. Akibatnya, masalah ini menjadi sulit
dipecahkan. Seandainya saja setiap anggota masyarakat peduli akan kebersihan di
sekitar tempat tinggalnya, tentulah kualitas kesehatan dapat ditingkatkan. Oleh
karena itu, marilah kita mencoba untuk menjadikan diri kita masing-masing
peduli terhadap kebersihan lingkungan.
Paragraf
ini banyak memakai perulangan kata. Berapa jumlah kata kebersihan yang
terdapat pada paragraf 3? Pengulangan kata di situ dapat dimanfaatkan sebagai
pengikat rentetan kalimat.
} Bandingkanlah paragraf 2A dengan 3. Pada
paragraf 2A juga terdapat pengulangan kata. Akan tetapi, pada paragraf itu
pengulangan kata mengganggu kelancaran arus gagasan dari kalimat satu ke
kalimat berikutnya. Oleh karena itu, strategi pengulangan kata tidak tepat
untuk diterapkan pada paragraf itu.
} Lain halnya yang terjadi pada paragraf
(3). Pengulangan kata dapat dipakai sebagai alat untuk melancarkan arus gagasan
dari kalimat satu ke kalimat berikutnya. Jadi pengulangan kata dapat sesuai
untuk paragraf yang satu, tetapi belum
tentu untuk paragraf yang lain. Itu semua bergantung pada bagaimana isi
paragraf yang bersangkutan.
} Yang diharapkan untuk ditangkap melalui
contoh-contoh paragraf di atas ialah penyadaran akan hal berikut. Di dalam
perangkaian kalimat, bahasa menyediakan banyak alat kohesi: konjungsi,
pronomina, pengulangan kata, dsb. Makin banyak kita mengenal alat kohesi makin
leluasa kita dapat memilih mana yang tepat untuk dipakai pada paragraf yang
sedang kita tulis.
} Pada contoh di atas sengaja dipilah-pilah
alat kohesi yang berupa “konjungsi”, yang berupa “pronomina”, dan yang berupa
“pengulangan kata”. Di dalam praktik penulisan, beberapa alat itu bisa dicampur
dalam satu paragraf. Tujuan pemisah-misahan pada contoh di atas sekadar untuk
mempertajam pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan “alat kohesi”.
}
Latihan
Pada latihan berikut, alat kohesi tidak akan
disoroti satu per satu. Yang dilakukan adalah kegiatan merangkai kalimat.
Pedoman
yang dipegang ialah perangkaian yang bagaimanakah yang dapat menghasilkan
rentetan kalimat yang terasa “menyambung” satu dengan yang lain?
1.
Urutkanlah
kalimat-kalimat berikut sehingga menjadi paragraf yang padu!
Konglomerat Indonesia menggunakan gaya “manajemen gado gado”
Konglomerat Indonesia menggunakan gaya “manajemen gado gado”
untuk mengembangkan bisnis usahanya. Gaya
tersebut meliputi
manajemen Cina tradisional, Belanda,
Jepang, dan Amerika.
A.
Manajemen Belanda diterapkan sebagai landasan jalannya usaha.
B.
Gaya ini memiliki hubungan yang erat seperti hubungan berdasarkan
kepemilikan saham, istri, anak, atau menantu.
C.
Manajemen Cina Tradisional digunakan untuk menggalang kemitraan sesama
konglomerat yang umumnya berasal dari daratan Cina.
D.
Adapun Manajemen Amerika terlihat dari banyaknya bidang usaha yang
memanfaatkan para profesional sebagai ujung tombak dalam menjalankan usaha.
E.
Manajemen Jepang diterapkan untuk meningkatkan produksi pabrik.
F.
Hal ini tercermin dari adanya lembaga komisaris selaku supervisor
board (dewan pengawas) dan dewan direksi sebagai pelaksana operasional.
2.
Kalimat mana
yang membuat paragraf ini sumbang? Garis bawahilah!
Pimpinan
Wisma Kartika memperhitungkan berapa buah rumah yang dapat dibangunnya dengan
300 ton pasir yang tertumpuk di Jalan H. Asnawi. Dari pasir itu ia dapat
membangun sebuah kompleks rumah murah yang terdiri atas 125 buah rumah. Tidak
demikian halnya dengan PT Beling Jaya. Pimpinan Beling Jaya akan
memperhitungkan jumlah keuntungan yang diperolehnya dari pasir itu kalau pasir
itu dibuat kaca. Lain lagi pandangan seorang pekerja kapal keruk. Pekerja kapal
keruk memandang pasir itu sebagai penghalang yang perlu disingkirkan karena
pasir merupakan musuh besarnya ketika mengeruk sebuah dasar sungai. Kapal keruk
itu mondar-mandir di sekitar sungai Batanghari. Jadi, jelaslah bahwa setiap
orang akan memandang sebuah objek dengan makna yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
Paragraf
di atas merupakan paragraf induktif. Alihkanlah menjadi paragraf deduktif!
3. Pilihlah satu dari dua paragraf di bawah ini.
Kemudian, buatlah kerangka paragraf berdasarkan paragraf yang Anda pilih. Lalu, kembangkan
paragraf tersebut menjadi sebuah wacana yang lebih luas. Selanjutnya, tentukan
judul yang tepat untuk wacana yang Anda susun tersebut.
Paragraf (1)
Ada
beberapa faktor pemicu kemunduran perekonomian di Indonesia. Penyebab pertama
ialah anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Banyak pengusaha di bidang
industri yang memilih lari ke luar negeri dan membuka usahanya di sana.
Penyebab yang tidak dapat dianggap sepele ialah ketidakpuasan politik.
Demonstrasi muncul di mana-mana, ditambah dengan ketidakmenentuan sikap (pro-
atau kontra-) terhadap pemerintah. Kemunduran perekonomian juga disebabkan oleh
hambatan pada jalur distribusi. Keadaan seperti itu mengakibatkan harga
barang-barang kebutuhan sehari-hari melonjak.
}
Paragraf (2)
Pada
abad ke-21, Asia diramalkan menjadi pusat ekonomi dunia. Ramalan ini
berdasarkan beberapa fakta yang ada. Pertama, jumlah penduduk Asia ialah
setengah penduduk dunia. Di antaranya kira-kira 500 juta orang yang termasuk
dalam kategori kelas menengah. Hal ini jelas merupakan potensi pasar yang
besar. Kedua, tingkat teknologi di Asia sudah sama dengan negara-negara Barat.
Banyak pabrik-pabrik di Barat yang pindah ke Asia karena dapat memperoleh
modal, tanah, dan tenaga kerja yang lebih mudah dan murah bila dibandingkan di
Barat.
Penulisan Karangan Ilmiah
Jenis Tulisan
Setiap tulisan pasti dibangun oleh beberapa bagian.
Bagian-bagian pembangun sebuah karya tulis akan mengandung beberapa jenis
tulisan. Sebuah karya tulis berlaras ilmiah pun akan dibangun oleh beberapa
jenis tulisan. Seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan
informasi menjadi sebuah tulisan yang utuh. Sebuah tulisan ilmiah merupakan
hasil rangkaian fakta, bukan realitas, yang merupakan hasil pemikiran,
gagasan., peristiwa, gejala, dan pendapat.
Dalam uraian di atas dibedakan antara pengertian
realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realitas kehidupan
dalam sebuah cerita, sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta
dalam sebuah tulisan. Realistas berarti bahwa peristiwa yang diceritakan
merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah dibuktikan kebenarannya, tetapi
tidak secara langsung dialami oleh penulis. Data realitis dapat berasal dari
dokumen, surat keterangan, press release, surat kabar atau sumber bacaan
lain, bahkan juga dari suatu peristiwa faktual. Fakta berarti bahwa rangkaian
peristiwa atau percobaan yang diceritakan benar-benar dilihat, dirasakan, dan
dialami oleh penulis.
Pada dasarnya, sebuah karya ilmiah
merupakan sebuah tulisan nonfiksi yang bertujuan untuk memberitahukan,
menjelaskan, atau membuktikan suatu fakta kepada pembaca. Tekanan pada fungsi
memberitahukan, menjelaskan, atau membuktikan menyebabkan jenis tulisan pada
karya ilmiah merupakan eksposisi (memberitahukan, menjelaskan, memaparkan) dan
argumentasi (membuktikan). Dalam usaha untuk menyampaikan karya ilmiah secara
lebih akurat, karya ilmiah acapkali juga menampilkan jenis tulisan deskripsi
(memerikan suatu keadaan atau seseorang) dan naratif (menceritakan).
Argumentasi dan persuasi dalam karya
i1miah ditimbulkan oleh penyusunan fakta-fakta dalam kerangka karangan yang
cermat. Dengan demikian, fakta-fakta tersebut dibiarkan berbicara sendiri.
Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa keyakinan akan kebenaran
uraian tersebut.
Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis
karangan yang lazim ditemukan dalam karya ilmiah.
1.
Narasi (Kisahan)
Narasi adalah penulisan yang sifatnya
bercerita, baik berdasarkan pengamatan dan pengalaman maupun berdasarkan
pengalaman. Pada saat penulis menguraikan kehidupan atau keadaan informan,
uraian dituangkan dalam bentuk narasi yang berisi himpunan informasi faktual
mengenai suatu peristiwa dan situasi. Narasi, dalam hal ini, bukanlah narasi
rekaan atau imajinatif, melainkan narasi yang merupakan himpunan peristiwa yang
diuraikan secara berurutan dan logis. Narasi berusaha untuk mengisahkan suatu
peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1997: 109).
Narasi bersifat menghimpun informasi
berdasarkan pengamatan, liputan, wawancara, dan bacaan. Oleh karena itu, narasi
dalam berita merupakan himpunan peristiwa yang faktual bukan realistis
(Marahimin, 1994:37-38). Bentuk narasi yang nonfiktif dapat dijumpai dalam buku
harian, sejarah, biografi atau otobiografi, surat kabar, majalah, surat
pribadi, dan sebagainya. Dalam karya ilmiah, narasi bersifat menyampaikan
sebuah peristiwa berdasarkan urutan kronologis dan digunakan sebagai ilustrasi
untuk menguatkan uraian yang sedang disampaikan oleh penulis (peneliti).
2. Deskripsi (Perian)
Dalam hal narasi, terkait pula jenis
tulisan deskriptif. Deskripsi adalah tulisan yang berusaha untuk menggambarkan
bentuk obyek pengamatan: rupanya, sifatnya, rasanya, atau coraknya sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Deskripsi juga merupakan penulisan yang
menggambarkan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, atau gembira.
Tujuan dari deskripsi adalah membantu pembaca untuk membayangkan seseorang,
merasakan suatu suasana, atau memahami suatu sensasi atau emosi melalui
imajinasi yang terbentuk dari ungkapan bahasa.
Deskripsi bertalian dengan pelukisan kesan
yang tertangkap oleh pancaindera penulis berkaitan dengan sebuah objek atau
peristiwa (Keraf, 1997: 109-l10). Menurut Marahimin (1994: 38), dalam penulisan
deskripsi, yang ditulis adalah fakta, bukan realita. Deskripsi adalah hasil
observasi dengan menggunakan semua alat indria penulis.
Ada dua jenis deskripsi, yaitu deskripsi
ekspositoris dan deskripsi impresionistis (Marahimin, 1994: 46). Deskripsi
ekspositoris adalah deskripsi yang sangat logis yang isinya merupakan daftar
perincian yang disusun menurut sistem atau urutan logis dari obyek yang
diamati. Deskripsi impresionistis adalah deskripsi yang menggambarkan imprasi
penulis atau untuk menstimulir pembaca yang lebih menekankan kesan pada saat
penulis melakukan observasi. Urutan yang digunakan ialah urutan menurut kuat
atau lemahnya kesan penulis terhadap obyek yang ditulis.
Dalam menyusun sebuah deskripsi ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
a.
Harus ada penggambaran yang dominan yang dituangkan dalam sebuah kalimat
topik dalam paragraf.
b.
Suasana hati tertandai melalui pilihan kata yang baik.
c.
Pengembangan paragraf harus dilakukan secara efektif,
masuk akal
atau logis, dan dipikirkan dan dirancang dengan cermat dan
teliti.
Deskripsi orang sebaiknya menggambarkan
a.
penampilan seseorang,
b.
moral atau etika yang dianut seseorang,
c.
perilaku seseorang, terutama dalam saat tertentu,
d.
sifat seseorang,
e.
suara dan cara seseorang berbicara,
f.
sikap seseorang terhadap orang lain.
Deskripsi waktu harus mencakup
a.
keterangan waktu yang tepat,
b.
pengurutan yang kronologis dan logis, dan
c.
mengandung gabungan unsur perian orang dan tempat.
3. Eksposisi (Paparan)
Pada saat berita berfungsi untuk
memberitahukan dan menjelaskan sesuatu, jenis tulisan yang digunakan adalah
eksposisi atau paparan. Eksposisi adalah tulisan yang berusaha memberi
penjelasan atau informasi. Tulisan yang ekspositoris akan menguraikan sebuah
proses, melukiskan proses pembuatan sesuatu yang belum diketahui pembaca, atau
proses kerja suatu benda.
Definisi lain dari eksposisi adalah
tulisan yang berusaha menyingkapkan buah pikiran, perasaan, atau pendapat
penulis untuk diketahui pembaca (Marahimin, 1994: 208). Ada beberapa jenis
tulisan ekspositoris, yaitu eksposisi yang menjelaskan suatu prosedur atau
proses, memberikan dan menguraikan sebuah definisi atau pandangan, menerangkan
arah, menjelaskan dan menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel,
mengulas suatu hal atau peristiwa.
Pada dasarnya dalam sebuah karya i1miah,
eksposisi menghimpun dua hal, pencerapan alat indera (deskripsi) dan penggalian
referensi. Pada saat eksposisi melukiskan sesuatu, jenis tulisan deskripsi akan
muncul juga. Dalam usaha lainnya,. seperti menguraikan, menafsirkan,
menjelaskan, eksposisi berusaha untuk merangkaikan atau merangkum sebuah hasil
riset berdasarkan percobaan, akumulasi data, perluasan pemikiran, atau
pengamatan. Dalam tulisan ekspositoris ada suatu bagian simpulan atau saran
yang akan mengakhiri tulisan tersebut.
4. Argumentasi (Bahasan)
Argumentasi adalah penulisan yang
bertujuan untuk meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi,
atau bahkan membujuk pihak lain agar pendapat pribadi penulis diterima. Dalam
karya ilmiah, bentuk argumentasi ini dianjurkan dalam sajian yang obyektif dan
tidak mengandung opini penulis. Argumentasi harus dibangun dengan menyusun alasan
secara logis untuk menunjang sebuah kalimat topik dalam paragraf. Alasan
disusun berdasarkan penjelasan atau kutipan dan fakta-fakta yang tepat.
Pada saat penyusunan sebuah laporan
i1miah, sebaiknya, diperhatikan penggunaan berbagai jenis karangan ini. Dengan
demikian, karya ilmiah tidak akan menjadi sebuah tulisan ilmiah yang kering dan
menjemukan. Alasan dibangun atas berbagai paragraf yang mengandung narasi,
deskripsi, dan eksposisi. Dengan proses itu, diharapkan bahwa pembaca akan
mudah memahami jalan pikiran penulis.
Sistematika dan Kejelasan Karangan
Persiapan untuk menulis sebuah karya
ilmiah berbeda dari persiapan untuk menulis sebuah berita di surat kabar
atau artikel di majalah, misalnya. Jika kita akan menulis di media tersebut,
topik sudah tersedia, yakni hal yang harus diliput. Tujuan juga jelas, yakni
menyajikan informasi yang hangat dan aktual ke tangan pembaca. Siapa yang
menjadi pembaca berita atau artikel itu juga sudah jelas. Tidak demikian halnya
dengan karya ilmiah. Acapkali, sebagai mahasiswa yang mendapat tugas dari
pengajar, topik sudah ditentukan oleh pengajarnya. Namun, tidakjarang pula,
topik harus ditentukan oleh penulis, dalam hal ini mahasiswa sendiri, terutama
dalam penulisan skripsi atau tugas akhir. Biasanya, topik yang dipilih
berkaitan dengan hal yang sedang diteliti. Tujuan juga harus jelas karena
tujuan penulis akan berkaitan dengan jenis tulisan yang dihasilkan.
Syarat-syarat yang diperlukan untuk
menulis sebuah karya ilmiah, antara lain, adalah tersusun secara sistematis,
setiap langkah direncanakan secara_terkendali, konseptual, dan prosedural.
Berdasarkan syarat itu, pemilihan topik disertai penetapan tujuan. Kemudian,
topik dan tujuan itu dirumuskan menjadi sebuah tema yang utuh. Tema ini menjadi
awal dari rangkaian penulisan sebuah karya ilmiah yang sistematis dan yang
direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural. Dengan demikian,
akan dihasilkanlah sebuah tulisan yang mengandung pandangan dan pembuktian yang
tersusun secara sistematis.
Topik
Topik acapkali sulit dibedakan dari judul.
Sebuah topik atau, bahkan, sebuah tesis, dapat saja, pada akhirnya, dijadikan judul tulisan. Akan
tetapi, topik tidak sama dengan judul. Tidak selalu sebuah judul merupakan
topik tulisan. Mungkin saja terjadi bahwa sebuah judul mengandung topik.
Mengenai judul akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan mengenai tema atau
tesis.
Dalam Keraf (1997), dikatakan bahwa topik
berasal dari kata Yunani, topoi. Topoi berarti ‘tempat’. Jadi, kita
menempatkan pokok persoalan atau pembahasan.
Oleh karena itu, dalam karang-mengarang,
topik adalah ‘pokok pembicaraan’. Ada empat syarat pemilihan topik, yaitu
a.
menarik perhatian penulis,
b.
diketahui dan dikuasai oleh penulis,
c.
harus cukup sempit dan terbatas, dan
d.
sebaiknya, tidak terlalu baru, teknis, atau kontroversial (khusus untuk
penulis pemula).
Tujuan
Jika selesai memilih topik, langkah
berikutnya bagi penulis aalah menetapkan tujuan penulisan. Menurut Keraf
(1997), tujuan penulisan ada dua, yaitu
sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis
berlandaskan topik yang telah dipilih dan
maksud penulis
dalam menguraikan topik bahasan.
Jadi, tujuan yang dimaksudkan bukan tujuan
topik melainkan pribadi penulis.
Tesis
Langkah berikutnya adalah merumuskan kalimat
tema, yakni menggabungkan topik dan tujuan kita. Istilah tema digunakan
untuk laras karangan pada umumnya. Kalimat tema bagi karangan ilmiah disebut kalimat
tesis. Dalam laras ilmiah, sebagaimana diuraikan dalam Keraf (1997),
kalimat tesis adalah kalimat tema bagi laras ilmiah yang berbentuk satu kalimat
dengan topik dan tujuan yang bertindak sebagai gagasan sentral kalimat tesis
tersebut.
Kata tema berasal dari bahasa Yunani, tithenai,
yang berarti ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’. Jadi, tema berarti bahwa ada
‘sesuatu yang telah diuraikan’ atau ‘sesuatu yang telah ditempatkan’. Dalam
proses penulisan sebuah karya, tema berarti ‘sebuah perumusan dari topik yang telah
dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui pilihan
topik tadi.
Sebuah kalimat tesis merupakan perumusan
singkat yang mengandung tema. dasar sebuah tulisan dengan satu gagasan sentral
yang menonjol. Jika kita memandangnya dari sudut analisis kalimat, gagasan
sentral dari kalimat tesis adalah subjek, predikat, dan objek
(jika ada) atau gagasan sentral adalah gagasan utama kalimat (dalam hal ini,
kalimat tesis). Kalimat tesis berbentuk satu kalimat, dapat berupa kalimat
tunggal ataupun kalimat majemuk bertingkat, tetapi tidak boleh
berbentuk kalimat majemuk setara.
Jadi, dalam merumuskan sebuah kalimat
tesis, selain persyaratan kalimat tema, harus diperhatikan pula bentuk kalimat
tesis itu dengan memperhatikan empat hal berikut ini.
a.
Harus berupa sebuah kalimat hasil perumusan topik dan tujuan.
b.
Dapat berupa kalimat tunggal atau kalimat majemuk bertingkat.
c.
Tidak boleh berupa kalimat majemuk setara.
d.
Harus memiliki gagasan sentral, dalam hal ini gagasan utama kalimat
tesis.
e.
Tidak mengandung kata negasi dan kata relatif, seperti beberapa,
hanya, dan agak.
Kalimat tesis merupakan payung dari
keseluruhan bentuk karangan. Pembagian bab atau pembagian paragraf dalam sebuah
karangan merupakan gagasan-gagasan bawahan yang akan menunjang kalimat tesis
tersebut. Kerangka karangan yang baik selalu dapat menunjukkan kepada pembaca
topik dan tujuan si penulis.
Sebuah tesis yang baik harus mempunyai
a.
kejelasan yang diwujudkan melalui sebuah gagasan sentral yang dapat
diikuti oleh perincian dan subordinasinya;
b.
kesatuan melalui gagasan sentral yang berada dalam tema yang akan
memayungi seluruh karangan dan menjaga agar fokus pembicaraan akan tetap
terjaga;
c.
perkembangan yang jelas merupakan penyusunan uraian perincian dengan
logis dan teratur sehingga pembaca akan dengan mudah mengikuti alur berpikir
penulis;
d.
keaslian dalam hal pemilihan pokok persoalan, sudut pandang, dan
pendekatannya sehingga rangkaian kalimat dan pilihan katanya pun akan terlihat
keasliannya; dan
e.
judul yang cocok yang menggambarkan tema karangan tetapi tidak
mengungkapkan seluruh isi karangan.
Tesis dan topik bukan judul. Jika topik
dan tesis dirumuskan di awal penulisan, sebaliknya, perumusan judul
dilakukan setelah seluruh karangan selesai. Boleh saja, pada akhirnya,
sebuah topik atau tesis menjadi judul, tetapi tidak selulu sebuah topik itu sama
dengan judul.
Sebuah judul harus memiliki persyaratan
a.
ringkas,
b.
provokatif, dan
c.
relevan dengan isi.
Pembuatan judul dapat dilakukan dengan
cara berikut.
a.
Mencari kata-kata kunci.
b.
Mewaspadai kalimat-kalimat yang pendek, kalimat tanya, ungkapan, atau
istilah yang digunakan dalam tulisan. Hal-hal itu berpotensi untuk diangkat
sebagai judul.
c.
Membaca judul- judul yang pernah dibuat oleh penulis lain.
d.
Membuat tulisan yang lengkap terlebih dahulu.
e.
Membuat beberapa pilihan judul, coba terapkan pada karangan. Jangan
takut membuat penyesuaian, baik pada judul maupun pada tubuh karangan.
Kerangka Karangan
Pengertian
Kerangka Karangan
Pada umumnya, ketika
akan menulis karangan ilmiah, penulis membuat sebuah bagan atau rencana kerja.
Hal itu dimaksudkan agar isi pikiran yang akan dituangkan ke dalam tulisan
teratur, terperinci, dan sempurna. Bagan
yang dibuat dapat beberapa kali mengalami perubahan demi perbaikan dan
penyempurnaan.
Metode yang biasa
dipakai untuk maksud tersebut disebut outline atau kerangka karangan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang
memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang digarap.
Manfaat
Kerangka Karangan
Mengapa
pembuatan kerangka karangan sangat dianjurkan kepada penulis (terutama penulis
yang baru mulai menulis)? Metode ini akan membantu setiap penulis untuk
menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dilakukan karena kerangka
karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut.
a.
Menyusun
karangan secara teratur
b.
Memudahkan
penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda
c.
Menghindari
penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih
d.
Memudahkan penulis
untuk mencari materi pembantu
Langkah-Langkah Penyusunan Kerangka Karangan
a.
Rumuskan tema yang jelas berdasarkan
suatu topik atau tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang
dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan harus berbentuk tesis atau
pengungkapan maksud.
b.
Langkah yang kedua adalah mengadakan
inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis
atau pengungkapan maksud tadi. Dalam hal
ini, penulis boleh mencantumkan sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas
dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung melakukan evaluasi terhadap
topik-topik tadi.
c.
Langkah yang Ketiga adalah penulis
berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua
di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai
berikut.
Pertama: Topik yang tidak relevan dengan
tesis dicoret dari daftar.
Kedua: Jika ada lebih dari satu
topik yang sama tetapi dirumuskan dengan
cara yang berlainan, buatlah perumusan baru.
Ketiga: Bila ada topik yang sebenarnya
merupakan bawahan dari topik yang lain, masukkanlah topik bawahan itu ke topik
yang lebih tinggi.
Keempat: Jika ada dua topik atau lebih
yang sederajat tetapi lebih rendah daripada topik yang lain, pilihlah dengan
cermat mana topik yang lebih tinggi yang akan membawahi topik-topik tadi.
d.
Untuk mendapatkan sebuah kerangkan
karangan yang sangat terperinci, langkah kedua dan ketiga dilakukan
berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.
e.
Selanjutnya ialah menentukan pola
susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari tesis atau
pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan mempergunakan semua
langkah di atas. Dengan pola susunan tersebut, semua perincian akan disusun
kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan yang baik.
Pola Susunan Kerangka Karangan
1.
Pola Alamiah
a. urutan waktu (kronologis)
b. urutan ruang (spasial)
c. topik yang ada
2.
Pola Logis
a. urutan klimaks dan antiklimaks
b. urutan kausal
c. urutan pemecahan masalah
d. urutan umum-khusus
e. urutan familiaritas
f.
urutan akseptabilitas
Macam-Macam Kerangka Karangan
Kerangka karangan dapat dibedakan
berdasarkan dua parameter yaitu sifat perinciannya dan perumusan teksnya.
1.
Berdasarkan Perincian
a. kerangka karangan sementara
b. kerangka karangan formal
2.
Bedasarkan Perumusan Teksnya
a. kerangka kalimat
b. kerangka topik
Kutipan
dan Sistem
Perujukan
Dalam Bab Kerangka Teoretis, seorang
penulis akan melakukan sintesis, langkah terakhir dalam penyusunan bab itu.
Dalam karya ilmiah, sintesis merupakan rangkuman berbagai rujukan yang
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis. Sintesis dibangun
berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan pemahamannya atas
kutipan tersebut. Cara penulis mengutip dan membuat rujukannya berkaitan
erat dengan penyusunan daftar bacaan
(bibliografi).
Kutipan
Kutipan adalah
bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil
penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi.
Kutipan akan dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan
dari pendapat berbagai tokoh merupakan esensi dalam penulisan sintesis.
Kutipan
dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang
mantap. Jika belum, hasilnya akan merupakan karya “SUNTING”-an, yaitu “SUSUN”
dan “GUNTING” dari berbagai teori tanpa adanya suatu benang merah pemikiran
yang mengikat berbagai kutipan tersebut.
Kutipan adalah bagian
dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil
penelitian dari penulis lain atau penulis sendiri yang telah terdokumentasi.
Kutipan akan dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan. Kutipan
dari pendapat berbagai tokoh merupakan esensi dalam penulisan sintesis.
Kutipan
dilakukan apabila penulis sudah memperoleh sebuah kerangka berpikir yang
mantap. Jika belum, hasilnya akan merupakan karya “SUNTING”-an, yaitu “SUSUN”
dan “GUNTING” dari berbagai teori tanpa adanya suatu benang merah pemikiran
yang mengikat berbagai kutipan tersebut.
Penggunaan
kutipan memiliki beberapa tujuan, yaitu
untuk menegaskan
isi uraian
untuk
membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat oleh penulis.
untuk
memperlihatkan kepada pembaca materi dan teori yang digunakan penulis.
untuk mengkaji
interpretasi penulis terhadap bahan kutipan yang digunakan.
untuk
menunjukkan bagian atau aspek topik yang dibahas.
untuk mencegah
penggunaan dan pengakuan bahan tulisan orang lain sebagai milik sendiri
(plagiat)
Ada beberapa
cara mengutip yang dapat diterapkan secara bervariasi dalam tulisan. Jenis
kutipan itu ialah sebagai berikut.
A. Kutipan Langsung
1.
Kutipan Langsung Pendek
diintegrasi
langsung dengan teks
diberi berjarak
antarbaris sama dengan teks
diapit tanda
kutip
disebut sumber
rujukan
2.
Kutipan Langsung Panjang
dipisahkan dari
teks dengan spasi (jarak antarbaris) lebih dari teks.
diberi berjarak
rapat antarbaris dalam kutipan
boleh diapit
tanda kutip, boleh juga tidak
disebut sumber
rujukan
B.
Kutipan Tak Langsung
diintegrasi langsung
dengan teks
diberi berjarak
antarbaris sama dengan teks
tidak diapit
tanda kutip
disebut sumber
rujukan
C.
Kutipan pada Catatan Kaki (Footnotes)
selalu diberi
jarak spasi rapat
dimasukkan dalam
tanda kutip
Dikutip tepat
sebagaimana teks aslinya.
D. Kutipan atas
Ucapan Lisan
meminta
persetujuan dari sumber
mencatat tanggal
dan peristiwa tempat ujaran itu diucapkan
menyebut dengan
jelas sumbernya
menuliskan
kutipan secara langsung atau tidak langsung pada badan teks atau pada Catatan
Kaki
Sistem Perujukan
Sistem rujukan digunakan
sebagai sumber referensi jika penulis
menggunakan
kutipan dengan berbagai cara yang disebutkan di atas
menjelaskan
dengan kata-kata sendiri pendapat penulis atau sumber lain
meminjam tabel,
peta, atau diagram dari suatu sumber
menyusun diagram
berdasarkan data penulis atau sumber lain
menyajikan suatu
pembuktian khusus yang bukan suatu pengetahuan umum
merujuk bagian
lain pada teks.
Sebenarnya, setiap
bidang ilmu memiliki sistem perujukannya masing-masing. Sistem perujukan di
kedokteran berbeda dari sistem perujukan ekonomi atau teknik.
Namun, ada dua
sistem pendokumentasian sumber bacaan yang sering digunakan sebagai dasar
kutipan kita, yaitu
sistem catatan (note-bibliography)
yang menyajikan infomasi mengenai sumber dalam bentuk catatan kaki (footnotes)
atau catatan belakang (end notes) atau langsung dalam daftar pustaka (blibiography).
Cara ini direkomendasikan oleh The University of Chicago Press dan dikenal
dengan sebutan format Chicago
Sistem langsung
(parenthetical-reference) yang menempatkan informasi mengenai sumber
dalam tanda kurung dan diletakkan (a) langsung pada bagian yang dikutip, (b)
pada daftar kutipan (list of work cited), atau (c) pada daftar pustaka.
Cara kedua ini ialah cara yang direkomendasikan oleh MLA (Modern Language
Association) dan APA (The American Psychological Association).
Unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam
menyusun Catatan Kaki:
Nama penulis
yang diawali dengan penulisan nama diri
Judul karya
tulis yang dicetak miring dengan menggunakan huruf besar untuk huruf pertama
kecuali kata sambung dan kata depan
Data publikasi
berisi nama tempat (kota), koma,dan tahun terbitan yang diletakkan di antara
tanda kurung, dan nomor halaman yang diletakkan di luar tanda kurung, contoh:
(Jakarta: Gramedia, 1967), 49—51.
Untuk kutipan
pada buku berjilid atau dari jurnal/majalah ilmiah, nomor jilid menggunakan
angka romawi dan angka arab, diikuti dengan data publikasi dalam kurung, koma,
dan diakhiri nomor halaman yang menggunakan angka arab, contoh: MISI, I (April,
1963): 27—30.
Jika dalam sistem catatan terjadi perujukan
lanjutan yang merujuk pada sumber yang sama, digunakan singkatan yang berasal
dari bahasa Latin untuk merujuk sumber pertama.
Singkatan itu ialah
a) Ibid. : singkatan
ini berasal dari kata lengkap ibidem yang berarti ‘pada tempat yang
sama’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu langsung pada
karya yang disebut dalam perujukan nomor sebelumnya. Jika nomor halaman
pengacuan sama, tidak perlu dicantumkan nomor halaman. Jika berbeda, setelah Ibid.
dicantumkan nomor halaman. Contoh: Ibid., 87.
b) Op.Cit. : singkatan ini
berasal dari gabungan kata opere citato yang berarti ‘pada karya yang
telah dikutip’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu
perujukan pertama yang berasal dari buku
namun diselingi perujukan lain. Teknik penulisannya: nama belakang penulis,
diikuti oleh op.cit., diikuti nomor halaman jika nomor halaman
pengacuan berbeda dari perujukan pertama. Contoh: Keraf, op.cit., 87.
Loc.Cit : singkatan ini
berasal dari gabungan kata loco citato yang berarti ‘pada tempat yang
telah dikutip’. Singkatan ini digunakan jika perujukan lanjutan mengacu
perujukan pertama yang berasal dari
artikel dalam majalah, ensiklopedi, surat kabar, namun diselingi perujukan
lain. Oleh karena hanya merupakan bagian dari suatu buku, majalah, surat kabar
(atau opus ‘karya’), artikel dirujuk dengan locus yang berarti
‘tempat’. Teknik penulisannya: nama
belakang penulis, diikuti oleh loc.cit., diikuti nomor halaman jika
nomor halaman pengacuan berbeda dari perujukan pertama. Contoh: Keraf, loc.cit., 87.
REPRODUKSI DAN BIBLIOGRAFI
REPRODUKSI DAN BIBLIOGRAFI
1.
Pendahuluan
Pada
saat menulis bab mengenai Kerangka Teoretis, berbagai teori dan konsep yang
diajukan oleh para ahli harus dikumpulkan. Teori dan konsep itu menjadi
landasan teoretis untuk menelaah data yang sudah dikumpulkan. Teori-teori itu
dikumpulkan dari berbagai buku teoretis yang sudah dibaca dan dipahami.
Pendapat yang mendukung sudut pandang ayau yang mendukung alasan penulis akan
dikutip.
Untuk dapat memperoleh intisari
mengenai sudut pandang ahli yang pendapatnya menunjang sebuah karya ilmiah, ada
beberapa langkah.
1.
Penulis membuat ringkasan.
2.
Penulis membuat ikhtisar atau abstrak
dari ringkasan yang telah dibuatnya.
3.
Penulis menyusun segala pengetahuan
dari bacaan dalam sebuah sintesis.
Semua
kegiatan tersebut disebut kegiatan memproduksi sebuah karya ilmiah. Jadi,
reproduksi meliputi kegiatan membuat kutipan, ikhtisar atau ringkasan, dan
sintesis.
2.
Ringkasan
Salah
satu untuk memahami sebuah teori adalah dengan membuat ringkasan. Ringkasan
adalah penyajian karangan atau peristiwa yang panjang dalam bentuk yang singkat
dan efektif. Ringkasan adalah sari karangan tanpa hiasan. Ringkasan itu dapat
merupakan ringkasan sebuah buku, bab, ataupun artikel.
Fungsi
sebuah ringkasan adalah memahami atau mengetahui sebuah buku atau karangan.
Dengan membuat ringkasan, kita mempelajari cara seseorang menyusun pikirannya
dalam gagasan-gagasan yang diatur dari gagasan yang besar menuju gagasan
penunjang, Melalui ringkasan kita dapat menangkap pokok pikiran dan tujuan
penulis.
Untuk memperoleh ringkasan yang baik,
bagian-bagian yang dihilangkan adalah
keindahan
gaya bahasa
ilustrasi
atau contoh
penjelasan
yang terperinci
Meskipun
memiliki bentuk yang ringkas, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pola
pikiran dan cara pendekatan penulis asli. Jadi, ringkasan tetap disusun dengan
suara asli penulis. Ringkasan harus langsung diawali bagian-bagian karangan
asli. Ringkasan tidak perlu diawali dengan kalimat pembuka, seperti “Dalam
karangannya, pengarang berpendapat bahwa....”
Syarat ringkasan yang baik adalah
1)
ringkasan tetap mempertahankan urutan
pikiran dan pendekatan penulis asli
2)
ringkasan tidak boleh mengandung hal
baru, pikiran, atau opini dari pembuat ringkasan, baik yang dimasukkan secara
sadar maupun tidak sadar.
3)
Ringkasan harus disampaikan dengan
suara asli penulis, bukan dengan suara pembuat ringkasan.
Untuk dapat membuat sebuah ringkasan
yang baik, dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut.
1.
Membaca naskah atau teks asli beberapa
kali.
2.
Mencatat gagasan utama penulis. Dalam
artikel, harus dicatat kalimat topik pada setiap paragraf.
3.
Membuang paragraf yang berisi contoh,
deskripsi, atau kutipan.
4.
Membuang berbagai keterangan tambahan
yang tidak penting dalam sebuah kalimat.
5.
Mengubah dialog langsung ke dalam
bentuk tidak langsung.
6.
Sedapat mungkin menggunakan kalimat
tunggal.
7.
Menyusun ringkasan dengan
mempertahankan susunan gagasan penulis asli.
3.
Ikhtisar dan Abstrak
Istilah
ringkasan acapkali dikacaukan dengan istilah ikhtisar atau Abstrak. Memang,
keduanya merupakan intisari dari sebuah teks asli. Akan tetapi, ada perbedaan
besar dalam teknis pembuatannya. Sebuah ikhtisar atau abstrak dibuat jika
penyusunnya sudah mampu membuat ringkasan dari sebuah teks. Jadi, penyusunan
ikhtisar atau abstrak adalah langkah berikutnya setelah sebuah ringkasan
disusun.
A.
Ikhtisar
Ikhtisar
adalah rangkuman gagasan yang dianggap penting oleh penyusun ikhtisar yang
digali dari sebuah teks. Penyusun ikhtisar dapat langsung mengemukakan inti
atau pokok permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan atau perhatiannya.
Hal pokok yang membedakan ikhtisar dari rangkuman adalah sebagai berikut.
1)
Dalam ikhtisar, urutan dari teks asli
tidak perlu dipertahankan.
2)
Ikhtisar tidak akan memberikan isi
keseluruhan dari karangan asli secara proporsional.
3)
Bab-bab atau bagian dari teks asli
yang dianggap kurang penting oleh penyusun ikhtisar dapat diabaikan.
Ciri ikhtisar adalah
merupakan
tulisan baru yang mengandung sebagian gagasan dari teks.
tidak
mengandung hal baru, pikiran, atau opini penyusun ikhtisar, baik yang
dimasukkan secara sadar maupun tidak sadar.
menggunakan
kata-kata dari penyusun sendiri.
Contoh-contoh
penggunaan ikhtisar dapat ditemukan dalam penulisan teras berita (lead)
di surat kabar, sampul belakang buku, resensi buku, sinopsis film atau
sinetron, atau kilasan berita.
Sebuah ikhtisar yang baik disusun
berdasarkan 7 langkah berikut ini.
1.
Menetapkan tujuan membaca: gagasan apa
yang saya butuhkan?
2.
Membaca dengan cermat: apa relevansi
gagasan yang saya perlukan itu dalam konteks tulisan saya ini?
3.
Mencatat gagasan yang penting dari
sudut pandang penyusun ikhtisar dengan kata-kata sendiri.
4.
Menyusun kerangka tulisan.
5.
Menulis ikhtisar.
6.
Mengecek kembali tulisan asli untuk
meyakinkan bahwa semua gagasan yang penting telah tergali.
7.
Mengoreksi kesalahan bahasa dan
kesalahan cetak.
B. Abstrak
Sebenarnya,
abstrak dan ikhtisar merupakan dua kata yang bermakna sama. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia tercantum bahwa kata abstrak berarti
‘ringkasan; inti; ikhtisar (karangan, laporan, dsb)’, sedangkan kata ikhtisar
berarti ‘pandangan secara ringkas (yang penting-penting saja); ringkasan.
Istilah abstrak berasal dari bahasa Inggris, sedangkan istilah ikhtisar
berasal dari bahasa Arab. Jadi, sebenarnya kedua istilah itu berpadanan.
Akan
tetapi, di Indonesia, istilah ikhtisar dibedakan dari istilah abstrak.
Ikhtisar merupakan rangkuman gagasan yang berlaku dalam laras umum, sedangkan abstrak
merupakan rangkuman atau iktisar yang berlaku dalam laras ilmiah. Oleh karena
itu, berlaku format tertentu bagi abstrak, baik untuk jurnal maupun untuk karya
ilmiah.
Untuk tesis atau laporan tugas akhir,
format aspek, yang disusun atas 200—250 kata, secara umum meliputi aspek:
a)
latar belakang dan tujuan penelitian
b)
bahan dan metode penelitian
c)
hasil dan kesimpulan yang nyata
Untuk
jurnal ilmiah, jumlah kata yang dibutuhkan hanya sekitar 75—100 kata dan
diletakkan di awal sebuah artikel dan berlaku sebagai teras artikel (beranalogi
dengan teras berita)
4. Sintesis
Langkah
terakhir yang wajib dilakukan dalam penulisan ilmiah adalah sintesis. Sintesis
adalah tindakan merangkum berbagai pengertian atau pendapat sehingga merupakan
suatu tulisan baru yang mengandung kesatuan yang selaras dengan kebutuhan
penulis. Khusus dalam penulisan karya ilmiah, sintesis merupakan rangkuman
berbagai rujukan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian si penulis.
Sintesis
merupakan tahap terakhir dan langkah yang paling penting dalam proses membaca
kritis. Melalui sintesis, penyusun menciptakan pengetahuan baru melalui
pemaduan beberapa bahan bacaan dari berbagai penulis. Sintesis merupakan
kesimpulan yang diambil penulis berdasarkan pemahaman atas beberapa tulisan.
Sintesis dibangun berdasarkan kutipan-kutipan yang dikumpulkan oleh penulis dan
pemahaman atas kutipan tersebut.
Dalam menyusun sebuah sintesis, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh penulis.
1.
Penulis tidak boleh terkurung dalam
pendapat ahli yang dibaca.
2.
Penulis harus membentuk dan
mempertajam sudut pandangnya.
3.
Penulis harus mencari kaitan mendasar
antara satu bacaan dan bacaan lain.
4.
Penulis harus mencari bagian bacaan
yang akan menekankan kepentingan karya ilmiahnya.
5.
Dalam menulis buram, penulis harus
memfokuskan setiap paragraf yang ditulisnya dalam simpulan yang terbentuk dari
bahan bacaannya.
5. Daftar Pustaka (Bibliografi)
Pada bagian akhir sebuah
karangan ilmiah akan terdapat sebuah daftar pustaka yang menjadi rujukan
penulis selama melakukan dan menyusun penelitian atau laporannya. Semua bahan
rujukan yang digunakan penulis, baik sebagai bahan penunjang maupun sebagai
data, disusun dalam daftar pustaka ini.
Adapun fungsi daftar pustaka
ialah
membantu pembaca mengenal ruang lingkup
studi penulis,
memberi informasi kepada pembaca untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam dari kutipan yang
digunakan oleh penulis, dan
membantu pembaca memilih referensi dan
materi dasar untuk studinya.
Daftar ini dapat disusun dengan berbagai format, yakni format Chicago (cara yang direkomendasikan oleh The University of Chicago), format MLA (cara yang direkomendasikan oleh Modern Language Association), format APA (cara yang direkomendasikan oleh The American Psychological Association), dan format lain yang berlaku di selingkung bidang.
Unsur yang harus dicantumkan dalam rujukan ialah
1.
nama penulis yang diawali dengan penulisan nama keluarga,
2.
tahun terbitan karya diletakkan di antara tanda kurung (format MLA dan
APA) dan di belakang data publikasi (format chicago),
3.
judul karya tulis dengan menggunakan huruf besar untuk huruf pertama
tiap kata kecuali kata sambung dan kata depan,
4.
data publikasi berisi nama tempat (kota) dan nama penerbit karya yang
dikutip.
Teknik penulisan rujukan ialah sebagai berikut.
Baris pertama dimulai pada pias (margin)
sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3 ketukan ke dalam.
Jarak antarbaris ialah 1,5 spasi.
Daftar rujukan diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama
keluarga penulis.
Jika penulis yang sama menulis beberapa
karya ilmiah yang dikutip, nama penulis itu harus dicantumkan ulang. Urutan
penulisannya pun harus dimulai dengan karya yang ditulis lebih dahulu.
Teknik-teknik Informasi. Reza Andika,
Erfan Prahasto, dan Donny Dwi Hambodo. Jakarta: Erlangga, 2007.
Metodolologi Research, jilid V. Prof.Yosia
Bartolomeus. Jakarta Universitas Indonesia, 2006.
Metode Penelitian Ilmiah. Prof.Yosia
Bartolomeus. Yogyakarta, UGM, 1999.
Sistem Informasi Manajemen atau Management
Information System. Galuh Fajar Pratiwi atau Betty Schrampfer. Jakarta,
Gramedia, 2002.
Calculating The Return on Training
Investment. Morgan F. Anderson. Dalam Journal Of Evaluation Practise. Vol. 11,
No. 3, Oct. 2003: 176-188.
Struktur Ongkos Usaha Perakitan Komputer
di PT Temoranto 1990. Biro Pusat Statistik. Jakarta, BPS, 2003.
MLA-Style Citations of Electronic Sources.
Matias B. Suratno. Style Sheet. Http:/www.cas.usf.edu/english/walker/mla.html
(10 Feb. 2001)
Moose Crossing Proposal. Romelah.
Mediamoo@media.mit.edu (20 Des 2004)
Calculating The Return on Training
Investment. Morgan F. Anderson. Dalam Journal Of Evaluation Practise. Vol. 11,
No. 3, Oct. 2003: 176-188.
Struktur Ongkos Usaha Perakitan Komputer
di PT Temoranto 1990. Biro Pusat Statistik. Jakarta, BPS, 2003.
Statistics: A Fresh Approach. D.H.
Sanders. Singapore, Mc. Graw-Hill, 2007.
MLA-Style Citations of Electronic Sources.
Matias B. Suratno. Style Sheet. Http:/www.cas.usf.edu/english/walker/mla.html
(10 Feb. 2001)
Moose Crossing Proposal. Romelah.
Mediamoo@media.mit.edu (20 Des 2004)
*****
sangat lengkap, kumpulan materi bahasa indonesia : bahasaindonesiapintar.blogspot.com
BalasHapus