"..Kenali terlebih dahulu sebelum menilai, karena yang tampak indah tak selalu indah dan yang tampak buruk tak selalu buruk.."
"....Selamat Datang di Blog saya....Sugiyanto 1 F NPM 201243500473...."

Biografi

Biografi Sugiyanto

 Sugiyanto (lahir tanggal 25 Agustus di Boyolali, Jawa Tengah), Boyolali sebuah kota kecil + 25 KM dari kota Solo. Boyolali berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten dan DIY Yogyakarta di sebelah selatan,di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang,di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan, Di sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Karang Anyar,Kabupaten Sragen,Kabupaten Sukoharjo dan kota Surakarta (Solo).Boyolali termasuk dalam kawasan Kota Solo Raya. Aku adalah Anak pertama dari 4 bersaudara .Sugi begitulah orang-orang memanggilku,nama itu di berikan oleh seorang dukun bayi (dukun yang khusus menangani kelahiran bayi),karna waktu itu bidan masih jarang sekali di desaku.Sampai saat ini pun aku masih sering ketemu dengan beliau jika aku sedang pulang kampung. 

Aku dibesarkan dilingkungan pedesaan dangan serba kekurangan, akan tetapi sangat kental akan suasana religiusnya. Tidak seperti anak-anak sekarang yang begitu lahir bisa mereka langsung menikmati manisnya kehidupan.Ada cerita menarik waktu kecil saya yang menggambarkan betapa serba kekurangannya aku ketika itu. Waktu itu untuk mendapatkan beras 1 cangkir pun sangat susah di karenakan sedang terjadi masa paceklik.Sehingga untuk makan sehari hari beras 1cangkir tersebut harus di campur dengan nasi tiwul. Yang namanya anak kecil pasti tidak suka dengan nasi tiwul termasuk juga aku, maka dari itu orang tuaku rela tidak makan nasi asalkan anaknya bisa makan nasi. Begitu besar pengorbanan orang tuaku waktu itu, mereka rela makan tiwul hanya agar aku bisa makan nasi. Dahulu aku hanya memiliki beberapa potong celana pendek dan baju, tapi masih memiliki satu sarung!. Dan sarung bagiku bisa jadi apa saja. Mulai jadi alat ibadah, mencari rezeki, alat hiburan, fashion, kesehatan sampai menjadi alat untuk menakut-nakuti teman.

Kalau sedang mencuci baju, sarung bisa dikemulkan pada badanku. Kalau sedang mencuci celana, sarung bisa aku jadikan bawahan. Kalau sedang mencari sisa-sisa panen kacang di sawah orang kaya, sarung itu bisa aku jadikan karung. Kalau perut sedang lapar dan dirumah tidak ada makanan, sarung bisa diikatkan erat-erat dipinggang jadilah dia pengganjal perut yang andal. Kalau mau sholat jadilah dia benda yang penting untuk menghadap Tuhan. Kalau sedang kedinginan, jadilah dia selimut. Kalau sarung itu sobek masih bisa dijahit. Kalau ditempat jahitan itu robek lagi, masih bisa ditambal. Kalau tambalanya pun robek, sarung itu belum tentu akan pensiun. Masih bisa dirobek-robek lagi, bagian yang besar bisa digunakan sebagai sarung bantal dan bagian yang kecil bisa dijadikan popok bayi. Apapun kondisi keluargaku waktu itu orang tuaku selalu mengajarkan aku untuk selalu bersyukur karena kita tidak sampai mengalami kelaparan, baik kurang, cukup atau lebih kita harus tetap bersyukur, sabar dan harus menikmati semuanya dengan apa adanya.
Waktu pun berlalu silih berganti sampai aku beranjak kanak-kanak, sudah saatnya aku masuk dunia sekolah. Waktu itu aku tidak di sekolahkan TK (taman kanak-kanak) terlebih dahulu karena keterbatasan biaya,jadi aku langsung masuk SDN 1 Klego sebagai siswa titipan. Maksud orang tuaku menitipkan aku di sekolah adalah agar aku mengenal dulu dunia pendidikan, akan tetapi ternyata aku sudah mampu mengikuti pelajaran yang di berikan oleh guru-guruku dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Sehingga aku langsung di naikkan kelas ke kelas 2. Perlu di ketahui jarak antara rumahku dengan sekolah + 1 km, sehingga setiap harinya aku menempuh perjalanan + 2 km dengan berjalan kaki.Setiap berangkat ke sekolah aku tidak pernah di beri uang saku, yang penting sarapan pagi tidak pernah lupa.Akan tetapi, walaupun orang tuaku tidak pernah memberi uang saku,aku tetap semangat menuntut ilmu. Aku sadar dengan keadaan ekonomi keluargaku waktu itu,yang tidak memungkinkan memberiku uang saku. Karna bisa untuk makan sehari-hari pun kami sudah sangat bersyukur. Di samping itu orangtua ku ingin mengajariku untuk hidup sederhana dan prihatin terhadap keadaan.Tidak seperti anak-anak sekolah sekarang bila tidak di kasih uang saku maka mereka tidak mau sekolah. Dari situlah aku mengerti makna arti kehidupan yang sebenarnya,sekarang aku bisa hidup mandiri tanpa harus bergantung kepada orang tua lagi.


Sejak SD aku sering kali masuk peringkat 5 besar di kelas,setelah lulus SD aku melanjutkan pendidikan di salah satu SMP swasta di jakarta,tapi aku hanya bertahan 8 bulan saja di karenakan tidak betah tinggal di jakarta.Aku mencoba meneruskan pendidikanku di kampung halaman,dan mendaftar di SMPN 1 Klego. Sekolah tersebut merupakan sekolah favorit di desaku. Tidak heran banyak siswa pintar di sana,akan tetapi aku tidak patah semangat. Aku terus belajar,belajar dan belajar. Sampai akhirnya aku berhasil menduduki peringkat 3 di kelasku dan bertahan sampai lulus dari sekolah tersebut. Ada cerita menarik sewaktu sekolah di SMP. Orang tuaku memberi uang saku Rp 1000,- untuk 3 hari,artinya satu hari cuma di jatah Rp 300,-. Uang Rp 1000 itu sudah termasuk uang jajannya,berarti dalam 1 minggu aku hanya di beri uang saku Rp 2000,- cukup tidak cukup iya hanya itu. Waktu itu transportasi yang biasa aku gunakan untuk menuju sekolah adalah bis karena jarak rumah ke sekolah lumayan jauh + 7 km.  Ongkos naik sekali naik bis adalah Rp 100,- pergi pulang menjadi Rp 200,- jadi setiap harinya aku hanya jajan seratus rupiah. Karena ingin uang jajan lebih, aku putuskan untuk bekerja mencari batu di sungai. Batu-batu tersebut lalu aku kumpulkan setelah terkumpul banyak aku jual kepada tengkulak yang setiap hari datang ke desaku. Dengan demikian aku punya uang jajan lebih dan sebagian untuk membayar SPP tanpa harus meminta orang tua. Uang dari hasil kerjaku itu aku sisihkan sebagian untuk ibuku,aku hanya mengambil secukupnya saja. Dari situ juga aku belajar hidup mandiri sampai aku lulus SMP.


Setelah lulus SMP aku mendapat tawaran dari paman untuk sekolah di jakarta. Seolah tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu aku langsung menerima tawaran tersebut. Di jakarta aku sekolah di SMK Karya Wijaya Kusuma mengambil jurusan akuntansi. Di jakarta aku sekolah juga sambil bekerja sebagai penjaga warung,dari situ aku belajar bagaimana cara berdagang,istilahnya sambil menyelam minum air,jadi sambil menyerap ilmu berdagang. Setelah lulus SMK aku mulai terapkan ilmu yang aku dapatkan. Aku mulai merintis usaha dengan membuka warung kecil-kecilan di dalam Yayasan Wijaya Kusuma. Sedikit demi sedikit usahaku mulai maju dan berkembang hingga sekarang. Saat usaha sedang berkembang tersebut aku mendapat tawaran untuk menjadi Tata Usaha di Yayasan Wijaya Kusuma. Awal mulanya aku menolak karena aku sudah nyaman sekali dengan usaha dagangku. Tetapi pemilik Yayasan terus memaksa dan bahkan sempat mengancam akan menutup warungku jika tidak mau menjadi Tata Usaha. Akhirnya aku tidak punya pilihan lain, dari pada warungku di tutup dan aku tidak punya penghasilan lain lebih baik aku terima tawaran tersebut. Sambil bekerja aku tetap berdagang sebagai penghasilan sampingan. Sedangkan warungku aku suruh kakak sepupuku untuk menjaganya, tentu saja aku menggajinya tiap bulan.Aku bersyukur usahaku tidak berhenti,sebalik semakin berkembang, dan aku yakin ini berkat do’a orang tua dan orang-orang baik di sekitarku. Sampai saat ini aku tetap setia bekerja di Yayasan tempatku menuntut ilmu dan tempatku berkarya. Sudah sejak lama orang tuaku dan guru-guruku menyarankan aku untuk kuliah, akan tetapi aku masih enggan untuk kuliah di karenakan masih senang dengan bekerja. 

Akhirnya setelah sekian lama bekerja niat untuk kuliah itu muncul dengan sendirinya, di tambah dengan tuntutan dari pekerjaan yang menyarankan pegawai tata usaha bertitle sarjana. Pada awal mulanya aku bingung mau kuliah dimana, sampai aku mendapat informasi dari teman yang sudah lebih dahulu kuliah di Universitas Indra Prasta PGRI (UNINDRA). Akupun mencoba mendaftar di UNINDRA kelas Ekstensi dan aku bersyukur bisa di terima di sini. Di UNINDRA aku mengambil jurusan teknik informatika dengan harapan aku bisa menyerap ilmu komputer yang aku pelajari di sini. Ternyata benar apa kata temanku di UNINDRA biaya kuliah sangat terjangkau bagi para karyawan. Harapanku adalah aku dan teman-temanku bisa lulus dari UNINDRA dengan predikat baik, syukur-syukur bisa lebih baik lagi. Tapi itu semua tergantung niat dan usaha kita untuk medapatkannya, MAN JADDA WA JADDA (barang siapa yang bersungguh-sungguh niscaya dia akan berhasil). Itulah do’a dan harapanku kedepannya.Bagiku Usaha tanpa do’a adalah sombong dan do’a tanpa usaha adalah bohong. Itulah sedikit gambaran perjalanan hidupku sampai saat ini. Biografi ini benar adanya tanpa ada unsur rekayasa sedikitpun. Semoga pembaca dapat memetik pelajaran dari biografi ini dan dapat menginspirasi bagi kita semua....aammiiinn.                                                                                                                                                                                          
 
Ini ceritaku,,bagaimana ceritamu...??? 

Sekian terima kasih 
Salam damai

Sugie
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar